Ikhbar.com: Wakil Presiden ke-10 dan ke-12, Jusuf Kalla, menerima kunjungan dari pendeta Gilbert Lumoindong di kediamannya di Jalan Brawijaya, Jakarta Selatan. Pertemuan tersebut bertujuan untuk memberikan klarifikasi dan permohonan maaf atas pernyataan kontroversial yang viral di media sosial terkait zakat dan salat.
Dalam pertemuan tersebut, tokoh yang akrab disapa JK ini didampingi Prof Komaruddin dan Sekjen Dewan Masjid Indonesia (DMI), Prof Imam. Ia menyatakan keterkejutannya dan kekecewaannya atas konten yang menimbulkan kehebohan di tengah masyarakat tersebut.
Baca: ‘War Takjil’ Tanda Cinta Lintas Agama
JK juga menekankan pentingnya saling menghargai dalam kehidupan beragama di Indonesia.
“Dalam Islam itu ayatnya lakum dinukum waliyadin, agama saya agama saya dan agamamu agamamu. Kita saling menghargai tapi tidak saling mengkritik ataupun menghina apalagi,” jelas dia, dikutip pada Selasa, 16 April 2024.
Ia mengungkapkan alasannya menerima klarifikasi dari Pendeta Gilbert adalah untuk mencegah eskalasi konflik yang berpotensi membahayakan masyarakat.
“Pertama, apabila ada emosi karena kesalahpahaman ataupun karena marah soal agama itu akibatnya sangat berbahaya. Saya melihat sendiri apa yang terjadi di Poso, apa yang terjadi di Ambon, ribuan orang…dibunuh dengan sadar karena salah pengertian tentang konflik masing-masing, sangat berbahaya. Karena itu lah, sebelum meluas kita harus selesaikan, padamkan. Tadi (yang bersangkutan) minta maaf, Islam itu pemaaf, jangan lagi (ada konflik). Itu alasannya,” terang JK.
Pendeta Gilbert menyampaikan permohonan maafnya atas kegaduhan yang disebabkan oleh pernyataannya, terutama kepada umat Islam yang merasa tersinggung.
Baca: Tafsir QS. Al-A’la Ayat 14-15: Idulfitri yang Hakiki
Dia juga mengucapkan selamat Idulfitri dan memohon maaf lahir dan batin atas kegaduhan yang terjadi.
“Pertama-tama, sebelum saya lanjutkan kalimat saya ini, saya dengan segala kerendahan hati meminta maaf karena kegaduhan yang ada. Karena sebetulnya kita lagi sibuk setelah pilpres, mau menyambut pilkada, dan baru saja merayakan Idul Fitri, hari raya yang baik, dan umat Kristen baru saja merayakan kebangkitan Kristus lalu menyambut kenaikan ke surga. Saya pikir ini suasana yang seharusnya baik,” ungkap Gilbert.
Gilbert menegaskan bahwa pernyataannya tidak dimaksudkan untuk mengolok-olok atau merendahkan agama Islam. Ia menjelaskan bahwa latar belakangnya yang tumbuh di lingkungan Muslim membuktikan ketulusan niatnya.
Ia juga mengklarifikasi bahwa video yang viral merupakan potongan dari ibadah internal yang tidak ditujukan untuk umum. Dia menyesalkan salah pemahaman masyarakat terhadap konten video tersebut.
Selain itu, Gilbert meminta maaf atas ketidaknyamanan yang ditimbulkan dan menyampaikan bahwa pernyataannya sebenarnya berisi autokritik untuk umat Kristen. Dia menyoroti perbedaan intensitas ibadah antara agama Kristen dan Islam.
“Kenapa setengah mati? Karena berat, sehari lima kali. Kita orang Kristen seminggu sekali, sudah itu seminggu sekalinya juga duduknya santai-santai. Kalau ini (muslim) ada gaya-gayanya, gerakannya yang tidak boleh salah. Bahkan, saya garis bawahi terakhir bahwa lipat kaki buat umat muslim biasa sekali sampai mungkin Pak JK yang usianya 82 tahun masih bisa lipat kaki gitu,” ungkapnya.
“Kebetulan di umat Kristen ada kepercayaan misalnya tentang memberi 10 persen. Nah di pengetahuan saya ‘wah umat muslim di situnya yang agak lebih gampang 2,5 persen’. Tapi setelah bicara sama Pak JK hari ini, dia bilang, ‘Oh salah pendeta, 2,5 persen itu cuma zakat. Belum infaq, belum sedekahnya, belum wakafnya. Itu lebih berat lagi’,” lanjutnya.
JK dinilai sebagai sosok yang tepat untuk menjadi penjembatan klarifikasi oleh Gilbert, karena reputasinya sebagai tokoh senior yang memahami kenegaraan.
“Lalu yang kedua, karena beliau bisa disebut-sebut juga man of peace ya, karena sudah banyak mendamaikan keadaan-keadaan di bangsa ini,” jelas dia.
Pendeta Gilbert menutup klarifikasinya dengan mengakui bahwa JK adalah pribadi yang sangat berperan dalam menciptakan perdamaian di Indonesia, serta siap berbuat untuk kepentingan bangsa dan negara.
“Pak JK seorang yang siap buat apa saja buat bangsa dan negara. Pokoknya buat bangsa dan negara, apalagi demi kedamaian bisa mudah dicarinya. Dalam hal ini kemarin kita berdiskusi, kita minta waktu, beliau di tengah kesibukannya langsung mengambil waktu, hari ini, karena buat beliau bangsa dan negara dan kedamaian itu selalu penting,” pungkasnya.