Ikhbar.com: Peristiwa kelahiran Nabi Muhammad Saw pada 12 Rabiul Awal dinilai sebagai peristiwa monumental dalam sejarah Islam. Kejadian itu diyakini tidak hanya berpengaruh secara spiritual, tetapi juga pada tataran kosmik.
Dalan perjalanannya, tradisi Islam kerap kali mengaitkan peristiwa suci itu dengan fenomena-fenomena astronomi yang menunjukkan kebesaran dan keistimewaan. Kala itu, wilayah langit disebut menjadi saksi bisu atas datangnya rahmat bagi semesta alam.
Baca: Muhammad Kecil Pemanggil Hujan
Tanda-tanda langit
Islam memandang langit dan bintang sebagai tanda-tanda kekuasaan Allah Swt. Dalam QS. Al-Mulk: 5, Allah Swt berfirman:
وَلَقَدْ زَيَّنَّا السَّمَاۤءَ الدُّنْيَا بِمَصَابِيْحَ وَجَعَلْنٰهَا رُجُوْمًا لِّلشَّيٰطِيْنِ وَاَعْتَدْنَا لَهُمْ عَذَابَ السَّعِيْرِ
“Sungguh, Kami benar-benar telah menghiasi langit dunia dengan bintang-bintang, menjadikannya (bintang-bintang itu) sebagai alat pelempar terhadap setan, dan menyediakan bagi mereka (setan-setan itu) azab (neraka) Sa‘ir (yang menyala-nyala).”
Ayat tersebut menegaskan bahwa bintang-bintang adalah bagian dari hiasan langit, yang berfungsi sebagai tanda-tanda bagi umat manusia. Dalam konteks spiritual, bintang-bintang juga dipandang sebagai penanda yang mengisyaratkan peristiwa-peristiwa penting.
Allah Swt juga berfirman:
وَعَلٰمٰتٍۗ وَبِالنَّجْمِ هُمْ يَهْتَدُوْنَ
“(Dia juga menciptakan) tanda-tanda. Dengan bintang-bintang mereka mendapat petunjuk.” (QS. An-Nahl: 16).
Bintang-bintang bukan sekadar benda langit yang indah, tetapi juga simbol petunjuk bagi perjalanan manusia, baik secara fisik maupun spiritual. Perspektif ini memberikan kerangka untuk menafsirkan fenomena langit yang terjadi pada saat kelahiran Nabi Muhammad Saw sebagai tanda-tanda yang sarat makna.
Keajaiban di hari kelahiran Nabi
Muhammad bin Ishaq bin Yasar atau Imam Ibnu Ishaq, dalam Sirah Nabawiyah-nya mencatat bahwa pada malam kelahiran Nabi Muhammad Saw, muncul sebuah bintang terang yang dilihat oleh kaum Yahudi dan Nasrani sebagai pertanda datangnya nabi terakhir.
Kemunculan bintang tersebut dianggap para ahli agama sebagai penggenapan nubuat yang ada dalam kitab-kitab terdahulu. Mereka meyakini bahwa kelahiran nabi terakhir akan ditandai dengan fenomena khusus di langit.
Sementara Imam Al-Qastalani, dalam Al-Mawaahib al-Laduniyya menambahkan, kemunculan bintang baru di langit tersebut diidentifikasi oleh para astronom sebagai tanda kelahiran seorang yang akan membawa perubahan besar bagi dunia. Bintang tersebut dipandang sebagai salah satu dari tanda-tanda khusus yang mengiringi kelahiran nabi besar, yang cahayanya berbeda dengan bintang-bintang biasa.
Lantas, Abu Al-Qasim Abdurrahman bin Abdulllah Al-Suhayli dalam
Al-Rawd al-unuf fi Syarh al-Sira al-Nabawiyya li-Ibn Hisyam memperkuat riwayat tersebut dengan menyatakan bahwa kemunculan bintang itu diikuti oleh cahaya terang yang menyelimuti langit pada malam kelahiran Nabi Muhammad Saw. Hal ini kian meyakinkan bahwa kejadian itu bukanlah peristiwa biasa, melainkan sebuah momen kosmik yang penuh makna.
Baca: Sejarah Rabiul Awal, Bulan Perencanaan Panen Anti-Gagal
Keterlibatan astronomi
Selain kemunculan bintang, terdapat riwayat lain yang mencatat fenomena-fenomena astronomi lainnya yang terjadi pada saat kelahiran Nabi Muhammad Saw. Dalam Al-Milal wa al-Nihal, Imam Abu al-Fath Abdul Karim bin Abi Bakr Ahmad asy-Syahrastani juga menyebutkan adanya cahaya terang di langit yang dianggap sebagai pertanda besar.
Cahaya itu kemudian diperkirakan oleh para ahli modern sebagai kemungkinan fenomena supernova alias sebuah ledakan bintang yang memancarkan cahaya super terang. Peristiwa itu pun menunjukkan bahwa kelahiran Nabi Muhammad Saw disertai dengan tanda kosmik yang luar biasa, yang dipahami oleh orang-orang pada masa itu sebagai manifestasi kebesaran Ilahi.
Abu Al-Hasan Ali bin Al-Husain bin Ali al-Mas’udi dalam Muruj az-Zahab wa Ma’adin al-Jawahir mencatat juga adanya gerhana matahari yang terjadi di Jazirah Arab pada masa kelahiran Nabi Muhammad Saw. Gerhana matahari, yang secara astronomi merupakan peristiwa alamiah, dalam konteks spiritual Islam sering kali dipandang sebagai tanda kebesaran dan keistimewaan momen tertentu.
Meski tanggal pastinya sulit dipastikan, riwayat ini memperkuat pandangan bahwa langit merespons kelahiran Nabi dengan fenomena-fenomena yang tidak biasa, menandakan bahwa momen tersebut memiliki arti yang sangat penting dalam tatanan kosmik.
Baca: Dari Al-Farghani hingga Al-Biruni, Para Ilmuwan Muslim Peletak Dasar Astronomi Dunia
Respons ilmu modern
Dalam kajian modern, fenomena langit yang dilaporkan pada saat kelahiran Nabi Muhammad Saw dapat dianalisis melalui teori-teori astronomi. Beberapa astronom berpendapat bahwa bintang terang itu dimungkinkan merupakan fenomena konjungsi planet, yakni ketika dua atau lebih planet berada dalam posisi sejajar sehingga tampak sebagai satu bintang terang dari bumi.
Salah satu konjungsi planet yang terkenal adalah antara Jupiter dan Saturnus, yang secara periodik terjadi dan sering kali menghasilkan cahaya terang di langit malam.
Dalam penelitian yang dilakukan sejarawan astronomi David Hughes, berjudul The Star of Bethlehem: An Astronomical and Historical Perspective (1982) disebutkan bahwa, sebagaimana keyakinan umat Kristiani saat kelahiran Yesus Kristus, konjungsi planet juga mungkin terjadi pada sekitar tahun 6 SM, yakni bertepatan dengan kelahiran Nabi Muhammad Saw.
Penulis sejarah dan sains Inggris, Colin Ronan, dalam The Skywatcher’s Handbook (1989), juga mencatat bahwa fenomena lain seperti komet yang muncul pada waktu yang sama dapat dianggap sebagai tanda-tanda besar.
Komet, yang sering kali terlihat sebagai bola api terang di langit, sering kali dikaitkan dengan peristiwa besar dalam sejarah manusia. Namun, tanpa catatan astronomi yang akurat dari masa tersebut, sulit untuk memastikan jenis fenomena langit yang sebenarnya terjadi.
Meski begitu, kepercayaan terhadap tanda-tanda langit yang mengiringi kelahiran Nabi Muhammad Saw tetap menjadi bagian integral dari narasi spiritual Islam.
Syekh Ahmad bin Umar al-Anshari dalam Itsbatu Nubuwati menceritakan bahwa Fathimah binti Abdullah, salah saksi peristiwa kelahiran Nabi Saw menceritakan, “Aku hadir saat Rasulullah Saw dilahirkan. Saat itu, tampak cahaya menerangi seisi rumah. Aku melihat bintang-bintang turun mendekat, sampai aku mengira benda langit itu akan menimpaku. Aku juga melihat Rasulullah lahir sudah dalam keadaan sudah dikhitan.”
Mengaitkan kelahiran Nabi Muhammad Saw dengan peristiwa-peristiwa astronomi memberikan perspektif yang lebih luas tentang bagaimana kebesarannya dipandang tidak hanya dari sudut pandang manusia, tetapi juga dari perspektif alam semesta.
Peristiwa kelahiran Nabi Saw adalah bagian dari rencana Ilahi yang besar, yang tercermin dalam tanda-tanda langit yang mengiringinya, menunjukkan bahwa alam semesta turut merespons kedatangan Rasulullah Saw yang akan membawa rahmat bagi seluruh makhluk.