Ikhbar.com: Kementerian Agama (Kemenag) RI mengimbau jemaah haji Indonesia, terutama yang lanjut usia (lansia) agar tidak memaksakan diri beribadah sunah di Masjid Nabawi, Madinah maupun Masjidil Haram, Makkah. Pasalnya, saat ini suhu di Arab Saudi mencapai 40 derajat celcius.
Sebaliknya, Kemenag menganjurkan agar para jemaah melaksanakan salat lima waktu secara berjemaah di hotel masing-masing. Arahan tersebut dilakukan untuk menghindari kelelahan.
Lantas bagaimana hukumnya melaksanakan ibadah sunah di hotel bagi jemaah haji lansia?
Baca: Daftar Hotel Jemaah Haji Indonesia di Makkah dan Madinah
Kadar pahala
Imam Syihabuddin Ibn Hajar Al-Haitami dalam Tuhfat al-Muhtaj menjelaskan, jemaah haji yang melaksanakan ibadah sunah di hotel tetap mendapat pahala yang berlipat ganda.
الْأَصَحُّ عِنْدَ النَّوَوِيِّ أَنَّ تَضْعِيفَ الصَّلَاةِ يَعُمُّ جَمِيعَ الْحَرَمِ، وَلَا يَخْتَصُّ بِالْمَسْجِدِ، وَلَا بِمَكَّةَ
“Yang ashah (lebih sahih) menurut Imam Nawawi adalah bahwa lipat gandanya pahala salat itu umum di semua bagian Tanah Haram dan tidak khusus di masjid dan tidak juga hanya di Kota Makkah.”
Penjelasan yang serupa juga dijelaskan Imam Al-Khathib As-Syirbini dalam Mughni al-Muhtaj:
تَنْبِيهٌ: الْمُرَادُ بِالْمَسْجِدِ الْحَرَامِ جَمِيعُ الْحَرَمِ؛ لِأَنَّهُ مَوْضِعُ الطَّوَافِ فَقَطْ، جَزَمَ الْمَاوَرْدِيُّ بِأَنَّ حَرَمَ مَكَّةَ كَمَسْجِدِهَا فِي الْمُضَاعَفَةِ، وَتَبِعَهُ الْمُصَنِّفُ فِي مَنَاسِكِهِ، وَجَزَمَ بِهِ الْحَاوِي الصَّغِيرُ
“Yang dimaksud dengan Masjidil Haram adalah keseluruhan Tanah Haram, karena tempat itu juga digunakan tawaf. Bahkan Al-Mawardi menegaskan bahwa Tanah Haram Makkah sama dengan Masjidnya (Masjidil Haram) dalam lipat ganda pahala. Hal ini diikuti juga oleh penulis Minhaj (Al-Nawawi) dalam manasiknya dan penulis kitab Al-Hawi Al-Shaghir.”
Bahkan dalam Al-Mausu’ah al-Fiqhiyyah al-Kuwaitiyyah (Ensiklopedi fikih yang diterbitkan oleh Kementerian Wakaf Kuwait), penjelasan hukum tersebut juga disepakati dalam empat Mazhab:
ذَهَبَ الْحَنَفِيَّةُ فِي الْمَشْهُورِ وَالْمَالِكِيَّةُ وَالشَّافِعِيَّةُ إِلَى أَنَّ الْمُضَاعَفَةَ تَعُمُّ جَمِيعَ حَرَمِ مَكَّةَ
“Mazhab Hanafi dalam pendapat yang masyhur, Mazhab Maliki dan Syafi’i berpendapat bahwa pelipatgandaan (pahala salat di Tanah Haram Makkah) itu meliputi seluruh Tanah Haram Makkah.”
Lalu bagaimanakah batasan teritorial Masjidil Haram dan Tanah Haram menurut fikih? Berikut penjelasannya berdasarkan literatur Bughyat al-Mustarsyidin:
وللحرم التحديد من أرض طيبة
ثلاثة أميال إذا رمت إتقانه
وسبعة أميال عراق وطائف
وحدة عشر ثم تسع جعرّانه
ومن يمن سبع بتقديم سينه
وقد كملت فاشكر لربك إحسانه.
وطول المسجد الحرام ٤٠٠ ذراع ، وعرضه ٣٠٠ ، ودعائمه أي سواريه ٤٠٠ ، أبوابه ٤٣ ، ارتفاع الكعبة المشرفة ٢٨ ذراعاً اهـ كما وجدته. وقال الكردي : وبين باب العمرة إلى أدنى الحل اثنا عشر ألفاً وأربعمائة وعشرون ذراعاً.”
“Tanah haram ini 3 mil dari Taibah, 7 mil dari Iraq dan Taif, 10 mil dari tanah Hiddah, 9 mil dari Ji’ranah, 7 mil dari Yaman.
Panjangnya Masjidil Haram adalah 400 dzira, luasnya 300 dzira, tiangnya berjumlah 400, pintunya ada 43, tinggi ka’bah 28 dzira. Menurut penuturan Al-Kurdi, jarak dari Pintu Umrah ke Tanah Halal (di luar tanah Haram) adalah 12.420 dzira.”
Terkait fadilah salat di Masjidil Haram dan Masjid Nabawi, Rasulullah Muhammad Saw bersabda:
صَلاَةٌ فِى مَسْجِدِى أَفْضَلُ مِنْ أَلْفِ صَلاَةٍ فِيمَا سِوَاهُ إِلاَّ الْمَسْجِدَ الْحَرَامَ وَصَلاَةٌ فِى الْمَسْجِدِ الْحَرَامِ أَفْضَلُ مِنْ مِائَةِ أَلْفِ صَلاَةٍ فِيمَا سِوَاهُ
“Salat di masjidku (Masjid Nabawi) lebih utama dari pada 1.000 salat di masjid lainnya selain Masjidil Haram. Salat di Masjidil Haram lebih utama daripada 100.000 salat di masjid lainnya.” (HR. Ahmad Ibnu Majah).
Baca: Syarat Kemampuan Haji menurut para Imam Mazhab
Selain lansia
Meski demikian, kelonggaran tersebut berlaku hanya bagi jemaah lansia atau yang sedang memiliki uzur untuk berangkat ke Masjidil Haram.
Sedangkan bagi jemaah haji yang sehat dan kuat, dianjurkan untuk salat di Masjidil haram agar bisa beriktikaf dan melihat ka’bah secara langsung. Sebab, keduanya bernilai pahala.
Penjelasan tersebut seperti yang diriwayatkan Al-Suyuthi dalam Faidh al-Qadir:
(النظر إلى الكعبة عبادة) أي من العبادة المثاب عليها قال المصنف في الشاجعة: وهو أفضل من الصلاة والقيام والجهاد وروي أن النظر إليها يعدل عبادة سنة وأن من نظر إليها خرج من ذنوبه كيوم ولدته أمه.
“Melihat ka’bah merupakan ibadah, yakni ritual yang berpahala. Bahkan dalam Al-Syaji’ah dijelaskan bahwasanya melihat ka’bah ini lebih utama dari pada salat, qiyamul lail dan Jihad. Dan dalam riwayat lain dijelaskan bahwasanya melihat Ka’bah ini sebanding dengan ibadah selama satu tahun dan sesiapa yang melihatnya maka berguguran dosanya sebagaimana ketika ia baru lahir.”