Ikhbar.com: Komisi Pemilihan Umum (KPU) telah menetapkan Daftar Pemilih Tetap (DPT) Pemilu 2024 dengan jumlah sebanyak 204,8 juta jiwa. Dari jumlah itu, pemilih muda menjadi golongan terbanyak dengan persentase sebesar 56,4%.
Pemilih muda itu terdiri dari kelompok milenial sebanyak 66,8 juta jiwa atau 33,6% dan pemilih dari generasi Z sebanyak 46,8 juta jiwa atau 22,8%. Angka tersebut menunjukkan betapa generasi yang lahir pada 1981-1996 dan 1997-2000 berpeluang menjadi penentu dalam Pemilu 2024.
Asumsi tersebut diperkuat hasil riset Studi Centre for Strategic and International Studies (CSIS) pada Agustus tahun lalu, yang menunjukkan bahwa angka partisipasi pemilih muda masih relatif tinggi.
“Hasil survei tersebut mencatat sebanyak 85,9 persen mengaku ikut serta memilih, 11,8 persen mengaku tidak memilih alias golput, dan 2,3 persen sisanya tidak menjawab pada Pemilu 2014. Sementara pada 2019, angka partisipasi pemilih muda meningkat menjadi 91,3 persen. Kemudian disusul 8 persen tidak memilih, dan 0,7 persen tidak menjawab,” tulis hasil riset tersebut, dikutip Ahad, 20 Agustus 2023.
Meskipun partisipasi pemilih muda pada pesta demokrasi diprediksi meningkat, tetapi potensi golput pada kelompok ini masih memungkinkan terjadi.
UMN Consulting pada 2023 mengungkap sejumlah alasan pemilih muda yang golput pada Pemilu 2019. Mereka berdalih dari mulai alasan sedang berada di luar daerah hingga mengaku tidak mendapatkan kartu pemilih.
“Namun, ada juga sisi nonteknis, seperti ideologi dan pesimisme terhadap hasil pemilu yang dapat memicu mereka golput,” tulis mereka.
Hasil penelitian itu menegaskan bahwa bahwa para pemilih muda saat itu tidak percaya bahwa pemilu mampu membawa perubahan dan perbaikan bangsa.
“Mereka memutuskan golput karena kebanyakan visi dan misi yang diusung para capres dan cawapres berseberangan dengan pandangan politik mereka. Dari kondisi ini, para peserta pemilu perlu membaca pandangan dan aspirasi pemilih muda, seperti soal kesejahteraan, lapangan kerja, hingga lingkungan hidup,” jelasnya.
Baca: LBM PWNU Jabar: Kampanye Politik di Masjid Haram
Pemuda dalam Al-Qur’an
Pemuda memiliki posisi penting dalam pandangan Islam. Bahkan, Al-Qur’an menggambarkan karakter kelompok ini sebagai sosok yang tangguh dalam melawan kebatilan. Dalam QS. Al-Kahfi:13, Allah Swt berfirman:
نَحْنُ نَقُصُّ عَلَيْكَ نَبَاَهُمْ بِالْحَقِّۗ اِنَّهُمْ فِتْيَةٌ اٰمَنُوْا بِرَبِّهِمْ وَزِدْنٰهُمْ هُدًىۖ
“Kami menceritakan kepadamu (Nabi Muhammad) kisah mereka dengan sebenarnya. Sesungguhnya mereka adalah pemuda-pemuda yang beriman kepada Tuhan mereka dan Kami menambahkan petunjuk kepada mereka.”
Imam Ibnu Kastir dalam Tafsir Al-Qur’an Al-Azim menjelaskan, kelompok muda selalu menjadi garda terdepan dalam memperjuangkan kebenaran.
“Terbukti, selain tujuh pemuda Ashabul Kahfi, para sahabat pada masa perjuangan dakwah Rasulullah juga didominasi oleh para pemuda. Sebaliknya, para penentang ajaran Nabi Muhammad justru didominasi kalangan tua suku Quraisy,” jelas Ibnu Katsir.
Selain itu, Allah Swt juga menyinggung masa muda sebagai fase kondisi fisik yang kuat. Era ini berbeda dengan fase pertumbuhan masa kanak-kanak atau masa tua. Hal itu sebagaimana dijelaskan dalam QS. Rum: 54, Allah Swt berfirman:
اَللّٰهُ الَّذِيْ خَلَقَكُمْ مِّنْ ضَعْفٍ ثُمَّ جَعَلَ مِنْۢ بَعْدِ ضَعْفٍ قُوَّةً ثُمَّ جَعَلَ مِنْۢ بَعْدِ قُوَّةٍ ضَعْفًا وَّشَيْبَةً ۗيَخْلُقُ مَا يَشَاۤءُۚ وَهُوَ الْعَلِيْمُ الْقَدِيْرُ
“Allah adalah Zat yang menciptakanmu dari keadaan lemah, kemudian Dia menjadikan(-mu) kuat setelah keadaan lemah. Lalu, Dia menjadikan(-mu) lemah (kembali) setelah keadaan kuat dan beruban. Dia menciptakan apa yang Dia kehendaki. Dia Maha Mengetahui lagi Maha Kuasa.”
Meski demikian, usia muda juga kerap disebut sebagai masa yang rentan melakukan kemaksiatan. Rasulullah Muhammad Saw bersabda:
سَبْعَةٌ يُظِلُّهُمْ اللَّهُ، فِي ظِلِّهِ، يَوْمَ لاَ ظِلَّ إِلاَّ ظِلُّهُ، اْلإِمَامُ الْعَادِلُ، وَشَابٌّ نَشَأَ فِي عِبَادَةِ اللهِ، وَرَجُلٌ قَلْبُهُ مُعَلَّقٌ فِي الْمَسَاجِدِ، وَرَجُلَانِ تَحَابَّا فِي اللَّهِ، اجْتَمَعَا عَلَيْهِ، وَتَفَرَّقَا عَلَيْهِ، وَرَجُلٌ طَلَبَتْهُ امْرَأَةٌ ذَاتُ مَنْصِبٍ، وَجَمَالٍ، فَقَالَ إِنِّي أَخَافُ اللَّهَ، وَرَجُلٌ تَصَدَّقَ فأَخْفَاها، حَتَّى لاَ تَعْلَمَ شِمَالُهُ مَا تُنْفِقُ يَمِينُهُ، وَرَجُلٌ ذَكَرَ اللَّهَ خَالِيًا، فَفَاضَتْ عَيْنَاه
“Ada tujuh golongan yang akan mendapat naungan Allah swt pada hari tidak ada naungan kecuali milik-Nya (hari kiamat), yaitu, Imam yang adil, pemuda yang hidupnya hanya untuk beribadah kepada Allah, seorang yang hatinya terikat dengan masjid, dua orang yang saling mencintai karena Allah, keduanya berkumpul karena Allah dan berpisah karena Allah, seorang laki-laki yang diajak wanita yang kaya dan cantik untuk berzina, maka laki-laki itu berkata, ‘Aku takut kepada Allah, orang yang bersedekah dengan sembunyi-sembunyi sampai tangan kirinya tidak tahu apa yang dilakukan tangan kanannya, seorang yang berzikir kepada Allah sendirian sehingga matanya meneteskan air mata.” (HR Al-Bukhari).
Baca: Manuskrip Tua di Birmingham Inggris Jadi Bukti Kemurnian Al-Qur’an
Imam Ibnu Hajar dalam Fathul Bari menjelaskan, sosok pemuda menempati posisi kedua setelah pemimpin adil sebagai kelompok yang akan mendapatkan pertolongan Allah kelak di hari kiamat.
“Hal ini menunjukkan bahwa Islam sangat mengapresiasi seorang Muslim yang masa mudanya digunakan untuk beribadah, padahal usia muda merupakan fase banyak godaan untuk bermaksiat karena dorongan nafsu dalam jiwa begitu kuat,” jelas Imam Ibnu Hajar.