Ikhbar.com: Gaya hidup You only live once (YOLO) yang mengajak individu untuk menikmati setiap momen tanpa batasan sering kali mendorong pengeluaran impulsif yang berpotensi merugikan. Sebuah studi menyebutkan, sekitar 75 juta Gen Z di Indonesia berisiko menghadapi kesulitan finansial akibat pola pikir tersebut, diperparah dengan tren Fear of missing out (FOMO) yang membuat mereka terjebak dalam siklus konsumsi berlebihan.
Fenomena ini tidak hanya mengancam stabilitas ekonomi individu, tetapi juga bertentangan dengan prinsip-prinsip muamalah dalam Islam yang mengedepankan keseimbangan, tanggung jawab, dan keadilan. Memasukkan semangat Islam dalam pengelolaan keuangan menjadi keharusan. Dengan prinsip tersebut, niscaya generasi muda akan lebih bisa terhindar dari jebakan gaya hidup boros dan mempersiapkan masa depan yang lebih baik.
Baca: 75 Juta Gen Z Indonesia Terancam Seret Rezeki akibat YOLO dan FOMO, Apa Itu?
Tantangan YOLO
Gaya hidup YOLO sering dipahami sebagai dorongan untuk menikmati hidup dengan mengabaikan tanggung jawab finansial. Banyak individu, terutama di kalangan Gen Z, mengartikan YOLO sebagai kesempatan untuk menghabiskan uang tanpa pertimbangan jangka panjang. Konsumsi yang tidak terencana, seperti pengeluaran untuk hiburan, makanan, dan fashion, menjadi prioritas utama.
Kepala Ekskutif Otoritas Jasa Keuangan (OJK) Hasan Fawzi menjelaskan bahwa rendahnya literasi keuangan di kalangan anak muda menyumbang pada keputusan finansial yang buruk. Sedangkan seorang peneliti di Universitas Negeri Jakarta, Siti Nurani menemukan bahwa 65% Gen Z tidak memiliki rencana keuangan jangka panjang dan lebih cenderung menghabiskan uang untuk keperluan konsumsi yang bersifat sesaat. Data ini mengindikasikan perlunya pendidikan finansial yang lebih baik untuk meningkatkan kesadaran akan pentingnya perencanaan keuangan.
FOMO semakin memperburuk keadaan, mendorong generasi muda untuk mengikuti tren yang mungkin tidak sesuai dengan kebutuhan mereka. Dalam banyak kasus, keputusan untuk berinvestasi dalam produk keuangan hanya didasarkan pada dorongan untuk “tidak ketinggalan,” tanpa mempertimbangkan risiko dan manfaatnya. Hal ini berpotensi menciptakan masalah yang lebih besar dalam jangka panjang.
Baca: Gen Z Jangan Digebuk Rata, Masa Iya 2,7 Miliar Orang Bertingkah Sama?
Prinsip keseimbangan dalam Islam
Islam mengajarkan prinsip keseimbangan dalam setiap aspek kehidupan, termasuk dalam muamalah dan pengelolaan keuangan. Dalam QS. Al-Isra: 26, Allah Swt berfirman:
وَلَا تُبَذِّرْ تَبْذِيْرًا
“… Janganlah kamu menghambur-hamburkan (hartamu) secara boros.”
Ayat ini menekankan pentingnya pengelolaan harta yang bijaksana dan tidak berlebihan. Dalam fikih muamalah, konsep al-muhasabah mengharuskan individu untuk melakukan evaluasi terhadap setiap pengeluaran dan investasi.
Dalam hal ini, Imam Al-Mawardi dalam Adab al-Din wa al-Dunya menjelaskan. setiap individu harus mempertimbangkan manfaat dan mudarat dari pengeluarannya. Penerapan prinsip ini dapat membantu individu merencanakan keuangan dengan lebih baik.
Lebih jauh lagi, Imam Al-Ghazali dalam Ihya Ulum al-Din menekankan bahwa harta adalah amanah dari Allah Swt yang harus dikelola dengan baik. Mengelola harta tidak hanya untuk kepentingan pribadi, tetapi juga sebagai bentuk tanggung jawab sosial.
Pengelolaan harta yang baik akan membawa keberkahan dalam hidup dan masyarakat. Oleh karena itu, generasi muda perlu memahami bahwa tindakan finansial yang tidak terencana tidak hanya berisiko bagi diri mereka sendiri, tetapi juga dapat merugikan orang lain.
Etika ekonomi Islam
Dalam ekonomi Islam, etika menjadi fondasi dalam setiap transaksi. Muhammad Baqir Al-Sadr, dalam Iqtisaduna menjelaskan bahwa ekonomi Islam harus mengedepankan kesejahteraan umat, bukan sekadar akumulasi harta. Konsep ini menjadi lebih relevan di tengah maraknya perilaku konsumtif di kalangan generasi muda.
Islam mendorong individu untuk berinvestasi dalam hal-hal yang memberikan manfaat, baik untuk diri sendiri maupun untuk masyarakat. Prinsip maslahah (kepentingan umum) dalam Islam juga menekankan bahwa setiap keputusan finansial harus mempertimbangkan dampaknya terhadap masyarakat.
Seorang ahli ekonomi Islam, Ahmad Al-Ashqar dalam “The Role of Ethical Investment in Islamic Finance (2022)“ yang dipublikasikan International Journal of Islamic Finance menyatakan bahwa investasi yang baik harus memperhatikan aspek sosial dan lingkungan, bukan hanya keuntungan finansial. Hasiil penelitian ini menunjukkan bahwa pengelolaan keuangan yang bertanggung jawab dapat membantu mencapai tujuan sosial yang lebih besar, menciptakan dampak positif bagi masyarakat.
Dalam konteks ini, hadis Nabi Muhammad Saw bersabda, “Tidak beriman salah seorang dari kalian hingga ia mencintai untuk saudaranya apa yang ia cintai untuk dirinya sendiri.” (HR. Bukhari).
Hadis ini menekankan bahwa pengelolaan keuangan yang baik tidak hanya untuk kepentingan diri, tetapi juga untuk kemaslahatan orang lain. Dalam hal ini, investasi yang bijaksana dan pengeluaran yang terencana dapat menciptakan dampak positif yang lebih luas.
Baca: Doom Spending Bikin Gen Z dan Milenial Jadi Miskin, Makhluk Apa Itu?
Jalan keluar
Generasi Z di Indonesia perlu lebih bijaksana dalam menghadapi tantangan yang ditimbulkan oleh gaya hidup YOLO dan FOMO. Literasi keuangan yang baik harus menjadi fokus utama.
Hasil penelitian bertajuk “Survei Literasi Keuangan di Kalangan Generasi Muda (2023) yang dilakukan Lembaga Penelitian Ekonomi Syariah menyatakan bahwa hanya 25% generasi muda yang memiliki pemahaman yang baik tentang produk keuangan syariah. Hal ini menunjukkan perlunya program pendidikan yang lebih terstruktur untuk meningkatkan pengetahuan mereka tentang ekonomi syariah dan manajemen keuangan.
Pendidikan tentang ekonomi syariah harus dimasukkan dalam kurikulum pendidikan formal, sehingga generasi muda dapat memahami pentingnya keseimbangan antara konsumsi dan investasi. Program-program literasi keuangan yang diselenggarakan oleh lembaga keuangan juga dapat memberikan wawasan yang diperlukan untuk mengambil keputusan yang lebih baik. Misalnya, BRI Syariah telah meluncurkan program edukasi finansial untuk meningkatkan pemahaman generasi muda tentang pengelolaan keuangan secara syariah.
Gaya hidup YOLO yang mengabaikan perencanaan keuangan dan tanggung jawab dapat menjerumuskan banyak individu, terutama di kalangan Gen Z, ke dalam kesulitan finansial. Islam mengajarkan prinsip keseimbangan dan tanggung jawab dalam pengelolaan keuangan, yang seharusnya menjadi panduan bagi generasi muda.
Dengan meningkatkan literasi keuangan dan menerapkan ajaran Islam dalam muamalah, individu dapat menjalani hidup yang lebih bermakna dan bertanggung jawab, sambil tetap menikmati kesempatan yang ada. Mengingat tantangan yang dihadapi generasi muda saat ini, penting bagi mereka untuk belajar dari ajaran Islam dan menerapkannya dalam kehidupan sehari-hari agar dapat mencapai kebahagiaan dan keberkahan.