Ikhbar.com: Rabiul Awal menjadi bulan kekasih bagi umat Muslim. Pada masa ketiga penanggalan Hijriah ini, nyaris seluruh umat Islam di berbagai belahan dunia kompak merayakan maulid alias hari kelahiran Nabi Muhammad Saw.
Di bulan Rabiul Awal, umat Muslim dianjurkan bergembira atas rahmat Allah Swt berupa kelahiran sosok paling sempurna tersebut. Imbauan itu tertuang dalam beberapa ayat Al-Qur’an. Di antaranya QS. Ibrahim: 5. Allah Swt berfirman:
وَلَقَدْ اَرْسَلْنَا مُوْسٰى بِاٰيٰتِنَآ اَنْ اَخْرِجْ قَوْمَكَ مِنَ الظُّلُمٰتِ اِلَى النُّوْرِ ەۙ وَذَكِّرْهُمْ بِاَيّٰىمِ اللّٰهِ ۗاِنَّ فِيْ ذٰلِكَ لَاٰيٰتٍ لِّكُلِّ صَبَّارٍ شَكُوْرٍ
“Sungguh Kami benar-benar telah mengutus Musa dengan (membawa) tanda-tanda (kekuasaan) Kami (dan Kami perintahkan kepadanya), ‘Keluarkanlah kaummu dari berbagai kegelapan kepada cahaya (terang-benderang) dan ingatkanlah mereka tentang hari-hari Allah.’ Sesungguhnya pada yang demikian itu terdapat tanda-tanda (kekuasaan Allah) bagi setiap orang yang sangat penyabar lagi banyak bersyukur.”
Sayid Quthb dalam Tafsir fi Zilal Al-Qur’an menjelaskan, arti “hari-hari Allah” pada ayat tersebut adalah hari Allah menurukan besarnya nikmat dan siksaan-siksaannya yang ditimpakan kepada umat terdahulu.
“Salah satu nikmat yang agung adalah kelahiran Nabi Muhammad Saw,” jelas Sayid Quthb.
Baca: Sejarah Rabiul Awal, Bulan Perencanaan Panen Anti-Gagal
Perintah berselawat
Sebagai ekspresi dalam merayakan Maulid Nabi, umat Muslim dianjurkan untuk memperbanyak membaca selawat. Perintah itu seperti yang tercantum dalam QS. Al-Ahzab: 56. Allah Swt berfirman:
اِنَّ اللّٰهَ وَمَلٰۤىِٕكَتَهٗ يُصَلُّوْنَ عَلَى النَّبِيِّۗ يٰٓاَيُّهَا الَّذِيْنَ اٰمَنُوْا صَلُّوْا عَلَيْهِ وَسَلِّمُوْا تَسْلِيْمًا
“Sesungguhnya Allah dan para malaikat-Nya berselawat untuk Nabi. Wahai orang-orang yang beriman, berselawatlah kamu untuk Nabi dan ucapkanlah salam dengan penuh penghormatan kepadanya.”
Imam Qurthubi dalam Tafsir Al-Jami’ li Ahkam Al-Qur’an menyebutkan bahwa setidaknya ada tiga bentuk selawat. Pertama, selawat Allah kepada Nabi Muhammad adalah anugerah rahmat dan keridaan. Kedua, selawat para malaikat adalah doa penuh ampunan. Ketiga, selawat umat pada Rasulullah adalah pengagungan tak terhingga.
Sementara itu, ulama tafsir Tanah Air, Prof. Muhammad Quraish Shihab menilai bahwa QS. Al-Ahzab ayat 56 ini menyimpan keunikan tersendiri, terutama perintah Allah terkait berselawat kepada Nabi Muhammad Saw.
“Dikatakan unik karena tidak ada perintah lain dari Allah yang disertai pernyataan telah dilakukan oleh-Nya sendiri. Keunikan ini secara tidak langsung menggambarkan betapa tinggi kedudukan dan besar cinta Allah kepada Nabi Muhammad Saw,” jelasnya.
Baca: Maulid Nabi dari Kacamata Astronomi
Cara memperingati Maulid Nabi
Imam Al-Suyuti dalam Al-Hawi li al-Fatawi menjelaskan bahwa ada berbagai cara memperingati Maulid Nabi. Dengan mengutip pendapat Imam Ibnu Hajar Al-Asqalani, ia menguraikan beberapa cara memperingati hari kelahiran Rasulullah Saw.
“Cara memperingati Maulid Nabi adalah dengan memperbanyak membaca Al-Qur’an, memberi makan fakir miskin, memperbanyak sedekah, dan membaca selawat sebagai pujian kepada Rasulullah Saw,” jelasnya.
Imam Al-Suyuti meyakini bahwa cara tersebut bisa mendorong hati umat Muslim untuk lebih giat melakukan kebaikan sebagai bentuk rasa syukur atas lahirnya tokoh perubah peradaban.
“Memperbanyak membaca Al-Qur’an merupakan tanda pelestarian wahyu yang dibawa baginda Nabi. Memberi makan kepada fakir miskin merupakan bentuk kebiasaan Nabi yang cinta kepada kaum yang kurang mampu. Sedekah juga merupakan anjuran yang ditekankan Nabi, serta membaca selawat menjadi implementasi ungkapan rasa cinta kepadanya,” katanya.
Anjuran merayakan Maulid Nabi bersama fakir miskin tersebut dikuatkan dengan redaksi ayat lainnya, yakni pada QS. Al-Hajj: 77. Allah Swt berfirman:
يٰٓاَيُّهَا الَّذِيْنَ اٰمَنُوا ارْكَعُوْا وَاسْجُدُوْا وَاعْبُدُوْا رَبَّكُمْ وَافْعَلُوا الْخَيْرَ لَعَلَّكُمْ تُفْلِحُوْنَ ۚ
“Wahai orang-orang yang beriman, rukuklah, sujudlah, sembahlah Tuhanmu, dan lakukanlah kebaikan agar kamu beruntung.”
Syekh Yusuf An-Nabhani dalam Jawahir al-Bihar menegaskan bahwa sesungguhnya orang yang menghendaki kebaikan, menampakkan kebahagian dan mahabbah (cinta) atas Maulid Nabi Saw itu cukup dengan mengumpulkan orang-orang baik bersama para fakir miskin.
“Lalu bersedekah dan memberi kepada mereka makanan sebagai wujud mahabbah kepada Nabi Muhammad Saw,” tulis Syekh Yusuf dengan mengutip pendapat Imam Ibnu Hajar Al-Haitami.
Jika mereka ingin lebih dari itu, lanjut Ibn Hajar al-Haitami, maka bisa dengan memerintahkan seseorang untuk menyenandungkan pujian-pujian kepada Nabi dan syair-syair yang berisi pelajaran akhlak luhur.
“Sebab hal tersebut dapat menggerakkan hati untuk melakukan kebaikan dan menahan perilaku bidah yang mungkar. Selain itu, mendengarkan lantunan indah pujian-pujian Nabi merupakan salah satu sebab tumbuhnya mahabbah kepada Nabi dalam hati seseorang,” katanya.