Ikhbar.com: Generasi Z (Gen Z) kerap dituding sebagai kelompok yang rentan mengalami stres. Hal itu bisa disebabkan berbagai faktor, mulai dari lingkungan sosial, akademis, hingga media sosial (medsos).
Hasil survei McKinsey Health Institute (2022) mengungkapkan, sebagian besar Gen Z di dunia memiliki kesehatan mental yang buruk tanpa ada penyebab yang pasti, terutama perempuan yang dua kali lipat lebih berisiko terkena gangguan kesehatan mental ketimbang laki-laki. Riset tersebut juga menyebutkan bahwa masalah kesehatan mental Gen Z banyak diawali akibat barmain medsos berlebihan.
Survei yang menyasar ke lebih dari 42 ribu orang dari 26 negara itu mengatakan, lebih dari sepertiga responden Gen Z mengaku menghabiskan lebih dari dua jam sehari untuk menggunakan medsos. Sedangkan di sisi lain mereka menyimpulkan bahwa, medsos benar-benar mampu memengaruhi kesehatan mental seseorang.
Sebagian besar perempuan Gen Z mengaku, medsos memberikan sejumlah dampak negatif, seperti rasa takut tertinggal tren baru atau Fear of Missing Out/FOMO sebesar 3%, khawatir terhadap citra tubuh (32%), dan kepercayaan diri (13%).
Baca: Seperti Apa Tulisan ‘Gen Z’ dalam Bahasa Arab?
Fokus pada makna dan pesan
Di saat seperti itulah, ketengan jiwa menjadi barang yang mahal bagi Gen Z. Mereka yang hatinya terus diliputi kecemasan seakan-akan hidup tanpa arah yang jelas. Kegelisahan pun dianggap menjadi faktor utama akan ketidakstabilan emosi.
Kondisi tersebut bisa disebabkan ketidakseimbangan dalam kehidupan ruhani. Hal itu terjadi karena adanya pertentangan atau konflik dalam batin. Dalam kesehatan mental, ketidakseimbangan kehidupan ruhani ini disebut dengan kekusutan fungsional. Bentuknya bertingkat, yakni psychopat, psychoneurose, dan psikotis.
Beberapa temuan di bidang kedokteran dijumpai sejumlah kasus yang membuktikan adanya hubungan yang era tantara jiwa dan tubuh. Orang yang merasa takut, ia bisa langsung kehilangan nafsu makan. Hal itu membuktikan adanya timbal balik antara jiwa dan tubuh manusia.
Salah satu cara yang bisa dilakukan Muslim Gen Z untuk mendatangkan ketenangan adalah dengan membaca Al-Qur’an bil mindful reading atau membaca dengan kesadaran penuh, fokus pada setiap kata, makna, dan pesan yang disampaikan.
Membaca Al-Qur’an bisa mendatangkan ketenangan telah dibuktikan oleh para peneliti. Salah satunya studi yang dilakukan Universitas Salford, Inggris. Dalam penelitian tersebut mengungkapkan bahwa orang-orang yang membaca dan melantunkan Al-Qur’an akan menjadi lebih rileks dan tenang dibanding mereka yang membaca buku biasa.
Selain membaca, mendengarkan Al-Qur’an juga dinilai bisa mendatangkan ketenangan jiwa. Hal itu seperti yang telah dibuktikan melalui penelitian di Klinik Besar Florida, Amerika Serikat oleh Dr Ahmed Al-Qadhi. Ia menjelaskan bahwa mendengarkan bacaan ayat-ayat Al-Qur’an, baik mereka mengerti bahasa Arab maupun yang tidak, dapat merasakan perubahan.
Perubahan yang dirasakan itu antara lain fisiologis yang sangat besar, penurunan depresi dan kesedihan, memperoleh ketenangan jiwa, dan menangkal berbagai macam penyakit.
Hasil dari penelitian tersebut senada dengan QS. Ar-Ra’d: 28. Allah Swt berfirman:
الَّذِيْنَ اٰمَنُوْا وَتَطْمَىِٕنُّ قُلُوْبُهُمْ بِذِكْرِ اللّٰهِ ۗ اَلَا بِذِكْرِ اللّٰهِ تَطْمَىِٕنُّ الْقُلُوْبُ
“(Yaitu) orang-orang yang beriman dan hati mereka menjadi tenteram dengan mengingat Allah. Ingatlah, bahwa hanya dengan mengingat Allah hati akan selalu tenteram.”
Syekh Wahbah Az-Zuhaili dalam Tafsir Munir menyebut bahwa QS. Ar-Ra’d ayat 28 mempunyai hubungan dengan QS. Az-Zumar ayat 23. Inti kedua ayat tersebut yakni zikir kepada Allah mampu menenangkan hati manusia.
Ayat-ayat tersebut menggambarkan ketika mereka mengingat Allah, kulit dan hati mereka menjadi lunak dipenuhi dengan kelembutan dan kerendahan hati. Kelembutan ini mendorong mereka untuk sepenuhnya mengikuti perintah Allah dan menjauhi segala larangan-Nya. Jiwa mereka menjadi lebih hidup, semangat mereka bertambah, dan mereka pun terdorong untuk berbuat amal saleh serta berjihad di jalan Allah dengan penuh kesungguhan.
Pada ayat lain, yakni QS. An_Nisa: 82, juga disebutkan tentang perintah umat Muslim untuk senantiasa merenungkan Al-Qur’an. Allah Swt berfirman:
اَفَلَا يَتَدَبَّرُوْنَ الْقُرْاٰنَ ۗ وَلَوْ كَانَ مِنْ عِنْدِ غَيْرِ اللّٰهِ لَوَجَدُوْا فِيْهِ اخْتِلَافًا كَثِيْرًا
“Tidakkah mereka menadaburi Al-Qur’an? Seandainya (Al-Qur’an) itu tidak datang dari sisi Allah, tentulah mereka menemukan banyak pertentangan di dalamnya.”
Ulama ahli tafsir Prof. KH Muhammad Quraish Shihab dalam Tafsir Al-Mishbah menjelaskan, kata “yatadabbaruna” terambil dari kata “dabbara” yang berarti belakang atau sesudah. Kata tersebut juga bisa diartikan berpikir tentang akhir atau kesudahan sesuatu. Sehingga ayat tersebut berarti perintah memperhatikan satu ayat Al-Qur’an sesudah ayat yang lain atau perintah memperhatikan setelah sebelumnya sudah memperhatikan. Hal itu dilakukan untuk membuktikan kebenaran Al-Qur’an.
Baca: Vibe Check ala Al-Qur’an, Tafsir QS. Ar-Ra’d Ayat 28
Meningkatkan keimanan
Mindful reading Al-Qur’an tidak hanya mampu menenangkan jiwa, melainkan bisa meningkatkan kualitas keimanan seseorang. Jaminan tersebut tertuang dalam QS. Al-Anfal: 2. Allah Swt berfirman:
اِنَّمَا الْمُؤْمِنُوْنَ الَّذِيْنَ اِذَا ذُكِرَ اللّٰهُ وَجِلَتْ قُلُوْبُهُمْ وَاِذَا تُلِيَتْ عَلَيْهِمْ اٰيٰتُهٗ زَادَتْهُمْ اِيْمَانًا وَّعَلٰى رَبِّهِمْ يَتَوَكَّلُوْنَۙ
“Sesungguhnya orang-orang mukmin adalah mereka yang jika disebut nama Allah,304) gemetar hatinya dan jika dibacakan ayat-ayat-Nya kepada mereka, bertambah (kuat) imannya dan hanya kepada Tuhannya mereka bertawakal.”
Imam Ibnu Jarir A-Thabari dalam tafsirnya menjelaskan bahwa maksud dari bertambah keimanan seseorang adalah ketika dibacakan ayat-ayat Al-Qur’an, akan muncul di hati seseorang bahwa apa yang didengarnya adalah kebenaran. Berbeda dengan orang-orang munafik yang hatinya tidak akan merasakan getaran sama sekali di saat asma dan ayat-ayat Allah Swt tersebut dibacakan.
Lebih lanjut, Imam At-Thabari menjelaskan, bertambah keimanan yang dimaksud adalah bertambah khasyah (ketakutan) kepada Allah. Inilah sifat dari orang yang beriman, sehingga semakin ia membaca atau gemar menyimak Al-Qur’an, maka kian tebal pula keimanannya.
Baca: Menjawab Tren YOLO ala Gen Z, Solusi Syariah untuk Finansial Seimbang
Tips dan kiat
Sejatinya, umat Muslim dianjurkan untuk membaca Al-Qur’an setiap saat. Meski demikian, baiknya aktivitas tersebut dilakukan pada waktu-waktu tertentu. Hal itu diterapkan selain karena untuk mendapat keutamaan, juga agar mindful reading Al-Qur’an berjalan maksimal.
Imam Nawawi dalam Al-Azkar memberikan tips terkait waktu-waktu yang tepat untuk melaksanakan mindful reading Al-Qur’an, yakni sebagai berikut:
Malam:
- Pada waktu malam
- Paruh kedua malam (separuh kedua malam lebih utama daripada yang pertama)
- Paruh pertama malam
- Antara maghrib dan isya
Pagi:
- Setelah subuh. (Ini waktu paling utama untuk membaca ketimbang siang hari).
- Waktu selain subuh tanpa ada kemakruhan dan larangan lainnya.
Baca: Teman Red Flag yang Wajib Dijauhi menurut Imam Al-Ghazali
Penyembuhan ala spiritual
Membaca Al-Qur’an dengan mindful reading bisa dijadikan terapi spiritual bagi setiap Muslim, terutama kalangan Gen Z yang dinilai rentan mengalami depresi. Pasalnya, sejumlah peneliti mengemukakan bagwa terapi spiritual islami terbukti efektif memberikan pengaruh terhadap penanggulangan depresi maupun gangguan psikologis lainnya.
Joshua N. Hook, dalam penelitiannya yang berjudul Empirically Supported Religious and Spiritual Therapies (2010) mengungkapkan, terapi spiritual islami efektif mengatasi persoalan-persoalan gangguan mental, seperti kecemasan, schizophrenia, dan depresi.
Ia juga menyebutkan secara spesifik bahwa jika seorang Muslim berdoa, salat, puasa, ataupun berzikir dapat menimbulkan respons relaksasi dalam dirinya. Sehingga kepercayaan kepada Tuhan dapat memberikan kontribusi yang signifikan untuk kesehatan diri manusia.
Di sisi lain, Imam Al-Ghazali dalam Ihya Ulumuddin mengatakan, jika hati seseorang dalam kondisi tenang, maka segala tindak tanduknya akan cenderung positif. Sebab menurutnya, hati dalam diri manusia diibaratkan sebagai raja. Sementara akal diumpamakan perdana menteri yang akan menginterpretasi dan melaksanakan apa yang menjadi keinginan sang raja.
Penjelasan Imam Al-Ghazali tersebut senada dengan sabda Rasulullah Saw yang diriwayatkan Imam Bukhari berikut:
إِنَّ فِى الْجَسَدِ مُضْغَةً إِذَا صَلَحَتْ صَلَحَ الْجَسَدُ كُلُّهُ ، وَإِذَا فَسَدَتْ فَسَدَ الْجَسَدُ كُلُّهُ . أَلاَ وَهِىَ الْقَلْبُ
“Sesungguhnya di dalam tubuh manusia terdapat segumpal daging, apabila daging itu baik maka seluruh tubuh menjadi baik, tetapi apabila ia rusak maka semua tubuh menjadi rusak, ketahuilah bahwa ia itu adalah qalbu.”
Baca: Memahami Self-Care sebagai Manifestasi Maqashid Syariah
Dijadikan rutinitas
Dengan demikian, mindful reading Al-Qur’an sudah sepatutnya dijadikan rutinitas bagi kalangan Gen Z. Harapannya, mereka tidak lagi dipandang sebagai generasi yang cengeng dan lemah. Sebab melalui ayat Al-Qur’an yang rutin dibaca, pengaruh negatif dari stres harian perlahan mampu dihilangkan.
Datang ke psikolog itu mahal, tetapi akses membaca Al-Qur’an bisa dijangkau secara cuma-cuma alias gratis. Prinsip inilah yang bisa diterapkan kepada kalangan Gen Z demi menjaga kesehtan mental mereka dengan menjadikan mindful reading Al-Qur’an sebagai rutinitas.
Terlebih, Allah menjanjikan sendiri bahwa barang siapa yang membaca kalam-Nya, maka dipastikan mendapat ketenangan jiwa. Masih meragukan kalam Sang Maha Memberi Ketenangan?
Di lain sisi, kemudahan membaca Al-Qur’an kian nyata di era pesatnya perkembangan teknologi saat ini. Hal itu dibuktikan dengan banyaknya layanan aplikasi Al-Qur’an yang dapat diunduh secara gratis.