Ikhbar.com: Kertas adalah penolong peradaban manusia. Berkatnya, kemajuan ilmu pengetahuan mampu terekam dan terawat dengan sangat. Lewat sebendel kertas yang kemudian disebut buku, aneka catatan berarti dari masa lalu terus lestari, bahkan berkembang dari generasi ke generasi.
Pada mulanya, kertas dibawa kaum Muslim dari Tiongkok.
“Peristiwa ini terjadi setelah pertempuran Talas (751) antara tentara Tiongkok dan Muslim. Para tawanan perang membocorkan rahasia pembuatan kertas milik leluhurnya kepada kaum Muslim. Lalu, dari sebuah warisan yang hanya berupa seni itu, oleh umat Islam dikembangkan menjadi sebuah industri yang sangat besar,” dikutip dari tim peneliti Muslim Heritage, Ahad, 17 Desember 2023.
Baca: Al-Zahrawi, Dokter Muslim Penemu Kosmetik dan Skincare
Berbekal tradisi
Perang Talas adalah konflik perbatasan antara Kekhalifahan Abbasiyah dengan Dinasti Tang Cina dalam memperebutkan wilayah Syr Darya. Pada bulan Juli, Bani Abbasiyah memulai serangan besar-besaran terhadap Cina di sungai Talas dengan mengerahkan 30.000 tentara. Sementara Dinasti Tang yang hanya 20.000 tentara terpaksa menyewa 10.000 pasukan bayaran dari Karluk.
Pertempuran berakhir dengan kemenangan Kekhalifahan Abbasiyah. Dari keseluruhan tentara Tang yang dikirimkan ke perbatasan, hanya kurang dari 2000 orang yang kembali dengan selamat.
Dari mereka yang tertangkaplah, pasukan Muslim menginterogasi, lalu melobi resep warisan budaya Cina untuk dikembangkan secara lebih serius. Salah satunya, teknologi produksi kertas.

Di sisi lain, umat Muslim juga memiliki kesinambungan peradaban dengan masyarakat Mesir Kuno yang telah menggunakan papirus sebagai media tulis-menulis. Penggunaan papirus dimulai masa Firaun, kemudian menyebar ke seluruh Timur Tengah sampai Romawi di Laut Tengah dan menyebar ke seantero Eropa.
Papirus diambil dari kata “papyrus” yang lantas dikenal sebutan “paper” dalam bahasa Inggris, “papier” dalam bahasa Belanda, bahasa Jerman, bahasa Perancis, dan “papel” dalam bahasa Spanyol. Kesemua dialek itu memiliki satu makna, yakni kertas.
Baca: Soft Drink Pertama di Dunia Lahir dari Dapur Muslim, Cikal-bakal Coca Cola
Dari Tiongkok ke Baghdad
Dalam literatur sejarah Tiongkok, kertas ditemukan pertaka kali oleh seseorang bernama Tsai Lun. Dia adalah orang pertama yang membuat kertas dari bambu pada tahun 101 Masehi. Penemuan ini akhirnya menyebar ke Jepang dan Korea seiring meluasnya bangsa-bangsa Cina ke timur.
Sementara itu, orang-orang Muslim sebelumnya terbiasa menggunakan linen sebagai pengganti kulit pohon murbei. Kain linen dihancurkan, dijenuhkan, lalu difermentasi.
Kain yang telah direbus kemudian dibersihkan dari residu basa, lalu dipukul hingga menjadi bubur dengan menggunakan palu trip. Metode maserasi ini murni ditemukan umat Islam.
Setelah mendapatkan resep kertas dari Tiongkok sepulang pertempuran Talas, pabrik-pabrik pun mulai dibangun di Baghdad. Setelah itu, industri kertas kian meluas ke berbagai belahan dunia.
Pabrik kertas yang dibangun di Damaskus merupakan sumber pasokan utama ke Eropa. Dengan peningkatan produksi, kertas menjadi lebih murah, stok lebih banyak tersedia, dan kualitasnya yang terus membaik.
“Meskipun hingga akhir Abad Pertengahan, pusat pembuatan kertas terpenting berada di Italia Utara,” tulis Muslim Heritage.
Kertas di masa sekarang bisa jadi sudah dianggap tidak begitu bernilai. Akan tetapi, keberadaan dan penggunaannya menjadi hal yang mendasar bagi peradaban modern.
Dengan memanfaatkan rumus praktis warisan Cina kemudian menyulap industri rumahan menjadi skala besar, Islam tidak hanya menyumbangkan banyak karya berupa kitab-kitabnya di seluruh fan ilmu pengetahuan, tetapi juga bermanfaat bagi kelestarian pengetahuan di peradaban dunia lainnya.
“Dampak yang menentukan dari pembuatan kertas oleh kaum Muslim, tentu saja, secara langsung adalah terjadinya revolusi dalam mempersiapkan jalan bagi penemuan mesin percetakan,” tulis mereka.