Ikhbar.com: Sage green alias hijau sage mendadak booming lantaran menjadi tren warna outfit Lebaran tahun ini. Tidak cuma dipakai masyarakat keumuman, rona ini juga diadopsi banyak selebritas dan figur publik di Indonesia.
Sage merupakan bagian dari keluarga warna hijau. Warna sage mengandung nuansa keabu-abuan atau keperakan. Warna ini didapat dari campuran hijau kekuningan dan abu-abu.
Dikutip dari Color Psychology, asal sebutan warna ini karena menyerupai tampilan Salvia officinalis (daun sage) kering. Sage ialah tanaman dari rumpun min dengan tinggi bisa mencapai 70 centimeter. Daun sage berbentuk oval, keras, berbulu halus, beraroma tajam, dan biasa digunakan sebagai bumbu masakan.
Sedangkan menurut platform grafis desain Canva, hijau sage merupakan warna yang dapat mengekspresikan kebijaksanaan. Secara keumuman, warna hijau dianggap mampu mengkomunikasikan kedamaian dan pertumbuhan dan berbicara tentang ekologi dan alam.
Hijau adalah warna pakaian surga
Hijau merupakan salah satu warna yang disukai Rasulullah Muhammad Saw. Ibnu Hajar Al-Haitami dalam Tanbih al-Akhbar mengatakan, Nabi Saw menganjurkan para sahabatnya mengenakan pakaian berwarna hijau saat hari raya.
“Karena warna hijau lebih utama. Hijau lebih afdal dari pada warna lainnya setelah putih,” tulis Al-Haitami.
Sementara menurut Al-Munawi, hijau disenangi Nabi Saw karena warna tersebut merupakan bagian dari penanda surga. “Hijau adalah yang paling Rasulullah sukai karena merupakan sebagian dari pakaian surga,” tulisnya, dalam Faidhul Qadir.
Imam Al-Ghazali dalam Ihya Ulumuddin juga memaparkan bahwa di antara sarung, selendang, gamis, jubah, atau lainnya yang dimiliki, Rasulullah begitu menggemari yang berwarna hijau. Meskipun, pakaian dengan warna putih tetap menjadi busana yang paling banyak dipunyai Nabi.
Putih tetap terbaik
Imam Al-Asqalani dalam Bulughul Maram menjelaskan bahwa putih adalah warna favorit Nabi Muhammad Saw. Bahkan, mengutip hadis yang diceritakan Ibnu Abbas, Rasulullah merekomendasikan penggunaan putih sebagai warna pakaian.
Nabi Saw bersabda:
الْبَسُوا مِنْ ثِيَابِكُمُ الْبَيَاضَ فَإِنَّهَا مِنْ خَيْرِ ثِيَابِكُمْ وَكَفِّنُوا فِيهَا مَوْتَاكُمْ
“Kenakanlah pakaian berwarna putih. Sesungguhnya putih itu warna terbaik bagimu. Bungkuslah mayatmu juga dengan kain berwarna putih.” (HR. Abu Daud).
Imam Nawawi dalam Riyadhus Shalihin menjelaskan, memakai pakaian berwarna putih disunahkan karena Rasulullah telah menilainya sebagai warna paling bersih dan bercahaya.
Warna yang tidak disukai
Ibnu Umar berkata, Rasulullah Saw melarang pakaian berwarna al-mufdam (merah padam).
Sebenarnya, kata “al-mufdam” tidak cuma bisa menyasar pada warna merah padam. Mengutip kamus Lisanul Arab yang disusun Ibnu Manzhur, lafal tersebut bisa diartikan sebagai warna mencolok yang seakan-akan warna merahnya sudah tidak bisa lagi bertambah lantaran telah berada di ambang batas.
Meskipun begitu, keumuman sahabat, tabiin, imam mazhab, serta para ulama tidak sampai mengharamkan penggunaan pakaian berwarna merah. Hal ini dilandaskan pada hadis yang dirwayatkan Bara bin Azib yang mengatakan, “Aku pernah menyaksikan Nabi saw mengenakan pakaian berwarna merah.”
Atau sebuah hadis yang diceritakan Hilal bin Amir dari ayahnya;
“Saya melihat Rasulullah Saw berkhutbah di Mina di atas bighalnya, beliau memakai selendang warna merah. Sementara Ali berada di depan beliau, mengeraskan apa yang disampaikan Nabi.” (HR. Abu Daud)
Selain merah tua, Nabi juga tidak menyarankan pakaian berwarna kuning yang dihasilkan dari celupan kunyit. Sahabat Anas bin Malik berkata;
“Rasulullah saw melarang seorang laki-laki yang menggunakan za’faran (warna dari kunyit).” (HR. Bukhari, Muslim, Abu Daud)
Para ulama bersepakat bahwa pelarangan tersebut karena aroma kurang sedap yang berpotensi ditimbulkan kain celupan kunyit yang cukup tren di masa itu.
Dalam Ihya Ulummuddin diceritakan, Nabi juga memiliki pakaian berwarna hitam, akan tetap Rasulullah lebih memilih untuk memberikannya kepada orang lain.
Al-Ghazali mengisahkan bahwa Ummu Salamah pernah berkata, “Demi bapak dan ibuku sebagai tebusannya, apa yang diperbuat dengan jubah hitam ini?”
Nabi menajawab, “Aku telah memakainya.”
“Aku belum pernah melihat yang lebih indah dari pada putihmu dibanding warna hitam,” kata Ummu Salamah.