Oleh: Dr. KH Zakky Mubarak, MA (Mustasyar PBNU)
HARI Lahir atau Maulid Nabi Muhammad Saw selalu diperingati dengan penuh semangat oleh umat Islam di seluruh pelosok dunia. Sikap ini merupakan hal yang wajar, karena beliau adalah pemimpin yang agung, yang mengantarkan umat manusia pada kebahagiaan duniawi dan ukhrawi.
Keagungan Nabi Muhammad Saw bisa diidentifikasi dalam beberapa hal, antara lain: (1) beliau adalah seorang nabi dan rasul terakhir yang membawa risalah yang sempurna berupa Al-Qur’an dan Al-Sunnah. Keduanya merupakan pedoman abadi bagi semua umat manusia. (2) Nabi Muhammad diutus untuk semua bangsa dalam berbagai ras, suku, dan kabilah. Ajarannya mengantarkan umat manusia pada kesetaraan dan persamaan hak.
Manusia diciptakan dalam berbagai ras, bangsa, dan suku untuk saling mengenal, saling berbuat baik, saling mencintai, saling menyayangi, dan saling berlomba dalam mewujudkan kemaslahatan bagi semua makhluk. Allah Swt berfirman:
وَمَآ اَرْسَلْنٰكَ اِلَّا كَاۤفَّةً لِّلنَّاسِ بَشِيْرًا وَّنَذِيْرًا وَّلٰكِنَّ اَكْثَرَ النَّاسِ لَا يَعْلَمُوْنَ
“Tidaklah Kami mengutus engkau (Nabi Muhammad), kecuali kepada seluruh manusia sebagai pembawa berita gembira dan pemberi peringatan. Akan tetapi, kebanyakan manusia tidak mengetahuinya.”
Baca: Maulid Nabi ala Sufi
Saling mengenal dan saling merajut silaturrahim merupakan wujud dari kemanusiaan yang sangat tinggi dan peradaban yang luhur. Allah Swt berfirman:
يٰٓاَيُّهَا النَّاسُ اِنَّا خَلَقْنٰكُمْ مِّنْ ذَكَرٍ وَّاُنْثٰى وَجَعَلْنٰكُمْ شُعُوْبًا وَّقَبَاۤىِٕلَ لِتَعَارَفُوْا ۚ اِنَّ اَكْرَمَكُمْ عِنْدَ اللّٰهِ اَتْقٰىكُمْ ۗاِنَّ اللّٰهَ عَلِيْمٌ خَبِيْرٌ
“Wahai manusia, sesungguhnya Kami telah menciptakan kamu dari seorang laki-laki dan perempuan. Kemudian, Kami menjadikan kamu berbangsa-bangsa dan bersuku-suku agar kamu saling mengenal. Sesungguhnya yang paling mulia di antara kamu di sisi Allah adalah orang yang paling bertakwa. Sesungguhnya Allah Maha Mengetahui lagi Maha Teliti.”
Berkaitan dengan persamaan hak dan persamaan seluruh suku dan bangsa, tanpa membedakan warna kulit, nasab dan keturunan mereka, disampaikan Nabi Saw ketika beliau menyampaikan pidato perpisahannya di Arafah, waktu beliau melaksanakan haji yang terakhir.
يَا أَيُّهَا النَّاسُ أَلَا إِنَّ رَبَّكُمْ وَاحِدٌ وَإِنَّ أَبَاكُمْ وَاحِدٌ، أَلَا لَا فَضْلَ لِعَرَبِيٍّ عَلَى أَعْجَمِيٍّ وَلَا لِعَجَمِيٍّ عَلَى عَرَبِيٍّ وَلَا لِأَحْمَرَ عَلَى أَسْوَدَ وَلَا أَسْوَدَ عَلَى أَحْمَرَ إِلَّا بِالتَّقْوَى
“Wahai sekalian umat manusia, ketahuilah sesungguhnya Tuhanmu satu (Esa). Kakek moyangmu juga satu. Ketahuilah, tidak ada kelebihan bangsa Arab terhadap bangsa selain Arab (Ajam), dan tidak ada kelebihan bangsa lain (Ajam) terhadap bangsa Arab. Tidak ada kelebihan orang yang berkulit merah (putih) terhadap yang berkulit hitam, tidak ada kelebihan yang berkulit hitam dengan yang berkulit merah (putih), kecuali dengan takwanya”. (HR. Ahmad, 22978).
Setiap orang muslim diarahkan agar saling mencintai dan mengasihi, saling berbuat baik, dan berusaha dengan sungguh-sungguh agar dirinya bermanfaat bagi sesama. Dengan demikian, akan dapat mendatangkan kemaslahatan bagi seluruh makhluk menurut kemampuannya masing-masing.
الرَّاحِمُونَ يَرْحَمُهُمْ الرَّحْمَنُ ارْحَمُوا مَنْ فِي الْأَرْضِ يَرْحَمْكُمْ مَنْ فِي السَّمَاءِ
“Para pengasih akan dirahmati oleh Allah yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang. Sayangilah mereka yang ada di bumi, maka akan menyayangimu mereka yang ada di langit”. (HR. Tirmidzi, 1847).
Selanjutnya (3) Nabi Muhammad mengembangkan risalahnya yang disampaikan kepada seluruh umat manusia dengan cara yang sangat mulia, yaitu dengan akhlak yang luhur. Demikian luhurnya akhlak beliau, sehingga Allah Swt memujinya dalam Al-Qur’an. Sayidah Aisyah RA ketika ditanya oleh para sahabat mengenai bagaimana akhlak Rasulullah Saw beliau menjawab: “Akhlaknya adalah Al-Qur’an”.
Baca: Maulid Nabi, Momentum Gen Z Kenali Keadilan Hakiki
Dengan akhlak yang luhur itu, mengakibatkan dakwah beliau sangat menarik dan segera diikuti oleh jutaan umat manusia dengan keinsyafan dan kesadaran. Al-Qur’an menginformasikan mengenai pujian Allah terhadap keluhuran akhlak Nabi Muhammad Saw dalam ayat berikut, Allah Swt berfirman:
وَاِنَّكَ لَعَلٰى خُلُقٍ عَظِيْمٍ
“Sesungguhnya engkau benar-benar berbudi pekerti yang agung.”
Sesungguhnya dibangkitkannya Nabi Muhammad Saw adalah untuk melengkapi kesempurnaan akhlak umat manusia.
إِنَّمَا بُعِثْتٌ لِأُتَمِّمَ مَكَارِمَ الْأَخْلاَقِ
“Sesungguhnya Aku diutus untuk menyempurnakan akhlak” (H.R. Ahmad, 8952).
Kemuliaan dan keluhuran akhlak mewujud dalam kehidupan hariannya seperti, (a) beliau memiliki rasa malu yang sangat tinggi, sehingga akan menjaga kesempurnaan akhlaknya. Semakin tinggi rasa malu yang dimiliki seseorang, maka akhlaknya semakin luhur. Sebaliknya, semakin rendah rasa malu yang dimiliki seseorang, maka semakin rendah akhlaknya. Apabila rasa malu sudah hilang sama sekali, maka tidak dikategorikan sebagai manusia. (b) beliau memiliki sikap rendah hati yang sangat tinggi, tidak pernah membanggakan dirinya ataupun keluarganya, ataupun kebangsaannya. Sikap inilah yang menjadikan semua orang yang berjumpa dengan beliau menjadi tertarik dan bersimpati dengan perjuangannya.
Kemudian, (c) dalam kehidupan sehari-hati, beliau selalu bergaul dengan orang-orang fakir, miskin, mereka yang termarjinalkan dan selalu membela mereka dalam segala keadaan, sehingga nasib mereka terangkan pada kedudukan yang lebih baik. (d) beliau selalu mengunjungi dan memberikan semangat kepada mereka yang sedang menderita sakit dan membimbing mereka kepada ketabahan dan kesabaran yang maksimal. (e) Apabila ada seseorang dari masyarakatnya yang meninggal dunia, beliaulah yang pertama kali bertakziyah, menghadiri dan mengarahkan keluarganya pada kesabaran, dilanjutkan mengantar jenazahnya ke tempat peristirahatan yang terakhir.