Oleh: KH Sobih Adnan (Mudir Aam Ikhbar Foundation)
ALKISAH, malaikat Hafadzah datang membawa amal seseorang dengan semburat cahaya berkilauan. Sinarnya berpendar dari pencapaian sedekah, salat, juga puasa. Malaikat pencatat amal itu pun terus berdecak kagum memandangi rekor penghambaan yang tampak begitu luar biasa.
Di langit dunia, setumpuk catatan amal itu bergerak lenggang kangkung begitu mulus. Ia terus beranjak menembus lapis-lapis cakrawala. Tetapi ketika sampai di muka pintu langit ke tujuh, langkahnya tiba-tiba terhenti, ditawan sebuah keganjilan.
“Turunkan lagi amal ini ke bumi. Pukulkanlah ia kepada sang pemilik yang masih melulu takabur, manusia yang merasa paling mulia, orang yang selalu mengaku paling aku, para pemelihara kebencian antarsesama,” ketus makhluk penjaga pintu.
Inilah sekelumit saripati hadis yang diwejangkan Muadz bin Jabal kepada santrinya, Khalid bin Ma’dan. Muadz menanamkan pentingnya kerendah-hatian sebagai ujung pangkal segenap kebaikan. Tanpanya, segunung amal cuma menjelma kesia-siaan.
Khalid lantas tumbuh menjadi manusia dengan wujud kerendah-hatian itu sendiri. Tak ada yang dilakukannya terkecuali beribadah, membaca, dan menulis. Namun, ia yang tak pernah ingin dikenal, malah menjadi tokoh yang paling diingat di setiap menjelang separuh bulan Syakban, hingga sekarang.
Khalid-lah tokoh nan teguh mengenalkan keutamaan untuk menghidupkan malam Nisfu Syakban. Ia kusyuk bertasbih di malam penuh keberkahan. Hingga di akhir hayatnya pun, ia dikaruniai jemari yang terus tetap bergerak; semacam menuturkan butir-butir pujian kepada Tuhan.
Jejak Khalid bin Ma’dan ihwal keutamaan di malam separuh Syakban terus meluas. Dari Syam, hingga ke berbagai belahan dunia. Orang-orang India dan Pakistan menyebutnya; Shab e Baraat. Pun di Turki, dengan fasih diucap Berat Kandili.
Separuh Syakban dijanjikan Nabi sebagai momen pertobatan. Oleh Al-Ghazali, dihitung sejak malam ke-13 dengan tiga kuota pertolongan Tuhan, lalu dicurahkan keseluruhan ampunan di dua malam berikutnya. Lailat al-Baraa, selamat hari kerendah-hatian, malam penuh ampunan.