Ikhbar.com: Pandangan mata seseorang dapat memengaruhi kondisi fisik atau mental orang lain. Peristiwa ini lazim disebut ishabat al-‘ain alias pengaruh pandangan mata. Bahkan, orang-orang banyak yang salah kaprah memahaminya sebagai penyakit ain.
Ishabat al-‘ain memang bisa menghadirkan banyak dampak bagi kesehatan manusia. Termasuk menyebabkan sakit, kecelakaan, hingga kematian. Selain itu, ishabat al-‘ain juga dapat memengaruhi kesejahteraan emosional dan mental seseorang. Dampak ain mampu menumbuhkan kecemasan, perubahan mood secara tiba-tiba, depresi, dan paranoia. Namun, bagaimana pengertian ain menurut para ulama?
Baca: Ardhal al-‘Umur,’ Penjelasan Al-Qur’an tentang Fase Tua dan Pikun
Bukan penyakit secara harfiah
Pakar tafsif Al-Qur’an, Profesor. KH Muhammad Quraish Shihab menyebut ain sebagai sebuah penyakit tidak sepenuhnya benar. Ain, menurut penulis Tafsir Al-Mishbah tersebut lebih layak diartikan sebagai sebuah pengaruh buruk dari pandangan mata atau pikiran disertai rasa takjub atau iri hati hingga menimbulkan mudarat terhadap apa saja yang dilihatnya.
“Ain itu bukan penyakit. Ain itu pandangan mata yang kemudian berkembang maknanya sehingga bisa mencakup segala sesuatu yang terpikirkan secara fokus,” jelas Prof Quraish dalam tayangan YouTube ‘Shihab & Shihab,’ dikutip Kamis, 5 Oktober 2023.
Menurut Prof. Quraish, orang yang memiliki ain cenderung diliputi perasaan iri hati serta dengki. Bahkan, kekaguman yang sangat berlebihan terhadap apa yang tertangkap oleh sorot matanya.
“Yang iri hati orang lain, tetapi kita yang bisa terkena dampaknya,” jelas Prof. Quraish.
Oleh karena itu, ayah presenter kondang, Najwa Shihab itu menyebut, ain juga bisa datang dari korban. Di era serba-digital yang seakan-akan mewajarkan segala aktivitas diunggah di media sosial, tidak menutup kemungkinan ain muncul dari bisikan-bisikan hati yang lalai saat memuji.
“Misalnya ketika bercermin kita merasa diri paling cantik, itu adalah gambaran dari keinginan Anda yang dipendam dalam hati yang kemudian salah mengucapkannya lalu tanpa disadari membawa mudarat,” katanya.
Guna terhindar dari ain, pendiri Pusat Studi Al-Qur’an (PSQ) itu menganjurkan agar seorang Muslim senantiasa memohon perlindungan kepada Allah Swt dari segala bahaya maupun keburukan bersifat duniawi.
“Untuk mencegahnya, para ulama mengajarkan doa-doa juga beberapa zikir. Seperti pagi-pagi membaca Wirdul Lathif, malamnya membaca Rathibul Haddad. Nah, itu semua untuk memagari kita,” katanya.
Sementara itu, Syekh Ibnu Hajar Al-Asqalany dalam Fath al-Bari mendefinisikan ain sebagai pandangan kagum atau takjub disertai dengan rasa iri dengki dari seseorang yang memiliki tabiat buruk dan mengakibatkan adanya bahaya pada orang yang dilihatnya.
Sedangkan Imam Al-Munawi dalam Faid al-Qadir menjabarkan, “Ain adalah pandangan pada sesuatu dalam keadaan lalai dengan rasa kagum kepadanya atau rasa dengki tanpa disertai berzikir kepada Allah.”
Berdasarkan dua definisi tersebut, maka dapat ditarik kesimpulan bahwa ain terdiri dari dua jenis. Pertama, pandangan dari orang yang memiliki tabiat buruk yang dalam hatinya terdapat rasa hasud, dengki, dan ingin mencelakai terhadap orang yang dipandangnya. Kedua, pandangan kekaguman atau ketakjuban dari orang yang tidak sedang merasa dengki, tetapi kekaguman tersebut tidak disertai dengan berzikir kepada Allah.
Peringatan tentang keberadaan ain juga dijelaskan dalam QS. Al-Qalam: 51. Allah Swt berfirman:
وَاِنْ يَّكَادُ الَّذِيْنَ كَفَرُوْا لَيُزْلِقُوْنَكَ بِاَبْصَارِهِمْ لَ مَّا سَمِعُوا الذِّكْرَ وَيَقُوْلُوْنَ اِنَّهٗ لَمَجْنُوْنٌ
“Sejatinya orang-orang yang kufur itu hampir-hampir menggelincirkanmu dengan pandangan matanya ketika mereka mendengar Al-Qur’an dan berkata, ‘Sesungguhnya dia (Nabi Muhammad) benar-benar orang gila.”
Imam Ibnu Katsir mengarahkan maksud dari kata “pandangan” dalam ayat tersebut adalah penglihatan yang disertai dengan kekuatan ain.
Baca: Ayat Pereda Sakit Kepala
Proses kerja
Syekh Thahir bin Shalih Al-Jazairi dalam Al-Jawahir al-Kalamiyah membenarkan bahwa kondisi buruk akibat pandangan mata seseorang bisa sangat mungkin terjadi. Syekh Al-Jazari mengatakan, sebagian kecil manusia memang mampu memengaruhi objek yang dilihatnya lantaran memiliki keistimewaan.
“Namun, peristiwa-peristiwa di luar nalar tidak lantas bisa dikaitkan dengan kekuatan mata atau bahkan sihir. Hal itu terlalu menyederhanakan persoalan dan tidak pantas dilakukan,” tulis Syekh Al-Jazari.
Ulama ahli ilmu tauhid itu menegaskan, meskipun tidak terjadi kontak fisik langsung, tetapi pandangan mata yang bersifat halus lagi kuat bisa memberikan efek terhadap objek.
“Kita kerap menyaksikan peristiwa sejumlah orang yang memiliki kondisi khusus dan kekuatan ketika memandang orang yang ia benci, maka objeknya bisa mengalami kebingungan dan gemetar, bahkan kerusakan, meskipun tidak bersentuhan langsung. Ibarat gaya magnetik,” tulis Syekh asal Damaskus tersebut.
Ia melanjutkan, benda-benda abstrak kadang kala bisa memberikan pengaruh lebih besar dibandingkan dengan benda konkret. Sebab peristiwa fisik juga sangat dipengaruhi kehendak dan niat.
“Maka tidak mengherankan apabila kekuatan mata dapat berpengaruh terhadap obyek yang dipandanginya,” kata Syekh Al-Jazari.
Baca: Al-Zahrawi, Dokter Muslim Penemu Kosmetik dan Skincare
Pesan Rasulullah
Ihwal keberadaan dampak ain juga ditegaskan Rasulullah Muhammad Saw. Nabi bersabda, “Ain itu nyata. Kalau saja ada sesuatu yang mendahului takdir, niscaya ain akan mendahuluinya” (HR Muslim).
Hal yang berhubungan dengan ain pernah nyata-nyata terjadi di zaman Rasulullah. Tepatnya, ketika sahabat Amir bin Rabiah mandi bersama Sahl bin Hanif.
Amir bin Rabiah terkagum-kagum saat melihat badan Sahl bin Hanif yang putih dan bersih, seketika itu Sahl bin Hanif pingsan, para sahabat yang lain akhirnya memanggil Rasulullah.
Setelah merukiyah Sahl bin Hanif, Rasulullah Saw bersabda, “Ketika salah satu di antara kalian kagum saat melihat dirinya sendiri, barang miliknya, atau saat melihat saudaranya, maka doakanlah dia dengan keberkahan, karena ‘ain itu nyata” (HR Nasa’i dan Hakim).