Ikhbar.com: Lembaga pemantau kualitas udara dunia, IQAir melaporkan buruknya polusi yang terjadi di DKI Jakarta. Dalam sepekan terakhir, bahkan Jakarta pernah menduduki posisi puncak sebagai wilayah dengan kualitas udara paling buruk nomor satu sedunia. Indeks Kualitas Udara (AQI) sempat menunjukkan di angka 170. Padahal, berdasarkan panduan Badan Kesehatan Dunia (WHO), angka kualitas udara yang baik berkisar 0 sampai 50 saja.
Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan (LHK), Siti Nurbaya Bakar menegaskankan biang kerok polusi udara adalah penggunaan kendaraan yang membeludak. Kendaraan ini menciptakan emisi gas pembuangan yang sangat besar.
Ia menyebut setidaknya ada 24,5 juta kendaraan bermotor yang mengeluarkan sisa hasil pembakarannya di Jakarta. Dari jumlah itu, 19,2 juta di antaranya merupakan kendaraan roda dua.
Pelestarian alam bermula dari cinta
Manusia mempunyai mandat dari Allah Swt untuk mengemban misi ekologis, yakni mengelola alam secara lestari. Hal itu sebagaimana tercantum pada QS. Al-Baqarah: 30. Allah Swt berfirman:
وَاِذْ قَالَ رَبُّكَ لِلْمَلٰۤىِٕكَةِ اِنِّيْ جَاعِلٌ فِى الْاَرْضِ خَلِيْفَةً ۗ قَالُوْٓا اَتَجْعَلُ فِيْهَا مَنْ يُّفْسِدُ فِيْهَا وَيَسْفِكُ الدِّمَاۤءَۚ وَنَحْنُ نُسَبِّحُ بِحَمْدِكَ وَنُقَدِّسُ لَكَ ۗ قَالَ اِنِّيْٓ اَعْلَمُ مَا لَا تَعْلَمُوْنَ
“(Ingatlah) ketika Tuhanmu berfirman kepada para malaikat, ‘Aku hendak menjadikan khalifah di bumi.’ Mereka berkata, ‘Apakah Engkau hendak menjadikan orang yang merusak dan menumpahkan darah di sana, sedangkan kami bertasbih memuji-Mu dan menyucikan nama-Mu?’ Dia berfirman, ‘Sesungguhnya Aku mengetahui apa yang tidak kamu ketahui.”
Dalam kamus Al-Munjid fi al-Lughah wa al-adab wa al-Ulum, pelestarian semakna dengan al-ishlah yang berarti menjadikan sesuatu tetap adanya dan menjaga keberadaannya karena dilandasi rasa kasih sayang.
Dengan demikian, menjaga lingkungan sebenarnya sudah menjadi fitrah bagi diri manusia. Sebab, setiap insan pasti dibekali rasa cinta sejak lahir.
Selain itu, Allah Swt juga memerintahkan manusia untuk tidak merusak apa yang ada di bumi. Dalam QS. Al-A’raf: 56, Allah Swt berfirman:
وَلَا تُفْسِدُوْا فِى الْاَرْضِ بَعْدَ اِصْلَاحِهَا وَادْعُوْهُ خَوْفًا وَّطَمَعًاۗ اِنَّ رَحْمَتَ اللّٰهِ قَرِيْبٌ مِّنَ الْمُحْسِنِيْنَ
“Janganlah kamu berbuat kerusakan di bumi setelah diatur dengan baik. Berdoalah kepada-Nya dengan rasa takut dan penuh harap. Sesungguhnya rahmat Allah sangat dekat dengan orang-orang yang berbuat baik.”
Syekh Mutawalli As-Sya’rawi dalam Tafsir As-Sya’rawi menyebutkan bahwa secara tersirat ayat tersebut memberikan teladan perilaku ihsan, yaitu berbuat baik.
“Kebaikan merupakan semua perilaku yang disandarkan dengan kasih sayang. Implementasinya, berbuat baik kepada alam diindikasikan dengan menjaganya, berbuat baik kepada manusia berarti tidak menyakitinya, berbuat baik kepada Tuhan berarti taat dan tunduk hanya kepada-Nya,” jelas As-Sya’rawi.
Baca: Kualitas Hablum Minal Alam Tentukan Keberadaan Bencana
Pergerakan angin
Penyebab utama buruknya udara di Jakarta akibat dari polusi kendaraan yang berlebih. Sebenarnya, embusan angin yang membawa sejuknya udara telah diatur Allah Swt. Sebab jika angin berhembus tidak teratur, justru akan membahayakan manusia.
Dalam QS. Al-Baqarah: 164, Allah Swt berfirman:
اِنَّ فِيْ خَلْقِ السَّمٰوٰتِ وَالْاَرْضِ وَاخْتِلَافِ الَّيْلِ وَالنَّهَارِ وَالْفُلْكِ الَّتِيْ تَجْرِيْ فِى الْبَحْرِ بِمَا يَنْفَعُ النَّاسَ وَمَآ اَنْزَلَ اللّٰهُ مِنَ السَّمَاۤءِ مِنْ مَّاۤءٍ فَاَحْيَا بِهِ الْاَرْضَ بَعْدَ مَوْتِهَا وَبَثَّ فِيْهَا مِنْ كُلِّ دَاۤبَّةٍ ۖ وَّتَصْرِيْفِ الرِّيٰحِ وَالسَّحَابِ الْمُسَخَّرِ بَيْنَ السَّمَاۤءِ وَالْاَرْضِ لَاٰيٰتٍ لِّقَوْمٍ يَّعْقِلُوْنَ
“Sesungguhnya pada penciptaan langit dan bumi, pergantian malam dan siang, bahtera yang berlayar di laut dengan (muatan) yang bermanfaat bagi manusia, apa yang Allah turunkan dari langit berupa air, lalu dengannya Dia menghidupkan bumi setelah mati (kering), dan Dia menebarkan di dalamnya semua jenis hewan, dan pengisaran angin dan awan yang dikendalikan antara langit dan bumi, (semua itu) sungguh merupakan tanda-tanda (kebesaran Allah) bagi kaum yang mengerti.”
Syekh Mutawalli As-Sya’rawi dalam tafsirnya menjelaskan, kata tashrif dalam ayat tersebut bermakna membolak-balik sesuatu dari satu arah ke arah yang lain. Oleh karena itu, kalimat wa tashrifirriyakhi dimaknai dengan pergerakan angin yang bertiup ke berbagai arah, mengubah arah angin ke berbagai tempat.
“Sedangkan kata al-musakhar berasal dari kata taskhir yang artinya menundukkan dan menjalankan. Ketika proses arus angin di analisa, akan didapatkan sebuah keseimbangan yang terkombinasi pada molekul udara. Sewaktu-waktu datang angin dari arah panas untuk memberikan hawa panas ke daerah dingin, begitu pun sebaliknya,” jelas dia.
Langkah alternatif
Ditjen Pengendalian Pencemaran dan Kerusakan Lingkungan (PPKL) KLHK menyebutkan bahwa hujan dinilai paling berpengaruh untuk menurunkan polusi udara di Jakarta. Sebab, hujan mampu membilas kualitas udara.
Mengutip pendapat Hisham Thalbah dalam Ensiklopedia Mukjizat Al-Qur’an dan Hadis (2008), hujan disebutkan dengan ragam penamaan dalam Al-Qur’an, salah satunya al-ma’ ath-thahur (air yang suci dan bersih). Hal itu merujuk QS. Al-Furqan: 48, Allah Swt berfirman:
وَهُوَ الَّذِيْٓ اَرْسَلَ الرِّيَاحَ بُشْرًاۢ بَيْنَ يَدَيْ رَحْمَتِهٖۚ وَاَنْزَلْنَا مِنَ السَّمَاۤءِ مَاۤءً طَهُوْرًا
“Dialah yang meniupkan angin (sebagai) pembawa kabar gembira sebelum kedatangan rahmat-Nya (hujan). Kami turunkan dari langit air yang sangat suci.”
Para ilmuwan menjelaskan air hujan adalah tetesan air hasil penyulingan yang dibuat oleh Allah Swt.
“Air hujan menjadi pembersih dan pembasmi kotoran terbaik yang mampu mensterilkan bumi yang tercemar,” tulis keterangan buku itu.
Dikutip dari Tumbuhan dalam Perspektif Al-Qur’an dan Sains, Kementerian Agama (2011), tumbuhan juga dinilai berperan besar dalam membersihkan udara, membuat suhu udara relatif konstan, serta menyeimbangkan proporsi gas di atmosfer.
“Oksigen yang diisap saat proses pernapasan manusia dan hewan diproduksi oleh tumbuhan. Begitupun, bagian penting dari bahan makanan dan kandungan nutrisi yang diperlukan sebagai asupan bagi dua makhuk hidup ini pun dihasilkan oleh tumbuhan,” tulis buku tersebut.
Islam juga menganjurkan umat manusia untuk gemar menanam pohon. Hal itu sebagaimana sabda Rasulullah Muhammad Saw yang tercantum dalam At-Targhib wat Tarhib minal Haditsisy Syarif karya Imam Zakiyuddin Abdul Azhim Al-Mundziri.
مَا مِنْ مُسْلِمٍ يَغْرِسُ غَرْسًا إِلاَّ كَانَ مَا أُكِلَ مِنْهُ لَهُ صَدَقَةٌ وَمَا سُرِقَ مِنْهُ لَهُ صَدَقَةٌ وَلاَ يَرْزَؤُهُ أَحَدٌ إِلاَّ كَانَ لَهُ صَدَقَةٌ إِلَى يَوْمِ القِيَامَةِ
“Tiada seorang Muslim yang menanam pohon kecuali apa yang dimakan bernilai sedekah, apa yang dicuri juga bernilai sedekah. Tiada pula seseorang yang mengurangi buah (dari pohon-)nya melainkan akan bernilai sedekah bagi penanamnya sampai hari kiamat.”