Ikhbar.com: Ketenangan jiwa menjadi sesuatu yang seolah kian mahal dalam kehidupan yang serbamodern belakangan ini. Pasalnya, tidak ada jaminan bagi seseorang mendapat kedamaian batin sekalipun ia bergelimang harta atau tingginya jabatan dalam sebuah kuasa.
Belum lagi, persoalan politik, sosial, dan ekonomi yang menyemburat di media sosial (medsos) kerap menyeret jiwa seseorang menjadi semakin terganggu. Maka, tak heran jika sejak jauh hari Al-Qur’an memberikan sejumlah tips agar manusia mampu meraih ketenangan jiwa secara paripurna. Berikut di antaranya:
Baca: Takdir dan Penerimaan dalam Lagu ‘Untungnya, Hidup Harus Tetap Berjalan’ Karya Bernadya
Zikir
Salah satu cara untuk meraih ketenangan jiwa adalah berzikir. Hal itu seperti yang tertuang dalam QS. Al-Ra’d: 28. Allah Swt berfirman:
الَّذِيْنَ اٰمَنُوْا وَتَطْمَىِٕنُّ قُلُوْبُهُمْ بِذِكْرِ اللّٰهِ ۗ اَلَا بِذِكْرِ اللّٰهِ تَطْمَىِٕنُّ الْقُلُوْبُ ۗ
“(Yaitu) orang-orang yang beriman dan hati mereka menjadi tenteram dengan mengingat Allah. Ingatlah, bahwa hanya dengan mengingat Allah hati akan selalu tenteram.”
Syekh Al-Sa’di dalam Taisir al-Karim al-Rahman fi Tafsir Kalam al-Mannan menegaskan bahwa zikir merupakan sarana bagi seseorang yang ingin mencapai ketenangan hati. Dalan arti, prosesi zikir diyakini dapat menghilangkan kegundahan, kegalauan, keguncangan, dan keraguan dalam jiwa seseorang. Dengan zikir pula hati akan menjadi tentang dan merasakan kenikmatan.
Sementara Syekh Nawawi Al-Bantani dalam Marah Labib menerangkan bahwa ayat tersebut sedang menjelaskan tentang pentingnya bagi umat Muslim untuk merenungi kalam Allah Swt.
Menurutnya, pengetahuan seorang Muslim terhadap kemukjizatan Al-Qur’an menghasilkan ketenangan hati terhadap kebenaran Nabi Saw dan ajarannya.
Baca: Kiai Musthofa Aqiel: Berzikirlah, tidak Ada yang Bisa Diharap Selain Allah
Sabar dan salat
Cara lain yang dapat dilakukan umat Muslim agar bisa meraih ketenangan jiwa adalah dengan melatih kesabaran dan tidak meninggalkan salat. Penjelasan tersebut tercantum dalam QS. Al-Baqarah: 45. Allah Swt berfirman:
وَاسْتَعِيْنُوْا بِالصَّبْرِ وَالصَّلٰوةِ ۗ وَاِنَّهَا لَكَبِيْرَةٌ اِلَّا عَلَى الْخٰشِعِيْنَۙ
“Mohonlah pertolongan (kepada Allah) dengan sabar dan salat. Sesungguhnya (salat) itu benar-benar berat, kecuali bagi orang-orang yang khusyuk.”
Dalam Tafsir Jalalain, Imam Jalaluddin As-Suyuthi menjelaskan bahwa ayat tersebut tengah menguraikan tentang pentingnya seseorang untuk bersabar menahan segala yang dilarang Allah Swt. Selain sabar, salat juga bisa menjadi penolong atas setiap masalah yang menimpa seseorang.
Senada, Imam Al-Baghawi dalam Ma’alimut Tanzil fit Tafsir wat Ta’wil mengatakan, QS. Al-Baqarah: 45 berisi tentang keharusan bagi umat Islam untuk menjalankan kewajiban salat dibarengi dengan tekad bersabar. Jika dipenuhi, dua perintah ini niscaya mampu menjadi penolong dalam menghadapi berbagai jenis ujian.
Sebagian ulama mengatakan, keduanya dapat menjadi penolong dalam meraih kebahagiaan akhirat.
Sabar, kata Imam Al-Baghawi, adalah upaya menahan diri dari segala maksiat. Tetapi ada juga ulama yang memaknainya sebagai kesabaran dalam menjalankan kewajiban agama.
Baca: Kelola Jiwa di Tengah Kepungan Dunia Maya, Tips dari Nyai Rihab Said Aqil
Pantang putus asa
Seorang Muslim diimbau untuk pantang putus asa. Sebab Allah Swt menjamin di setiap kesulitan pasti ada kemudahan. Hal itu seperti yang dijelaskan pada QS. Al-Insyirah: 6. Allah Swt berfirman:
اِنَّ مَعَ الْعُسْرِ يُسْرًاۗ
“Sesungguhnya beserta kesulitan ada kemudahan.”
Menurut Tafsir Kementerian Agama (Kemenag), isi kandungan QS. Al-Insyirah: 5-6 ialah bahwa sesungguhnya di dalam setiap kesempitan terdapat kelapangan, dan di setiap kekurangan sarana untuk mencapai suatu keinginan, terdapat pula jalan keluar.
Sementara menurut Imam Ibnu Katsir dalam Tafsir Al-Qur’an al-Azim menjelaskan, satu kesulitan tidak dapat mengalahkan dua kemudahan. Karena sesungguhnya sesudah kesulitan itu ada kemudahan.
Baca: ‘Jurnalisme Al-Qur’an,’ Tips Menulis Artikel Tafsir Kontekstual ala Pemred Ikhbar
Jaminan rezeki
Umat Muslim dilarang khawatir tidak diberi rezeki oleh Allah Swt. Sebab, Yang Maha Memberi telah menjamin rezeki setiap makhluk di dunia sesuai porsinya. Imbauan tersebut tertuang dalam QS. Hud: 6. Allah Swt berfirman:
وَمَا مِنْ دَاۤبَّةٍ فِى الْاَرْضِ اِلَّا عَلَى اللّٰهِ رِزْقُهَا وَيَعْلَمُ مُسْتَقَرَّهَا وَمُسْتَوْدَعَهَا ۗ كُلٌّ فِيْ كِتٰبٍ مُّبِيْنٍ
“Tidak satu pun hewan yang bergerak di atas bumi melainkan dijamin rezekinya oleh Allah. Dia mengetahui tempat kediamannya dan tempat penyimpanannya. Semua (tertulis) dalam Kitab yang nyata (Lauhulmahfuz).”
Syekh Fakhruddin Al-Razi dalam Mafatih al-Ghaib menjelaskan, dimutlakkannya lafal “dabbah” dalam ayat tersebut ditujukan kepada seluruh makhluk hidup. Artinya, Allah Swt tidak membedakan manusia atau bukan, lelaki atau perempuan, di daratan maupun lautan, bahkan tak membedakan kafir atau beriman. Semuanya mendapat jaminan rezeki dari Allah Swt.
Lebih lanjut, Imam Ibnu ‘Asyur dalam Tafsir at-Tahrir wa at-Tanwir menjelaskan, didahulukannya lafal “ala Allah” atas lafal “rizquha” dapat menjadi petunjuk bahwa hanya Allah yang dapat menjamin rezeki. Karena dalam kaidah Bahasa Arab pola kalimat tersebut mempunyai faidah qashr (pembatasan), yakni untuk membatasi adanya jaminan rezeki dari selain Allah Swt.
Oleh karenanya, ia menilai sangat aneh jika ada makhluk yang menggantungkan rezekinya pada makhluk yang lain, padahal hanya Allah yang bisa memberinya jaminan. Jaminan yang diberikan Allah bukan sebatas adanya rezeki semata, bahkan sampainya rezeki itu kepada makhluk pun dijamin Allah Swt.
Di manapun makhluk itu berada, tegas Imam Ibnu ‘Asyur, Allah tetap bisa menyampaikan rezeki untuknya, bahkan di tempat yang paling tersembunyi sekali pun. Karena Allah Swt mengetahui tempat kediaman, bahkan tempat persembunyian seluruh makhluk-Nya. Hal itu seperti ayat “wa ya’lamu mustaqarraha wa mustauda’aha (Dia mengetahui tempat kediamannya dan tempat penyimpanannya).”
Baca: Doa Memohon Rezeki tanpa Henti untuk Pekerja Freelance
Bersyukur
Salah satu faktor kegelisahan hidup adalah kurangnya rasa bersyukur. Padahal, jika seseorang pandai bersyukur, maka nikmat yang mereka terima akan bertambah. Penjelasan tersebut seperti yang tertuang dalam QS. Ibrahim: 7. Allah Swt berfirman:
وَاِذْ تَاَذَّنَ رَبُّكُمْ لَىِٕنْ شَكَرْتُمْ لَاَزِيْدَنَّكُمْ وَلَىِٕنْ كَفَرْتُمْ اِنَّ عَذَابِيْ لَشَدِيْدٌ
“(Ingatlah) ketika Tuhanmu memaklumkan, “Sesungguhnya jika kamu bersyukur, niscaya Aku akan menambah (nikmat) kepadamu, tetapi jika kamu mengingkari (nikmat-Ku), sesungguhnya azab-Ku benar-benar sangat keras.”
Melalui Tafsir Al-Qur’an al-Azim, Imam Ibnu Katsir menegaskan bahwa jika seseorang bersyukur, maka Allah Swt akan menambah nikmat yang diterima, tetapi apabila kufur, maka justru nikmat tersebut akan dicabut. Tidak hanya itu, bahkan jika manusia kufur nikmat, bisa saja mereka akan mendapat siksa dari Allah Swt.
Prof. Dr. KH M. Quraish Shihab dalam Tafsir Al-Mishbah mengatakan, secara spesifik ayat tersebut ditujukan kepada Bani Israil dengan perintah yang berisi untuk mensyukuri nikmat penyelamatan dan lain-lain yang pernah Allah berikan kepada mereka berupa keteguhan iman dan ketaatan. Allah Swt akan menambah nikmat-nikmat itu jika mereka bersyukur.