Ikhbar.com: Islam memandang keterampilan sosial sebagai aspek yang penting dimiliki dalam kehidupan. Hal itu tercermin dari banyaknya redaksi hadis maupun ayat Al-Qur’an yang memuat anjuran untuk menjaga hubungan baik antarsesama manusia.
Oleh karena itu, keterampilan sosial perlu dimiliki dan diajarkan umat Muslim sejak dini. Langkah tersebut bisa dimulai dengan mengajarkan pentingnya hidup bersosial dengan prinsip:
Saling mengenal
Hal pertama yang dapat dilakukan orang tua dalam rangka menumbuhkan perilaku sosial anak yang baik adalah dengan mengenalkannya kepada orang lain. Sebelum melangkah lebih jauh, ajak buah hati untuk lebih akrab dan dekat kepada orang tua dan saudara-saudaranya.
Baca: Studi: Anak yang Hobi Berbohong dan Berkelahi Punya Otak Lebih Kecil
Jika sudah seperti itu, diharapkan sang anak akan memiliki rasa tanggung jawab untuk bisa membantu dan menghormati kedua orang tua dan anggota keluarga lainnya. Imbauan tersebut seperti yang tertuang dalam QS. Al-Hujurat: 13. Allah Swt berfirman:
يٰٓاَيُّهَا النَّاسُ اِنَّا خَلَقْنٰكُمْ مِّنْ ذَكَرٍ وَّاُنْثٰى وَجَعَلْنٰكُمْ شُعُوْبًا وَّقَبَاۤىِٕلَ لِتَعَارَفُوْا ۚ اِنَّ اَكْرَمَكُمْ عِنْدَ اللّٰهِ اَتْقٰىكُمْ ۗاِنَّ اللّٰهَ عَلِيْمٌ خَبِيْرٌ
“Wahai manusia, sesungguhnya Kami telah menciptakan kamu dari seorang laki-laki dan perempuan. Kemudian, Kami menjadikan kamu berbangsa-bangsa dan bersuku-suku agar kamu saling mengenal. Sesungguhnya yang paling mulia di antara kamu di sisi Allah adalah orang yang paling bertakwa. Sesungguhnya Allah Maha Mengetahui lagi Maha Teliti.”
Dalam Mukhtasar Tafsir Ibnu Katsir, Syekh Ali Ashabuni dengan mengutip pendapat Imam Mujahid menyebutkan, lafaz “lita’arafu” pada ayat tersebut bermakna saling mengenal. Termasuk mengajari anak secara detail mengenai suku, tradisi, dan latar belakang penting lainnya.
Harapannya, jika seorang anak sudah mampu mengenali anggota keluarga dengan lingkup yang lebih kecil, maka ia akan bisa terus memperluas jaringan dengan sikap yang baik di masyarakat.
Salat
Sekilas, salat merupakan ibadah personal seorang hamba di hadapan Allah Swt. Namun, menurut ahli tafsir Al-Qur’an Indonesia, Prof. KH Quraish Shihab, dalam Tafsir Al-Mishbah menyebutkan bahwa salat sejatinya mengandung nilai-nilai sosial.
Menurutnya, mendidik keterampilan sosial pada anak melalui salat juga dilakukan Luqman Al Hakim. Hal itu tertuang dalam QS. Luqman: 17. Allah Swt berfirman:
يٰبُنَيَّ اَقِمِ الصَّلٰوةَ وَأْمُرْ بِالْمَعْرُوْفِ وَانْهَ عَنِ الْمُنْكَرِ وَاصْبِرْ عَلٰى مَآ اَصَابَكَۗ اِنَّ ذٰلِكَ مِنْ عَزْمِ الْاُمُوْرِ
“Wahai anakku, tegakkanlah salat dan suruhlah (manusia) berbuat yang makruf dan cegahlah (mereka) dari yang mungkar serta bersabarlah terhadap apa yang menimpamu. Sesungguhnya yang demikian itu termasuk urusan yang (harus) diutamakan.”
Baca: ‘Sakuku Banyak,’ Tips Jitu Memilih Pesantren Aman untuk Anak
Dalam Tafsir Al-Maraghi, Imam Musthafa Al-Maraghi menjelaskan bahwa perintah salat dalam ayat tersebut merupakan ibadah yang melambangkan bukti ketaatan seorang hamba kepada Tuhan-Nya.
“Salat juga merupakan ibadah utama dalam rangka mencegah pelakunya dari perbuatan keji. Pencegahan dari perbuatan keji inilah yang nantinya menjadi buah dari manfaat pendidikan sosial yang terkandung dalam ibadah tersebut,” jelasnya.
Membantu orang lain
Setelah diajarkan untuk mengenal sesama dan menjalankan salat, prinsip berikutnya yang perlu dimiliki seorang anak adalah pentingnya memiliki rasa untuk ingin selalu membantu orang lain yang membutuhkan. Penjelasan tentang prinsip ini terdapat pada QS. Al-Maidah: 2. Allah Swt berfirman:
… وَتَعَاوَنُوْا عَلَى الْبِرِّ وَالتَّقْوٰىۖ وَلَا تَعَاوَنُوْا عَلَى الْاِثْمِ وَالْعُدْوَانِ ۖوَاتَّقُوا اللّٰهَ ۗاِنَّ اللّٰهَ شَدِيْدُ الْعِقَابِ
“…. dan tolong-menolonglah kamu dalam (mengerjakan) kebajikan dan takwa, dan jangan tolong-menolong dalam berbuat dosa dan permusuhan. Bertakwalah kepada Allah, sesungguhnya Allah sangat berat siksaan-Nya.”
Imam Qurthubi dalam tafsirnya menjelaskan, di antara bentuk tolong-menolong dalam kebaikan dan takwa adalah pertolongan orang kaya terhadap orang fakir dan saling bahu-membahu.
Menurut Imam Qurthubi, perilaku seperti tersebut harus ditanamkan pada diri seorang anak agar ia mampu memiliki kepekaan sosial. Misalnya, dengan cara memberi makan kepada fakir miskin dan membantu temannya yang kesusahan melakukan sesuatu.