Ikhbar.com: Lagu “Untungnya, Hidup Harus Tetap Berjalan” karya pelantun asal Surabaya, Bernadya, telah mencuri perhatian para pendengar di berbagai platform digital. Sejak dirilis pada 2023 lalu, single tersebut menjadi populer karena liriknya yang dinilai menyentuh serta aransemen musiknya yang sederhana, tetapi penuh makna.
Dengan hanya mengandalkan piano dan vokal yang lembut, musisi bernama lengkap Bernadya Ribka Jayakusuma itu dianggap berhasil menyampaikan pesan mendalam tentang perjalanan hidup dan bagaimana seharusnya setiap individu menghadapi cobaan dengan ketenangan hati.
Lewat tembang tersebut, Bernadya cenderung membawa siapa pun yang mendengarnya ke sebuah perjalanan emosional, dari rasa kecewa dan putus asa, menuju penerimaan dan keyakinan bahwa di balik setiap kesulitan sejatinya ada rencana yang lebih besar. Pesan yang disampaikan tidak hanya bersifat universal, tetapi juga sejalan dengan nilai-nilai spiritual, khususnya dalam Islam, yang menekankan pentingnya kesabaran, takdir, dan syukur dalam menghadapi hidup.
Baca: QS. Az-Zumar Ayat 10 Jadi Inspirasi Lagu Baru Putri Ariani
Mendalam dan penuh makna
Lirik “Untungnya, Hidup Harus Tetap Berjalan” memang sederhana, tetapi begitu sarat makna. Bernadya merangkai kata-kata yang bisa langsung mengena di hati sekaligus mengingatkan penggemarnya bahwa di balik setiap cobaan ada hikmah yang harus dicari.
Berikut adalah lirik lengkap dari lagu tersebut:
[Verse 1]
Persis setahun yang lalu ku dijauhkan dari yang tak ditakdirkan untukku
Yang kuingat saat itu, yang kulakukan hanya menggerutu
Angkuh
Lebih percaya cara-caraku, pilih ragukan rencana Sang Maha Penentu
[Chorus]
Untungnya bumi masih berputar
Untungnya ku tak pilih menyerah
Untungnya ku bisa rasa hal-hal baik yang datangnya belakangan
[Bridge]
Ada waktu-waktu
Hal buruk datang berturut-turut
Semua yang tinggal juga yang hilang, seberapa pun absurdnya
Pasti ada makna
[Instrumental]
[Chorus]
Untungnya bumi masih berputar
Untungnya ku tak pilih menyerah
Itu memang paling mudah, untungnya kupilih
Yang lebih susah
Untungnya kupakai akal sehat
Untungnya hidup terus berjalan
Untungnya ku bisa rasa hal-hal baik yang datangnya belakangan
[Outro]
Untungnya, untungnya
Hidup harus tetap berjalan.
Melalui lirik tersebut, Bernadya mampu menyentuh tema-tema yang relevan bagi banyak orang, terutama mereka yang sedang bergulat dengan persoalan hidup. Dengan syair yang mudah dipahami, ia berhasil menggambarkan perjuangan emosional seseorang dalam menerima kenyataan hidup.
Baca: Pergulatan Muhammadiyah dan NU dalam Sebuah Lagu
Takdir dan syukur
Lagu andalan Bernadya itu dibuka dengan pernyataan yang menggambarkan perasaan seseorang yang tidak begitu mempercayai takdir Tuhan. Hal itu, dibilang sebagai fenomena umum, bahkan sejak lampau telah disinggung Al-Qur’an.
Dalam QS. Al-Furqan: 2. Allah Swt berfirman:
ۨالَّذِيْ لَهٗ مُلْكُ السَّمٰوٰتِ وَالْاَرْضِ وَلَمْ يَتَّخِذْ وَلَدًا وَّلَمْ يَكُنْ لَّهٗ شَرِيْكٌ فِى الْمُلْكِ وَخَلَقَ كُلَّ شَيْءٍ فَقَدَّرَهٗ تَقْدِيْرًا
“(Yaitu Zat) yang milik-Nyalah kerajaan langit dan bumi, (Dia) tidak mempunyai anak, dan tidak ada satu sekutu pun dalam kekuasaan(-Nya). Dia telah menciptakan segala sesuatu, lalu menetapkan ukuran-ukurannya dengan tepat.”
Ulama ahli tafsir, Prof. KH Muhammad Quraish Shihab dalam Tafsir Al-Mishbah menjelaskan, ayat tersebut sedang menegaskan bahwa semua makhluk sejatinya telah ditetapkan Tuhan sesuai kadar (takdir)-nya masing-masing. Mereka tidak akan mampu melampaui batas dari ketetapan tersebut.
Oleh karena itu, kata “qaddara” dalam ayat itu bermakna mengukur atau memberi kadar atau ukuran. Sehingga pengertiannya adalah memberi kadar/ukuran/batas-batas tertentu dalam diri, sifat, ciri-ciri kemampuan maksimal bagi setiap makhluk-Nya.
Barulah pada bagian chorus, benih dari rasa syukur itu muncul. Lagu ini seakan menjebak pendengarnya untuk segera mensyukuri apapun yang sedang dirasakan.
Dalam ajaran Islam pun demikian. Manusia dianjurkan untuk selalu bersyukur dengan tujuan agar nikmat yang dirasakan terus bertambah. Penjelasan tersebut seperti yang tertuang dalam QS. Ibrahim: 7.
Allah Swt berfirman:
وَاِذْ تَاَذَّنَ رَبُّكُمْ لَىِٕنْ شَكَرْتُمْ لَاَزِيْدَنَّكُمْ وَلَىِٕنْ كَفَرْتُمْ اِنَّ عَذَابِيْ لَشَدِيْدٌ
“(Ingatlah) ketika Tuhanmu memaklumkan, “Sesungguhnya jika kamu bersyukur, niscaya Aku akan menambah (nikmat) kepadamu, tetapi jika kamu mengingkari (nikmat-Ku), sesungguhnya azab-Ku benar-benar sangat keras.”
Imam Fakhruddin Ar-Razi dalam Mafatih al-Ghaib menjelaskan, setidaknya terdapat tiga kandungan utama dalam ayat tersebut. Pertama, pada hakikatnya syukur merupakan ungkapan rasa pengakuan diri atas nikmat dari yang Maha Pemberi.
Kedua, janji Allah untuk menambah kenikmatan bagi yang merasa bersyukur. Nikmat tersebut bisa berbentuk jasmani maupun rohani. Nikmat rohani ini jika benar-benar dirasakan akan mencapai maqam (derajat) tertinggi yakni cinta kepada-Nya. Sedangkan nikmat jasmani ialah ketika seseorang selalu menyibukan diri sebagai bentuk rasa syukur, maka semakin banyak nikmat yang ia peroleh.
Ketiga, sikap kufur akan nikmat bisa menyebabkan rasa tersiksa. Rasa tersiksa ini muncul karena ia tidak tahu akan nikmat Allah sehingga ia juga tidak benar-benar mengetahui Allah. Katidaktahuan itulah, yang menurut Imam Ar-Razi, sebagai siksa yang besar.
Pada bagian bridge, Bernadya mencoba untuk menekankan bahwa seseorang harus pintar-pintar mencari hikmah dari setiap kejadian. Ajakan tersebut seperti yang tertuang dalam QS. Al-Baqarah: 269. Allah Swt berfirman:
يُّؤْتِى الْحِكْمَةَ مَنْ يَّشَاۤءُ ۚ وَمَنْ يُّؤْتَ الْحِكْمَةَ فَقَدْ اُوْتِيَ خَيْرًا كَثِيْرًا ۗ وَمَا يَذَّكَّرُ اِلَّآ اُولُوا الْاَلْبَابِ
“Dia (Allah) menganugerahkan hikmah kepada siapa yang Dia kehendaki. Siapa yang dianugerahi hikmah, sungguh dia telah dianugerahi kebaikan yang banyak. Tidak ada yang dapat mengambil pelajaran (darinya), kecuali ululalbab.”
Imam At-Thabari dalam tafsirnya menjelaskan, maksud dari ayat tersebut adalah bahwa Allah Swt menghendaki memberi didikan berupa pelajaran dalam ucapan maupun perbuatan atas orang yang Dia kehendaki.
Sementara Imam Jalaluddin Al-Mahalli dalam Tafsir Jalalain mengatakan, ketika Allah memberi didikan, maka ilmu yang bermanfaat akan menyertai hamba tersebut. Menurut Imam Al-Mahalli, Ganjaran bagi pemilik hikmah adalah kebahagiaan yang abadi.
Di bagian penutup, lagu tersebut menegaskan kembali pentingnya menjalani hidup meskipun banyak tantangan yang harus dihadapi. Di sisi lain, lirik tersebut seolah menjadi pesan optimistis bahwa setiap individu memiliki kekuatan untuk melewati masa-masa sulit dan menemukan kebahagiaan di akhir perjalanan.
Dalam perspektif ajaran Islam, Allah Swt tidak akan memberikan ujian yang melebihi kekuatan hamba-Nya. Hal itu seperti yang tercantum dalam QS. Al-Baqarah: 286. Allah Swt berfirman:
لَا يُكَلِّفُ اللّٰهُ نَفْسًا اِلَّا وُسْعَهَا
“Allah tidak membebani seseorang, kecuali menurut kesanggupannya.”
Menurut Imam Baidhawi, dalam Tafsir Anwarul Tanzil wa Asrarut Ta’wil, ayat tersebut menegaskan bahwa Allah tidak membebani seseorang melainkan sesuai dengan kapasitas kemampuannya. Beban yang diberikan sesuai dengan kekuatan dan kemampuan manusia, sebagai bentuk rahmat dan kemurahan Allah Swt.
Hal ini, lanjut Imam Baidhawi, menunjukkan bahwa beban tersebut tidak mungkin melebihi batas kemampuan seseorang, dan Allah memberikan kemudahan dalam segala perintah.
Baca: Yuhyi wa Yumit, Pesan Keberlangsungan Hidup dalam Karya Efek Rumah Kaca
Menemui kebijaksanaan
Dengan “Untungnya, Hidup Harus Tetap Berjalan,” Bernadya berhasil menciptakan sebuah karya musik yang tidak hanya memberikan hiburan, tetapi juga menjadi medium refleksi spiritual dan emosional bagi pendengarnya. Lagu ini mengingatkan bahwa setiap individu, pada titik tertentu dalam hidupnya, akan menghadapi cobaan yang tampaknya tak terpecahkan. Namun, melalui kesabaran, syukur, dan keyakinan pada rencana Tuhan, semua akan menemukan jalannya.
Lagu tersebut seolah menjadi pengingat bahwa dalam ketidakpastian dan kesulitan, ada hikmah yang sedang ditunggu untuk ditemukan. Bagi pendengar, lagu ini bisa menjadi pengingat sederhana bahwa hidup, meski tidak selalu mudah, tetap harus dilalui dengan hati yang tenang dan pikiran yang terbuka.