Ikhbar.com: Kesempurnaan Nabi Muhammad Saw bukan hanya terletak pada rupa, akhlak, dan sejarah hidupnya yang penuh perjuangan. Namun, keistimewaan-keistimewaan di luar keumuman pun muncul sejak masa kelahiran, termasuk dari mulai pemberian nama.
Imam Abu Abdilah Az-Zurqani dalam Syarh Mawahibul Ladduniyyah menceritakan, kata “Muhammad” pada mulanya merupakan lafal yang tidak pernah terpikirkan sekali pun oleh masyarakat Arab untuk dijadikan sebuah nama.
“Kata ‘muḫammad’ merupakan isim maf’ul (obyek) dari kata ‘hamdun’ yang berarti pujian. Artinya, nama ini merupakan salah satu kosa kata Bahasa Arab yang sudah semestinya tidak begitu asing di kalangan masyarakat Makkah saat itu. Anehnya, nama itu tidak pernah terbesit dalam pikiran orang Arab untuk dijadikan nama bagi anak-anak mereka,” tulis Imam Az-Zurqani, dikutip pada Sabtu, 16 September 2023.
“Nama ini benar-benar pertama kali dipakai oleh Nabi Muhammad Saw,” sambungnya.
Baca: Sahabat Tidak Memanggil Nabi Hanya dengan Nama ‘Muhammad’
Bermula dari mimpi
Sosok yang pertama kali menamai sosok yang kelak menjadi nabi penutup itu adalah sang kakek, Abdul Muthalib. Penamaan “Muhammad” pada cucu kebanggaannya itu mengandung doa agar di msa depan sang bayi mampu menjadi sosok yang menuai banyak pujian dari alam semesta.
“Abdul Muthalib mendapatkan nama tersebut dari sebuah mimpi. Dalam mimpi ia melihat rantai perak yang keluar dari punggungnya. Rantai itu memiliki empat ujung yang membentang ke arah berbeda. Satu berada di langit, satu berada di bumi, satu berada di arah barat, dan satu lagi berada di arah timur. Kemudian, rantai itu berubah menjadi pohon yang semua daunnya memancarkan cahaya. Seluruh manusia bergelantungan pada pohon itu,” tulis Imam Az-Zurqani.
Mimpi tersebut menghadirkan makna bahwa kelak Abdul Muthalib mempunyai keturunan yang akan diikuti umat manusia dari barat sampai timur yang selalu mendapat pujian dari penduduk langit dan bumi.
“Sejak saat itu pula ia bertekad jika keturunan itu sudah lahir akan dinamai ‘Muhammad’ yang artinya orang yang banyak mendapat pujian,” tulisnya.
Baca: Puisi Berhadiah Jubah Nabi
Nama Muhammad dalam Al-Qur’an
Syekh Hasan Muhammad Hasan Mahjub dalam Asmaun Nabi Saw Abniyatiha wa Ma’aniha wa Dilalatiha mengungkapkan, nama “Muhammad” di dalam Al-Qur’an hanya ditemukan pada empat ayat. Yakni, QS. Ali Imran: 144, QS. Al-Ahzab: 40, QS. Muhammad: 2, dan QS. Al-Fath: 29.
“Kesemua ayat tersebut selalu dikaitkan secara langsung dengan sebutan Rasul, kecuali dalam QS. Muhammad: 2, yang harus selalu ditaati. Akan tetapi, secara tidak langsung ayat itu juga mengisyaratkan keharusan percaya (iman) terhadap risalah yang disampaikan Nabi Muhammad,” tulisnya.
Menurut Syekh Mahjub, kata “Muhammad” juga merupakan kalimat isim maf’ul dari lafaz “hammada.” Ia dikatakan ‘Muhammad‛ ketika banyak yang memujinya.
“Dan ada juga yang menyampaikan berasal dari kata ‘mahmud.’ Apabila dari kata tersebut, maka ia merupakan bentuk kalimat tsulatsi mujarrad (kata yang terdiri dari tiga huruf asli). Dan jika dari kalimat “Muhammad” maka terbentuk dari mudhaf mubalaghah (bermakna lebih), yang artinya ‘dia yang selalu dipuji melebihi yang lain,” ungkapnya.