Ikhbar.com: Rabiul Awal diperingati sebagai bulan kelahiran Nabi Muhammad Saw. Peringatan hari lahir kekasih Allah itu kerap disebut dengan maulid atau maulud.
Baik maulid maupun maulud sekilas memiliki arti yang sama. Namun, menurut pakar tafsir Al-Qur’an, Prof. KH. Muhammad Quraish Shihab, keduanya mempunyai makna yang sedikit berbeda.
“Kata maulud sebagai uraian menyangkut perjalanan hidup Nabi Muhammad Saw yang ditekankan pada sosoknya. Sedangkan maulid merupakan informasi-informasi yang diterima berkaitan dengan perjalanan hidup Nabi Muhammad Saw,” ungkapnya, dalam saluran YouTube Quraish Shihab, dikutip pada Ahad, 17 September 2023.
Baca: Sahabat Tidak Memanggil Nabi Hanya dengan Nama ‘Muhammad’
Di sisi lain, pendiri Pusat Studi Al-Qur’an (PSQ) Jakarta itu menjelaskan, inti dari maulid adalah memperkenalkan Nabi Muhammad Saw.
“Tak kenal maka tak cinta. Kita perkenalkan akhlak dan ajarannya, kita jadikan maulid menjadi titik tolak untuk itu,” kata Prof. Quraish.
Sementara itu, Mustasyar Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU), Buya Prof. Dr. KH. Said Aqil Siroj mengatakan, ketika sebagian orang menyebut maulid nabi, berarti yang dihormati adalah hari kelahirannya.
Baca: Puisi Berhadiah Jubah Nabi
Buya Said, sapaan akrabnya, menjelaskan, ketika seseorang menyebut maulud berarti isim maf’ul. Dengan demikian yang diperingati atau dimuliakan adalah bayi yang dilahirkan, yaitu Nabi Muhammad Saw.
“Dua-duanya benar, dua-duanya boleh,” tegas Pengasuh Pondok Pesantren Luhur At-Tsaqafah Jakarta itu, dikutip dari YouTube NU Channel.