Biodata Lengkap Rasulullah: Dari Keluarga, Senjata, hingga Makanan yang Paling Disuka

Melalui sisi keseharian itulah, sosok Nabi Muhammad Saw dapat dikenali lebih dekat, sebagai utusan Allah sekaligus pribadi yang nyata dalam sejarah.
Ilustrasi hewan peliharaan, peralatan, dan makanan Nabi Muhammad Saw. Olah Digital oleh IKHBAR

Ikhbar.com: Tidak banyak tokoh sejarah yang kehidupan pribadinya tercatat begitu lengkap sebagaimana Nabi Muhammad Saw. Beliau tidak hanya membawa risalah terakhir bagi umat, tetapi juga hidup sebagai manusia dengan keluarga, senjata, hewan peliharaan, hingga makanan kesukaan.

Melalui sisi keseharian itulah, sosok Nabi Muhammad Saw dapat dikenali lebih dekat, sebagai utusan Allah sekaligus pribadi yang nyata dalam sejarah.

Baca: Mengapa Nama ‘Muhammad’ begitu Mulia?

Jejak keluarga dan kehidupan awal

Muhammad bin Abdullah lahir pada hari Senin, 12 Rabiulawal Tahun Gajah, bertepatan dengan 20 April 570 M. Ayahnya, Abdullah bin Abdul Muthalib, wafat sebelum kelahiran beliau. Sedangkan sang ibunda, Aminah binti Wahab, meninggal ketika Nabi Muhammad berusia enam tahun.

Sejak itu, Nabi Muhammad tumbuh sebagai yatim piatu, diasuh oleh kakeknya, Abdul Muthalib, lalu berpindah ke pengasuhan sang paman, Abu Thalib.

Dalam silsilah keluarga, terdapat sejumlah paman Nabi Saw yang dikenal luas, di antaranya Hamzah yang kelak menjadi pahlawan besar Islam, serta Abu Lahab yang justru menentangnya dengan keras.

Kehidupan rumah tangga Nabi juga penuh pelajaran. Beliau menikahi Khadijah binti Khuwailid, seorang janda terpandang yang menjadi pendukung setia dakwahnya. Setelah Khadijah wafat, Nabi menikah dengan beberapa istri lain, antara lain Saudah, Aisyah, Hafshah, Zainab, Ummu Salamah, Shafiyah, dan Maimunah.

Dari pernikahan-pernikahan itu lahir putra-putri: Qasim, Zainab, Ruqayyah, Ummu Kultsum, Fatimah, Abdullah, dan Ibrahim. Cucu yang paling terkenal, Hasan dan Husain, kelak menjadi simbol keberlanjutan keluarga Rasul.

Al-Qur’an sendiri menegaskan bahwa Muhammad adalah manusia yang diangkat sebagai rasul, bukan makhluk gaib yang terlepas dari realitas:

 قُلْ إِنَّمَا أَنَا بَشَرٌ مِّثْلُكُمْ يُوحَىٰ إِلَيَّ أَنَّمَا إِلَـٰهُكُمْ إِلَـٰهٌ وَاحِدٌ

Katakanlah (Muhammad), ‘sesungguhnya aku hanyalah seorang manusia seperti kamu, yang diwahyukan kepadaku bahwa sesungguhnya Tuhan kamu adalah Tuhan Yang Maha Esa.” (QS. Al-Kahfi: 110).

Baca: Keistimewaan Nama Muhammad

Nama, julukan, dan kepribadian

Nama Muhammad berarti “yang banyak dipuji.” Selain itu, ia juga dikenal dengan nama Ahmad, Al-Amin (orang yang dapat dipercaya), serta As-Sadiq (yang benar).

Menurut riwayat yang dihimpun ‘Athif Qosim al-Maliji dalam Asma’ an-Nabi fi al-Qur’an wa as-Sunnah, Nabi Muhammad memiliki banyak sebutan lain, di antaranya Al-Musthafa (yang terpilih), As-Siraj al-Munir (pelita yang menerangi), dan An-Nur (cahaya).

Kepribadian Nabi Saw ditopang empat sifat utama yang menjadi fondasi kenabian: shiddiq (jujur), amanah (dapat dipercaya), tabligh (menyampaikan), dan fathanah (cerdas). Perpaduan sifat tersebut menjadikannya sosok yang mampu menembus sekat sosial Arab Jahiliyah sekaligus mengikat kepercayaan umat sepanjang zaman.

Baca: Nama-nama Lain Nabi Muhammad

Senjata dan perlengkapan

Meski dikenal lembut, Nabi Muhammad juga seorang pemimpin perang. Sejarah mencatat, beliau memiliki baju besi bernama Dzulfudhul, pedang legendaris Dzulfiqar, serta sejumlah senjata lain seperti tombak, busur, sangkur, dan tongkat komando.

Ibnu Abbas meriwayatkan bahwa Rasulullah menggunakan pedang Dzulfiqar dalam Perang Badar dan Uhud (HR. Al-Haitsami). Anas bin Malik menuturkan bahwa Nabi pernah mengenakan pelindung kepala dari besi saat Fathu Makkah (HR. Bukhari). Bahkan, bendera perang Rasulullah dibuat dari kain sederhana milik Aisyah, berwarna putih dan hitam (HR. Ibnu Abi Syaibah).

Kepemilikan senjata itu menunjukkan keseimbangan: seorang nabi yang diutus sebagai rahmatan lil-‘alamin (membawa rahmat bagi semesta) juga siap mengangkat pedang demi menegakkan keadilan.

Baca: Kelahiran dan Tanda-tanda Kenabian Muhammad Saw

Binatang kesayangan dan kehidupan sehari-hari

Kehidupan Nabi akrab dengan hewan-hewan peliharaan. Dari sekian unta yang dimilikinya, yang paling terkenal adalah Al-Qashwa, tunggangannya saat hijrah dari Makkah ke Madinah. Ada pula unta Al-Adhba’, yang dikenal tak terkalahkan dalam perlombaan cepat.

Selain unta, Nabi memiliki kuda bernama As-Sakb, Al-Murtajaz, dan beberapa lainnya. Dari Mesir, beliau menerima hadiah seekor bagal bernama Duldul, serta seekor keledai bernama Ufair.

Nabi juga memelihara seratus ekor domba, dengan ketentuan agar jumlahnya tidak melebihi angka tersebut. Bahkan, ada riwayat yang menyebutkan bahwa Rasulullah memiliki seekor kucing bernama Mueeza—sebuah detail kecil yang memperlihatkan kelembutannya.

Riwayat-riwayat ini menegaskan kasih sayang Nabi terhadap semua makhluk. Sebagaimana sabda Nabi Saw;

 مَنْ لَا يَرْحَمْ لَا يُرْحَمْ

“Siapa yang tidak menyayangi, maka tidak akan disayangi.” (HR. Abu Dawud)

Baca: Tren Hijau Sage dan Warna-warna Kesukaan Rasulullah

Makanan dan warna favorit

Sejumlah riwayat mencatat makanan favorit Rasulullah. Beliau menyukai daging kambing, khususnya bagian lengan dan paha.

Dalam Shamail Muhammadiyah karya Imam at-Tirmidzi disebutkan bahwa Nabi juga menyukai madu, kurma, labu, anggur, dan roti gandum. Buah zaitun dan delima termasuk yang sering dikonsumsi.

Makanan-makanan tersebut mencerminkan gaya hidup sederhana yang penuh keberkahan. Nabi bersabda:

خَيْرُ إِدَامِكُمُ الْخَلُّ

“Sebaik-baik lauk kalian adalah cuka.” (HR. Muslim).

Hadis ini memperlihatkan bahwa Nabi Saw tidak terikat pada kemewahan makanan. Apa pun yang tersedia beliau syukuri, menjadikannya teladan dalam kesederhanaan.

Sementara itu, warna yang disukai Nabi Muhammad adalah hijau dan putih, dua warna yang sarat makna spiritual dan kesucian.

Baca: Mengenal Ar-Rahiq al-Makhtum, Rujukan Kisah Perjalanan Hidup Nabi Agung

Teladan yang menyentuh

Membaca biodata Nabi Muhammad Saw—mulai dari keluarga, senjata, hewan kesayangan, hingga makanan favorit—menunjukkan bahwa beliau bukan sosok abstrak atau mitologis. Nabi Saw adalah manusia yang hidup dengan detail keseharian: makan, menikah, berperang, memelihara hewan, bahkan menyayangi seekor kucing. Karena itu keteladanannya terasa dekat dan nyata.

Di tengah zaman yang serba cepat dan dangkal, meneladani Nabi tidak hanya berarti mengenang kisah heroiknya di medan perang, tetapi juga mengikuti kesederhanaan makannya, kasih sayangnya terhadap hewan, serta keteguhannya menjaga amanah. Dari sanalah ajaran Islam tampil membumi: agama yang hadir bersama manusia, tidak jauh di angkasa.

Ikuti dan baca artikel kami lainnya di Google News.