Ikhbar.com: Victoria & Albert Museum (V&A) di London, Inggris, akan segera menggelar pameran bertajuk “The Great Mughals.” Ajang besar ini bakal memamerkan kemegahan seni dan arsitektur dari Kekaisaran Mughal di India.
Pameran yang berlangsung mulai 9 November 2024 itu akan menampilkan karya-karya seni dari periode 1560 hingga 1660 M, termasuk keindahan arsitektur ikonis seperti Taj Mahal hingga detail rumit dalam miniatur dan karpet-karpet Islam yang memukau.
Seorang seniman asal Pakistan, Waqas Khan, yang juga akan menampilkan karyanya di London dalam waktu yang sama, menggambarkan keindahan seni Mughal sebagai perpaduan pola dan detail yang berulang dan tak terhingga. Di galeri Asia Selatan V&A, jendela batu tanpa kaca dari Agra yang dikenal sebagai “jali” berdiri sebagai bukti seni Mughal yang rumit dan geometris.
Pola berulang pada kisi-kisi batu berwarna kekuningan itu menampilkan desain bunga, kristal, dan segitiga yang saling terjalin, menghadirkan kesan harmoni dan keteraturan yang kompleks.
“Lihat pola berulangnya,” ujar Khan, sebagaimana dikutip dari The Guardian, Sabtu, 2 November 2024
“Ini adalah jendela Islam yang mencerminkan keindahan tanpa batas,” sambungnya.
Baca: Ubah Benci Jadi Cinta, Belajar dari Konflik Tukar Guling Masjid dan Kuil di India
Khan sendiri merupakan seniman abstrak yang dikenal dengan karya detailnya yang presisi, membawa warisan seni Islam ke dalam perspektif kontemporer. Karyanya pernah dipamerkan dalam “Jameel Prize” di V&A, dan kini ia mengeksplorasi lukisan kanvas besar yang penuh warna dan pola berulang, serta aksen kaligrafi yang nyaris tidak terbaca.
“Saya menyukai ruang ini,” katanya, mengingat ruang tempatnya bekerja dengan teknik miniatur yang sangat halus, mempelajari pola yang memerlukan meditasi dan ketelitian.
Keagungan arsitektur Mughal terlihat jelas dalam Taj Mahal yang dibangun oleh Kaisar Shah Jahan pada 1631 di Agra. Monumen cinta ini dibangun sebagai makam bagi istri tercintanya, Mumtaz Mahal, dengan desain yang seolah ringan dan melayang. Bangunan ini menjadi simbol keindahan dan cinta abadi dalam seni Islam dan tetap menjadi salah satu bangunan paling indah di dunia.
Seni Mughal tidak hanya hadir dalam bentuk arsitektur, tetapi juga dalam miniatur yang dipengaruhi Persia. Sebagai contoh, karya “Hamzanama,” ilustrasi yang dipesan oleh Kaisar Akbar pada abad ke-16, yang menggambarkan kehidupan paman Nabi Muhammad Saw, lengkap dengan figur dan elemen dramatis yang khas dalam seni miniatur Muslim. Dukungan seni miniatur ini menciptakan zaman keemasan seni figuratif di istana Mughal dengan lukisan yang menunjukkan pangeran bertarung melawan iblis di bawah langit biru dan awan putih yang menakjubkan.
Seni dan arsitektur Mughal banyak ditemukan di kota-kota besar India dan Pakistan, seperti istana, paviliun, hingga benteng megah yang dibangun di Agra, Lahore, dan Delhi. Benteng-benteng ini dihiasi dengan dekorasi dalam yang mewah, mencerminkan estetika yang dipadukan dengan kekuatan struktur.
Di sisi lain, Khan juga memiliki pandangan menarik tentang koleksi seni Islam yang disimpan di museum-museum besar dunia seperti V&A. Menurutnya, meski sebagian besar karya seni itu diwarisi dari India Museum milik East India Company, kehadiran mereka di museum-museum modern setidaknya membantu pelestarian dan perhatian lebih lanjut terhadap seni ini.
“Setidaknya sekarang mereka terlindungi,” kata Khan.
Baca: Sejarah Kaligrafi Islam: Misteri Kufi
Lahir di pedesaan Punjab, Pakistan, Khan menempuh pendidikan seni di National College of Arts di Lahore, tempatnya mendalami seni miniatur dengan teknik khusus yang sangat detail menggunakan kuas halus dari bulu tupai. Miniatur Mughal, yang ia pelajari di bawah bimbingan instruktur, membutuhkan teknik meditasi yang dalam dan ketelitian tinggi.
Khan menyebut bahwa miniatur Mughal bukan sekadar modul dalam pembelajaran, tetapi merupakan pendekatan menyeluruh yang melibatkan waktu dan kesabaran.
Di ruang pameran V&A, Khan menunjuk pada karpet-karpet besar dengan pola yang rumit dan berulang, seperti karpet “Ardabil” yang dibuat pada abad ke-16 di Persia. Karpet ini menampilkan pola bunga yang realistis berpadu dengan motif geometris berulang yang kompleks, dan ditandatangani oleh Maqsud Kashani dengan sebutan “budak portal.”
Dalam tradisi seni Islam, pola-pola ini memiliki “energi algoritmis” yang tak terhingga, mencerminkan keteraturan yang tak terputus. Algoritma, kata yang berasal dari bahasa Persia, diperkenalkan oleh ilmuwan Muslim, Muḥammad ibn Musa Al-Khwarizmi pada abad ke-9, yang menulis tentang instruksi komputasional saat seni Islam mulai berkembang.
Selain dari pengaruh Mughal, karya Khan juga dipengaruhi oleh pelukis abstrak Amerika, Mark Rothko. Di Purdy Hicks, lukisan-lukisan Khan yang berwarna biru pekat menampilkan kaligrafi samar yang seperti “tulisan hantu,” berpadu dengan lingkaran-lingkaran kosmis yang mengingatkan pada “jali” dari Agra.
Lukisan-lukisan tersebut, yang disusun dengan lapisan warna yang dalam, menciptakan kedalaman dan aura yang memikat. Inspirasi Rothko dapat terlihat dalam lapisan persegi panjang warna vertikal yang membentuk kedalaman hipnotis dalam karya-karya Khan. Dengan karya ini, Khan seakan menyandingkan keagungan seni Mughal dengan gaya modernisme Amerika.
Pameran “The Great Mughals” di V&A London memberikan wawasan baru tentang keindahan seni Islam di India, terutama melalui sudut pandang seniman kontemporer seperti Khan. Seni Mughal, dengan pola berulang dan detail yang tinggi, menggambarkan warisan damai dalam dunia yang semakin kompleks. Karya Khan menjadi simbol persatuan estetika Islam dan Barat, menghubungkan Lahore dan Manhattan dalam satu kanvas.
“The Great Mughals” di V&A London berlangsung mulai 9 November 2024, sedangkan karya-karya Waqas Khan dipamerkan di Purdy Hicks hingga 16 November 2024 mendatang.