Ikhbar.com: Menjelang Pilkada Serentak 2024, banyak yang merasa kecewa dengan pilihan para kandidat. Mereka mungkin tidak sepenuhnya mencerminkan harapan atau aspirasi rakyat. Namun, dalam kondisi seperti ini, penting untuk kembali kepada Al-Qur’an sebagai pedoman hidup.
Allah Swt telah memberikan petunjuk agar seorang Muslim tidak terjebak dalam keputusasaan dan tetap memiliki harapan. Berikut adalah lima saran dari Al-Qur’an yang dapat menjadi pegangan saat menghadapi sejumlah pilihan yang dinilai tak begitu pas dengan angan-angan.
Baca: 3 Ciri Pemimpin Adil menurut Al-Ghazali
Bertawakal kepada Allah Swt
Ketika menghadapi pilihan yang tidak sesuai harapan, seorang Muslim diingatkan untuk bertawakal kepada Allah Swt. Tawakal berarti mempercayakan hasil akhir kepada Allah setelah berusaha sebaik mungkin.
Allah Swt berfirman:
وَّيَرْزُقْهُ مِنْ حَيْثُ لَا يَحْتَسِبُۗ وَمَنْ يَّتَوَكَّلْ عَلَى اللّٰهِ فَهُوَ حَسْبُهٗ ۗاِنَّ اللّٰهَ بَالِغُ اَمْرِهٖۗ قَدْ جَعَلَ اللّٰهُ لِكُلِّ شَيْءٍ قَدْرًا
“…dan menganugerahkan kepadanya rezeki dari arah yang tidak dia duga. Siapa yang bertawakal kepada Allah, niscaya Allah akan mencukupkan (keperluan)-nya. Sesungguhnya Allahlah yang menuntaskan urusan-Nya. Sungguh, Allah telah membuat ketentuan bagi setiap sesuatu.” (QS. At-Thalaq: 3).
Imam Jalaluddin Al-Mahalli dan Jalaluddin As-Suyuti dalam Tafsir Al-Jalalain menjelaskan, kalimat “fahuwa hasbuhu” atau “mencukupkan kebutuhannya” itu tidak hanya terbatas kebutuhan rezeki, tapi segala hal yang dicita-citakan baik di dunia maupun di akhirat.
Penjelasan itu juga menunjukkan bahwa apapun hasil dari pilihan yang dihadapi, Allah Swt telah menetapkan takdir yang terbaik bagi umat-Nya. Dengan bertawakal, hati akan menjadi tenang, meski pilihan yang ada tampak tidak sesuai harapan.
Bersabar dalam menghadapi ujian
Pilihan yang tidak memuaskan bisa jadi merupakan bagian dari ujian Allah Swt. Dalam setiap ujian, kesabaran adalah kunci utama.
Dalam QS. Al-Furqan: 20, Allah Swt berfirman:
وَمَآ اَرْسَلْنَا قَبْلَكَ مِنَ الْمُرْسَلِيْنَ اِلَّآ اِنَّهُمْ لَيَأْكُلُوْنَ الطَّعَامَ وَيَمْشُوْنَ فِى الْاَسْوَاقِۗ وَجَعَلْنَا بَعْضَكُمْ لِبَعْضٍ فِتْنَةً ۗ اَتَصْبِرُوْنَۚ وَكَانَ رَبُّكَ بَصِيْرًا ۔
“Kami tidak mengutus rasul-rasul sebelummu (Nabi Muhammad), melainkan mereka pasti menyantap makanan dan berjalan di pasar. Kami menjadikan sebagian kamu sebagai cobaan bagi sebagian yang lain. Maukah kamu bersabar? Tuhanmu Maha Melihat.”
Mengacu pada penjelasan dalam Tafsir Ibnu Katsir, ayat tersebut sejatinya mengingatkan tentang pentingnya bersabar ketika menghadapi berbagai macam cobaan. Sedangkan yang dimaksud “kesabaran” dalam hal ini tidak hanya berarti menahan diri dari amarah, tetapi juga menerima keadaan dengan lapang dada sambil terus berusaha mencari jalan keluar yang lebih baik.
Jangan berputus asa dari rahmat Allah
Al-Qur’an mengingatkan setiap Muslim agar tidak pernah berputus asa dari rahmat Allah, bahkan ketika pilihan-pilihan yang ada tidak memberikan harapan.
Allah Swt berfirman:
قُلْ يٰعِبَادِيَ الَّذِيْنَ اَسْرَفُوْا عَلٰٓى اَنْفُسِهِمْ لَا تَقْنَطُوْا مِنْ رَّحْمَةِ اللّٰهِ ۗاِنَّ اللّٰهَ يَغْفِرُ الذُّنُوْبَ جَمِيْعًا ۗاِنَّهٗ هُوَ الْغَفُوْرُ الرَّحِيْمُ
“Katakanlah (Nabi Muhammad), ‘Wahai hamba-hamba-Ku yang melampaui batas (dengan menzalimi) dirinya sendiri, janganlah berputus asa dari rahmat Allah. Sesungguhnya Allah mengampuni dosa semuanya. Sesungguhnya Dialah Yang Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.” (QS. Az-Zumar: 53).
Menurut Imam Muhammad bin Jarir At-Tabari dalam Tafsir Ath-Thabari menjelaskan bahwa Allah Swt melarang umat Islam berputus asa dari rahmat-Nya. Allah Swt senantiasa memaafkan dan mengampuni umat-Nya yang telah berani meninggalkan dosa-dosa.
Ayat tersebut merupakan pengingat agar setiap orang yang beriman senantiasa berpegang pada harapan, karena rahmat Allah Swt sangat luas dan mencakup segala sesuatu. Dalam konteks politik, ini berarti bahwa meskipun pilihan yang ada tampaknya mengecewakan, selalu ada harapan bahwa Allah akan memberikan hasil terbaik bagi umat-Nya.
Baca: 5 Doa yang Penting Diamalkan jelang Pilkada 2024
Memperbanyak istighfar dan taubat
Salah satu cara agar tetap tenang dan tidak kecewa berlebihan saat menghadapi pilihan yang tidak sesuai harapan adalah dengan memperbanyak istighfar dan taubat.
Dalam QS. Nuh: 10-12, Allah Swt berfirman:
فَقُلْتُ اسْتَغْفِرُوْا رَبَّكُمْ اِنَّهٗ كَانَ غَفَّارًاۙ. يُّرْسِلِ السَّمَاۤءَ عَلَيْكُمْ مِّدْرَارًاۙ. وَّيُمْدِدْكُمْ بِاَمْوَالٍ وَّبَنِيْنَ وَيَجْعَلْ لَّكُمْ جَنّٰتٍ وَّيَجْعَلْ لَّكُمْ اَنْهٰرًاۗ
“Lalu, aku berkata (kepada mereka), ‘Mohonlah ampun kepada Tuhanmu. Sesungguhnya Dia Maha Pengampun. (Jika kamu memohon ampun,) niscaya Dia akan menurunkan hujan yang lebat dari langit kepadamu, memperbanyak harta dan anak-anakmu, serta mengadakan kebun-kebun dan sungai-sungai untukmu.”
Menurut Imam Abu Abdullah Al-Qurtubi, dalam Tafsir Al-Qurtubi, ketika seorang hamba beristighfar atau meminta ampunan kepada Allah Swt, maka Dia akan menurunkan rezeki dalam bentuk hujan dan lainnya.
Memperbanyak istighfar bukan sekadar memohon ampun atas dosa-dosa yang telah lalu, tetapi juga sebagai sarana untuk membuka pintu-pintu keberkahan. Dengan banyak beristighfar, Allah akan membuka jalan keluar dari berbagai kesulitan, termasuk memberikan hasil terbaik dari pilihan yang tampak tidak menjanjikan.
Pemimpin adalah cerminan masyarakat
Al-Qur’an mengajarkan bahwa pemimpin yang muncul adalah cerminan dari kondisi masyarakatnya. Oleh karena itu, jika ditemukan pemimpin yang tidak ideal, ini adalah kesempatan untuk introspeksi diri dan memperbaiki kualitas sebagai umat.
Allah Swt berfirman:
وَكَذٰلِكَ نُوَلِّيْ بَعْضَ الظّٰلِمِيْنَ بَعْضًاۢ بِمَا كَانُوْا يَكْسِبُوْنَ
“Demikianlah Kami jadikan sebagian orang-orang zalim berteman dengan sebagian lainnya, sebagai balasan atas apa yang selalu mereka kerjakan.” (QS. Al-An‘am: 129).
Imam Al-Husain bin Mas’ud Al-Baghawi, dalam Tafsir Al-Baghawi menjelaskan, ayat itu menegaskan bahwa Allah Swt kerap menakdirkan seorang yang zalim berkuasa sebagai hukuman bagi kaumnya yang telah melakukan dosa-dosa.
Oleh karena itu, memperbaiki diri dan berupaya menjadi umat yang lebih baik adalah jalan menuju munculnya pemimpin yang mencerminkan nilai-nilai kebaikan tersebut.