Ikhbar.com: Berpikir kritis sangat dibutuhkan dalam proses belajar mengajar, terlebih bagi mahasiswa baru yang dalam waktu dekat akan memulai perkuliahan. Status mahasiswa membuat mereka dituntut untuk meninggalkan pola belajar satu arah seperti ketika masih duduk di bangku sekolah.
Kandungan dalam QS. Al-Baqarah: 260 dapat menjadi acuan dalam mengasah pola pikir kritis. Di dalam ayat itu dikisahkan sosok Nabi Ibrahim As yang memiliki rasa ingin tahu begitu besar. Allah Swt berfirman:
وَاِذْ قَالَ اِبْرٰهٖمُ رَبِّ اَرِنِيْ كَيْفَ تُحْيِ الْمَوْتٰىۗ قَالَ اَوَلَمْ تُؤْمِنْ ۗقَالَ بَلٰى وَلٰكِنْ لِّيَطْمَىِٕنَّ قَلْبِيْ ۗقَالَ فَخُذْ اَرْبَعَةً مِّنَ الطَّيْرِ فَصُرْهُنَّ اِلَيْكَ ثُمَّ اجْعَلْ عَلٰى كُلِّ جَبَلٍ مِّنْهُنَّ جُزْءًا ثُمَّ ادْعُهُنَّ يَأْتِيْنَكَ سَعْيًا ۗوَاعْلَمْ اَنَّ اللّٰهَ عَزِيْزٌ حَكِيْمٌ ࣖ
“(Ingatlah) ketika Ibrahim berkata, ‘Ya Tuhanku, perlihatkanlah kepadaku bagaimana Engkau menghidupkan orang-orang mati’ Dia (Allah) berfirman, ‘Belum percayakah engkau?’ Dia (Ibrahim) menjawab, ‘Aku percaya, tetapi agar hatiku tenang’ Dia (Allah) berfirman, ‘Kalau begitu, ambillah empat ekor burung, lalu dekatkanlah kepadamu (potong-potonglah). Kemudian, letakkanlah di atas setiap bukit satu bagian dari tiap-tiap burung. Selanjutnya, panggillah mereka, niscaya mereka datang kepadamu dengan segera’ Ketahuilah bahwa Allah Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana.”
Baca: Nabi Ibrahim Melacak Ka’bah
Dialog-dialog kritis
Imam Al-Jauzi dalam Zad al-Mashir fi ‘Ilm al-Tafsir menjelaskan, ayat tersebut menegaskan tentang rasa keingintahuan Nabi Ibrahim. Rasa ingin tahu itu kemudian diungkapkan lewat sebabak dialog dengan Tuhannya.
“Beliau memohon kepada Allah Swt supaya ditampakkan bukti empirik tentang bagaimana Allah Swt dapat menghidupkan kembali makhluk yang sudah mati untuk meyakinkan hatinya, serta memastikan secara rasional apapun yang dipahaminya,” tulis Al-Jauzi.
Sementara itu, Syekh Wahbah Az-Zuhaili dalam Tafsir al-Munir fi al-‘Aqidah wa al-Syari’ah wa al-Manhaj menerangkan, mayoritas ulama berpendapat bahwa ayat tersebut tidak menunjukkan keraguan Nabi Ibrahim terhadap kemampuan Allah Swt. Menurutnya, Nabi Ibrahim hanya ingin melihat kemampuan itu secara langsung, hal itu tak lepas dari sifat dasar manusia.
“Manusia selalu ingin mewujudkan sesuatu yang belum terwujud dan melihat secara langsung sesuatu yang telah diinformasikan kepadanya,” jelasnya.
Sebagaimana yang telah disebutkan, nabi yang dijuluki Khalilullah ini memang dikenal sebagai sosok yang memiliki nalar kritis yang dapat dilihat pada beberapa ayat yang merekam kepribadian beliau. Misalnya, ketika mencoba mencari Tuhan, beliau beradu argumen dengan para penyembah berhala dan Raja Namrud. Begitu pula dialognya dengan Nabi Ismail, putranya, ketika diperintahkan untuk disembelih.
Baca: Ka’bah Pra-Islam, Diklaim Jadi Rumah Dewa Siwa hingga Hormuz
Kisah Nabi Ibrahim mengajarkan bahwa kemampuan berpikir kritis sangat penting dikembangkan pada diri setiap orang sebagai dasar penguasaan jenjang kognitif yang lebih tinggi, yakni menerapkan, menganalisis, mengevaluasi, dan mengkreasi.
Salah satu pola pembelajaran yang dapat meningkatkan berpikir kritis salah satunya adalah model pembelajaran Problem Based Learning (PBL) atau dikenal dengan Pembelajaran Berbasis Masalah (PBM), yakni sebuah pendekatan pengajaran yang menggunakan hal-hal yang terkait dengan kehidupan sehari-hari sebagai konteks permasalahan. Dan hal ini, dipelopori Nabi Ibrahim As selama pencariannya tentang keberadaan Tuhan dan kebenaran yang sejati.