Ikhbar.com: Perayaan Maulid Nabi bukan hanya menjadi momentum untuk mengenang sejarah hidup Rasulullah Muhammad Saw, tetapi juga saat yang tepat merenungkan bagaimana nilai-nilai keteladanannya bisa diterapkan dalam kehidupan sehari-hari, termasuk demi menjaga kesehatan mental anak muda. Pasalnya, di tengah arus modernisasi yang semakin kuat, generasi muda menghadapi beragam tekanan, mulai dari kecanduan gadget, krisis identitas, hingga masalah kesehatan mental seperti kecemasan dan depresi.
Psikolog ahli sekaligus founder Griya Jiva, Dr. Ny. Hj. Rihab Said Aqil, menyampaikan bahwa keteladanan Rasulullah Saw dapat menjadi solusi bagi anak muda dalam menghadapi tantangan psikologis di era digital saat ini.
“Generasi muda saat ini rentan mengalami perasaan insecure, iri hati, bahkan kecanduan media sosial yang memperparah kondisi mental mereka. Di sinilah pentingnya memaknai kembali nilai-nilai dari Nabi Muhammad Saw untuk menumbuhkan kesehatan mental yang kuat,” ujarnya, kepada Ikhbar.com, Selasa, 17 September 2024.
Baca: Maulid Nabi, Momentum Gen Z Kenali Keadilan Hakiki
Usia muda, sambung sosok yang karib disapa Nyai Rihab tersebut, adalah masa belajar. Segala upaya yang menunjukkan niat mereka untuk terus berproses menjadi lebih haik bisa bernilai ibadah.
“Masa muda merupakan masa kekuatan dan produktivitas. Karena ia sedang berada di antara dua kelemahan. Yakni kelemahan thufulah (masa kanak-kanak) dan kelemahan syaikhukah (masa tua),” tegasnya.
Oleh karena itu, penting bagi generasi muda untuk menghayati peringatan Maulid Nabi sebagai pengingat atas sikap-sikap keteladanan, nasihat, serta inspirasi yang bisa diambil dari riwayat hidup Rasulullah Saw. Di antaranya:
Menghargai waktu
Nyai Rihab menekankan pentingnya menghargai waktu bagi kawula muda, sebagaimana yang diajarkan oleh Nabi Muhammad Saw. Dalam sebuah hadis yang diriwayatkan oleh Ibnu Abbas, Rasulullah bersabda:
اغْتَنِمْ خَمْسًا قَبْلَ خَمْسٍ: شَبَابَكَ قَبْلَ هِرَمِكَ، وَصِحَّتَكَ قَبْلَ سَقَمِكَ، وَغِنَاءَكَ قَبْلَ فَقْرِكَ، وَفَرَاغَكَ قَبْلَ شُغْلِكَ، وَحَيَاتَكَ قَبْلَ مَوْتِكَ
“Manfaatkanlah lima hal sebelum lima hal: masa mudamu sebelum masa tuamu, kesehatanmu sebelum sakitmu, kekayaanmu sebelum kemiskinanmu, waktu luangmu sebelum kesibukanmu, dan hidupmu sebelum matimu.” (HR. Al-Hakim).
“Dari sini kita dapat melihat betapa pentingnya generasi muda, laki-laki maupun perempuan, untuk memanfaatkan waktu yang mereka miliki dengan sebaik-baiknya. Bukan hanya untuk belajar, tapi juga untuk mengasah kemampuan, berkarya, dan melakukan amal kebaikan yang bisa bermanfaat bagi dirinya, keluarga, dan lingkungannya, serta mampu membangun cita-cita dan tujuan hidupnya dengan baik,” jelasnya.
Baca: Kelola Jiwa di Tengah Kepungan Dunia Maya, Tips dari Nyai Rihab Said Aqil
Tahan godaan
Putri ulama karismatik, Prof. Dr. KH Said Aqil Siroj itu juga menjelaskan, dalam menghadapi dunia yang semakin terbuka dengan berbagai godaan, anak muda harus sadar tentang betapa pentingnya menjaga kesucian diri.
Nabi Muhammad Saw bersabda:
يَا مَعْشَرَ الشَّبَابِ مَنِ اسْتَطَاعَ مِنْكُمُ البَاءَةَ فَلْيَتَزَوَّجْ، فَإِنَّهُ أَغَضُّ لِلْبَصَرِ، وَأَحْصَنُ لِلْفَرْجِ، وَمَنْ لَمْ يَسْتَطِعْ فَعَلَيْهِ بِالصَّوْمِ، فَإِنَّهُ لَهُ وِجَاءٌ.
“Wahai para pemuda, barangsiapa di antara kalian yang mampu menikah, maka menikahlah, karena itu lebih menundukkan pandangan dan lebih menjaga kemaluan. Namun, barangsiapa yang belum mampu, hendaklah ia berpuasa, karena puasa dapat menjadi perisai.” (HR. Bukhari dan Muslim).
Menurutnya, menjaga diri dari berbagai godaan yang muncul di era digital, seperti pornografi dan pergaulan bebas, sangat penting bagi kesehatan mental generasi muda.
“Pergaulan yang baik akan memperkuat mental generasi muda, sementara pergaulan yang tidak sehat dapat memperburuk kondisi psikologis mereka,” tambah Nyai Rihab.
Ibadah sebagai sumber ketenangan
Ibadah juga menjadi pilar penting dalam menjaga kesehatan mental anak muda. Rasulullah Saw bersabda:
سَبْعَةٌ يُظِلُّهُمُ اللَّهُ فِي ظِلِّهِ يَوْمَ لاَ ظِلَّ إِلاَّ ظِلُّهُ الإِمَامُ الْعَادِلُ، وَ شَابٌّ نَشَأَ فِي عِبَادَةِ رَبِّهِ
“Tujuh golongan yang akan dinaungi Allah pada hari yang tiada naungan selain dari-Nya: seorang pemimpin yang adil, seorang pemuda yang tumbuh dalam ibadah kepada Tuhannya…” (HR. Bukhari dan Muslim).
Bagi Nyai Rihab, ibadah adalah sumber kekuatan spiritual yang sangat berpengaruh pada ketenangan batin.
“Ketika seorang anak muda memiliki hubungan yang baik dengan Allah melalui ibadah, mereka akan lebih mudah mengatasi tekanan hidup dan permasalahan mental yang mungkin mereka hadapi,” ujarnya.
Baca: Maulid Nabi dari Kacamata Astronomi
Tantangan remaja masa kini
Sosok yang belakangan mendirikan lembaga Psikologi Pendetakatan Tokoh Islam (PPTI) itu juga menyoroti bahaya kecanduan gawai yang sering kali menjerat gemerasi muda masa kini.
“Banyak anak muda sekarang yang menghabiskan terlalu banyak waktu dengan gadget, yang pada akhirnya mempengaruhi kesehatan mental mereka,” ujarnya.
Ia menambahkan, kecanduan gadget dapat menimbulkan perasaan tidak aman, iri hati, dan keinginan untuk flexing (pamer) yang berlebihan.
“Hal ini dapat memicu gangguan mental seperti kecemasan, depresi, hingga keinginan untuk bunuh diri,” tegasnya.
Oleh karena itu, lanjut Nyai Rihab, dalam salah satu hadisnya, Nabi Saw juga mengajarkan umat Muslim sebuah doa agar mendapatkan perlindungan Allah Swt dari perasaan cemas dan depresi.
اللَّهُمَّ إِنِّي أَعُوذُ بِكَ مِنَ الْهَمِّ وَالْحَزَنِ، وَأَعُوذُ بِكَ مِنَ الْعَجْزِ وَالْكَسَلِ، وَأَعُوذُ بِكَ مِنَ الْجُبْنِ وَالْبُخْلِ، وَأَعُوذُ بِكَ مِنْ غَلَبَةِ الدَّيْنِ وَقَهْرِ الرِّجَالِ.
“Ya Allah, aku berlindung kepada-Mu dari kegundahan dan kesedihan, aku berlindung kepada-Mu dari kelemahan dan kemalasan, aku berlindung kepada-Mu dari sifat pengecut dan kikir, dan aku berlindung kepada-Mu dari beban utang dan tekanan orang lain.” (HR. Abu Dawud)
Menurut Nyai Rihab, doa tersebut sangat relevan untuk dijadikan pegangan oleh anak muda dalam menghadapi berbagai tekanan hidup.
Baca: Gaya Hidup Hedon Picu Gangguan Mental
Self-therapy dengan selawat
Salah satu terapi diri yang dianjurkan Nyai Rihab adalah dengan memperbanyak membaca selawat.
“Selawat tidak hanya menjadi bentuk ibadah, tetapi juga sebagai terapi diri yang dapat menenangkan pikiran dan hati,” jelasnya.
Ia menambahkan, selawat juga dapat menjadi bentuk komunikasi spiritual yang menghubungkan batin seorang Muslim dengan Rasulullah Saw hingga mampu memberikan efek healing yang mendalam.
Salah satu bacaan selawat yang memiliki kandungan efek tersebut adalah redaksi yang dinisbatkan Syekh Abu Al-Barakat Ahmad Ad-Dardir dalam Saadah ad-Darain fi Shalat ‘alaa Sayyid al-Kaunain, karya Syekh Yusuf bin Ismail An-Nabhani:
اَللَّهُمَّ صَلِّ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ طِبِّ الْقُلُوْبِ وَدَوَائِهَا وَعَافِيَةِ اْلأَبْدَانِ وَشِفَائِهَا وَنُوْرِ اْلأَبْصَارِ وَضِيَائِهَا وَقُوْتِ اْلأَرْوَاحِ وَغِذَائِهَا وَعَلَى آلِهِ وَصَحْبِهِ وَسَلِّمْ
“Ya Allah, limpahkanlah rahmat yang
disertai ta’dzim kepada Nabi Muhammad sebagai penyembuh semua hati dan menjadi obatnya, keafiatan badan dan kesembuhannya, cahaya segala penglihatan dan menjadi
sinarnya. Dan semoga terlimpahkan pula selawat dan salam kepada keluarga dan sahabat beliau.”
Menurut Nyai Rihab, selawat dapat memperdalam kecintaan seorang Muslim kepada Nabi Muhammad dan memotivasi remaja untuk meneladani Rasulullah dalam kehidupan sehari-hari.
“Nabi Muhammad adalah personifikasi Al-Qur’an. Dengan mengenal beliau, kita bisa memahami ajaran Al-Qur’an. Nabi adalah Al-Qur’an berjalan atau Al-Qur’an merupakan laku keseharian Nabi,” kata Nyai Rihab.
Menurutnya, selain memiliki efek penyembuhan, rutin berselawat akan membuat pikiran senantiasa tertuju pada Nabi Muhammad Saw dan cinta terhadapnya semakin mendalam. Hasilnya, dorongan untuk meneladani perilaku Rasulullah pun akan semakin kuat.
Ketika batin terhubung dan menyatu dengan ruh Nabi, diharapkan dapat mencapai tingkatan insan kamil (manusia sempurna) di dunia, serta memperoleh syafaat di akhirat.
Khususnya bagi generasi muda Muslim, penting untuk diajarkan dan dibiasakan mencintai selawat kepada Nabi Muhammad agar sosok beliau menjadi lebih dekat dan akrab dalam kehidupan sehari-hari mereka.
“Ketika batin seorang anak muda terhubung dengan ruh Nabi, mereka akan lebih mudah mencapai kedamaian batin dan menjalani hidup dengan lebih baik,” pungkasnya.