Ikhbar.com: Sebelum Islam hadir, masyarakat Arab hidup dalam sistem kepercayaan bermacam-macam. Salah satu yang paling dominan adalah penyembahan terhadap berhala.
Di masa itu, berhala bukan hanya menjadi simbol keagamaan, tetapi juga bagian dari identitas sosial, ekonomi, dan budaya mereka. Praktik tersesbut juga melibatkan berbagai ritual yang unik dan mencerminkan pola pikir masyarakat Arab di masa lampau.
Mengutip penjelasan dari Ar-Rahiq al-Makhtum karya Syekh Shafiurrahman Al-Mubarakfuri, berikut adalah nama-nama berhala serta cara ibadah masyarakat Arab di masa jahiliah:
Baca: Mozaik Politik Jazirah Arab sebelum Islam
1. Hubal
Hubal dianggap sebagai salah satu berhala terbesar dan paling penting di Ka’bah, Makkah. Berhala ini berbentuk patung manusia yang terbuat dari batu akik merah dan memiliki tangan kanan dari emas.
Hubal dipercaya sebagai dewa utama yang mengatur nasib sehingga masyarakat sering memanjatkan doa kepadanya sebelum mengambil keputusan yang dianggap penting.
2. Latta
Latta adalah berhala yang disembah di Taif. Ia dianggap sebagai dewi kesuburan dan panen. Orang-orang datang ke kuil Latta untuk memohon keberkahan dalam pertanian dan kehidupan sehari-hari. Kuil berhala ini menjadi pusat keramaian dan ritual tahunan.
3. Uzza
Uzza merupakan dewi kecantikan dan kekuatan. Berhala ini memiliki tempat pemujaan di daerah Nakhlah. Ia sering dihubungkan dengan simbol-simbol kekuasaan dan kemenangan dalam peperangan. Para pemuja Uzza biasanya mempersembahkan hewan kurban untuk mendapatkan perlindungan.
4. Manat
Manat dianggap sebagai dewi takdir dan kematian. Kuilnya terletak di antara Makkah dan Madinah.
Para penyembah percaya bahwa Manat memiliki kendali atas kehidupan dan kematian, sehingga mereka memohon keselamatan dan pengampunan dosa kepadanya.
Selain empat berhala besar tersebut, masyarakat Arab jahiliah juga menyembah Wud, Suwa’, Yaghuts, Ya’ûq, dan Nasr.
Berhala-berhala tersebut awalnya disembah oleh kaum Nuh dan kemudian ditemukan kembali oleh Amr bin Luhay. Ia membagi berhala-berhala ini kepada berbagai kabilah yang kemudian menyembahnya sesuai tradisi masing-masing.
Berikutnya ada Al-Bahirah, As-Sa’ibah, Al-Washilah, dan Al-Hami. Patung-patung ini terkait dengan tradisi ritual tertentu. Misalnya, Al-Bahirah adalah unta betina yang telinganya dibelah sebagai tanda bahwa ia tidak boleh ditunggangi atau diperah kecuali oleh tamu. Ritual-ritual tersebut menunjukkan bagaimana kepercayaan terhadap berhala memengaruhi kehidupan sosial dan ekonomi masyarakat.
Setiap kabilah Arab pra-Islam juga memiliki berhala tersendiri yang ditempatkan di rumah atau tempat ibadah khusus. Bahkan, banyak rumah yang memiliki berhala pribadi sebagai lambang keimanan keluarga mereka.
Sedangkan cara ibadah masyarakat Arab pra-Islam antara lain:
Baca: Sejarah Makkah pra-Saudi Arabia
Penyembahan berhala
Berhala-berhala biasanya ditempatkan di kuil atau tempat suci tertentu. Para penyembah mendatangi tempat tersebut untuk berdoa, mempersembahkan makanan, atau bahkan hewan kurban.
Ritual tersebut dilakukan masyarakat Arab jahiliah dengan khusyuk, bahkan sering kali diiringi dengan musik tradisional atau nyanyian pujian.
Tawaf
Sebelum Islam, tawaf sudah menjadi tradisi yang dilakukan di sekitar Ka’bah. Namun, berbeda dengan tradisi Islam, tawaf pada masa itu sering diiringi dengan praktik-praktik yang tidak senonoh, seperti melakukannya tanpa busana sebagai simbol “kesucian” dari dosa.
Berdoa dengan undian
Masyarakat Arab kerap menggunakan panah undian untuk meminta petunjuk dari dewa-dewi mereka. Panah-panah ini diberikan tanda tertentu yang melambangkan jawaban atas pertanyaan mereka, seperti “ya” atau “tidak.” Ritual ini menjadi bagian penting dalam pengambilan keputusan besar, termasuk perjalanan atau pernikahan.
Kurban dan persembahan
Hewan kurban seperti unta, kambing, atau domba sering dipersembahkan kepada berhala. Darah hewan itu dipercayai dapat membersihkan dosa dan mendekatkan mereka kepada dewa-dewi.
Selain itu, makanan atau barang berharga juga sering diletakkan di altar sebagai simbol pengabdian.
Festival keagamaan
Masyarakat Arab pra-Islam memiliki banyak festival keagamaan yang terkait dengan penyembahan berhala. Festival ini biasanya diisi dengan upacara adat, perlombaan, dan perayaan besar-besaran.
Momentum tersebut juga menjadi ajang untuk mempererat hubungan sosial.
Baca: Mengenal Ar-Rahiq al-Makhtum, Rujukan Kisah Perjalanan Hidup Nabi Agung
Dimurnikan Islam
Kepercayaan masyarakat Arab pra-Islam mencerminkan kompleksitas budaya dan spiritual mereka. Berhala-berhala seperti Hubal, Latta, Uzza, dan Manat tidak hanya menjadi simbol keagamaan, tetapi juga pusat kehidupan sosial mereka.
Praktik ibadah yang beragam menunjukkan bagaimana mereka mencoba memahami dunia dan mencari perlindungan dalam menghadapi ketidakpastian hidup. Kehadiran Islam kemudian mengubah pola pikir dan praktik tersebut, membawa mereka menuju konsep tauhid yang mempersatukan keyakinan kepada satu Tuhan, Allah Swt.
Ketika Rasulullah menaklukkan Makkah, salah satu tindakan pertama yang dilakukan adalah menghancurkan patung-patung yang ada di sekitar Ka’bah. Sebanyak 360 berhala dirobohkan menandai akhir dari tradisi penyembahan selain kepada Allah Swt di Tanah Haram. Islam menegaskan kembali ajaran tauhid yang murni, menghapus segala bentuk syirik yang telah lama menjadi bagian dari tradisi masyarakat Arab.