Ikhbar.com: Fenomena “Pick Me” telah menjadi perbincangan hangat di kalangan Gen Z, terutama di media sosial (Medsos). Istilah ini merujuk pada seseorang yang rela melakukan apa saja demi mendapatkan perhatian atau diterima dalam sebuah kelompok.
Dalam budaya populer, fenomena “Pick Me” sering kali diidentikkan dengan seseorang yang berusaha keras agar dipilih, diakui, atau diterima dalam kelompok tertentu. Menurut Urban Dictionary (2020), istilah ini merujuk pada seseorang yang rela melakukan apa saja demi mendapatkan perhatian, baik dari lawan jenis maupun masyarakat umum.
Fenomena “Pick Me” bisa merujuk pada laki-laki maupun perempuan. “Pick Me Girl,” biasanya merendahkan perempuan lain untuk terlihat lebih menarik di mata laki-laki. Gadis dengan perilaku ini mencoba menonjolkan diri dengan bertindak atau berbicara seolah berbeda dari perempuan kebanyakan, padahal motivasinya semata-mata untuk mendapatkan validasi eksternal.
Di sisi lain, “Pick Me Boy” atau yang sering disebut “simp” atau “nice guy” adalah laki-laki yang berusaha keras agar terlihat menarik dan diinginkan oleh perempuan, meskipun tindakannya sering kali memaksa dan tidak autentik.
Dari perspektif Islam, fenomena ini mencerminkan krisis identitas dan kurangnya pemahaman tentang jati diri yang sebenarnya. Ketergantungan pada penerimaan manusia bisa menjebak seseorang dalam perilaku yang tidak tulus dan berbahaya bagi kesehatan jiwa.
Islam memiliki ajaran yang kuat tentang keikhlasan, kesetaraan, dan kejujuran dalam bertindak. Oleh karena itu, berikut ini adalah beberapa langkah yang bisa diambil untuk membangun jati diri otentik berdasarkan ajaran Islam.
Baca: Teman Red Flag yang Wajib Dijauhi menurut Imam Al-Ghazali
Kenali nilai diri di hadapan Allah, bukan manusia
Salah satu penyebab seseorang terjebak dalam fenomena “Pick Me” adalah kurangnya kesadaran akan nilai diri yang sebenarnya. Dalam Islam, manusia diajarkan bahwa nilai seseorang bukanlah diukur oleh pandangan orang lain, melainkan oleh Allah Swt.
Dalam QS. Al-Hujurat: 13, Allah Swt berfirman:
يٰٓاَيُّهَا النَّاسُ اِنَّا خَلَقْنٰكُمْ مِّنْ ذَكَرٍ وَّاُنْثٰى وَجَعَلْنٰكُمْ شُعُوْبًا وَّقَبَاۤىِٕلَ لِتَعَارَفُوْا ۚ اِنَّ اَكْرَمَكُمْ عِنْدَ اللّٰهِ اَتْقٰىكُمْ ۗاِنَّ اللّٰهَ عَلِيْمٌ خَبِيْرٌ
“Wahai manusia, sesungguhnya Kami telah menciptakan kamu dari seorang laki-laki dan perempuan. Kemudian, Kami menjadikan kamu berbangsa-bangsa dan bersuku-suku agar kamu saling mengenal. Sesungguhnya yang paling mulia di antara kamu di sisi Allah adalah orang yang paling bertakwa. Sesungguhnya Allah Maha Mengetahui lagi Maha Teliti.”
Kesadaran akan kedudukan di hadapan Allah Swt adalah langkah pertama dalam membangun jati diri autentik. Ketika seseorang memahami bahwa kemuliaannya tergantung pada ketakwaan, bukan pada pandangan manusia, maka dia tidak akan mencari-cari validasi dari orang lain.
Dalam hal ini, tasawuf mengajarkan pentingnya keikhlasan dalam beramal. Imam Al-Ghazali dalam Ihya’ Ulum al-Din, misalnya, menekankan bahwa segala amal harus dilakukan hanya karena Allah Swt, bukan demi pujian atau pengakuan manusia.
Baca: Mengapa Hasil tak Sesuai Harapan dan Doa? Ini Penjelasan Imam Al-Ghazali
Jaga lisan dan tindakan dari perilaku merendahkan orang lain
Salah satu karakteristik utama dari seorang “Pick Me Girl” adalah dengan merendahkan sesama perempuan demi mendapatkan perhatian laki-laki. Dalam Islam, perilaku ini termasuk dosa besar karena dapat merusak hubungan sosial dan melukai perasaan orang lain.
Rasulullah Saw bersabda:
لَا يَرْحَمُ اللَّهُ مَنْ لَا يَرْحَمُ النَّاسَ
“Allah tidak akan menyayangi siapa saja yang tidak menyayangi manusia.” (HR. Bukhari).
Perilaku “Pick Me” juga bertentangan dengan ajaran Islam yang mengutamakan kesetaraan dan menghargai sesama. Setiap Muslim diperintahkan untuk menjaga lidahnya dari perkataan yang menyakiti orang lain.
Jangan bergantung pada validasi manusia
Kecenderungan untuk menjadi “Pick Me” berakar dari keinginan yang kuat untuk mendapatkan validasi dan penerimaan dari manusia. Namun, Islam mengajarkan bahwa satu-satunya sumber pengakuan dan kepuasan yang sejati adalah Allah Swt.
Dengan kata lain, Islam mengajarkan manusia agar tidak terjebak dalam pencarian pengakuan dari manusia, yang sifatnya sementara dan dangkal. Fokus utama seorang Muslim adalah mencari rida Allah Swt, karena hanya dengan itulah seseorang dapat mencapai kebahagiaan yang sejati dan abadi.
Baca: Saat Pilihan Dianggap tak Mampu Beri Harapan, Ini 5 Saran dari Al-Qur’an
Tawaduk dan sederhana dalam bertindak
Tawaduk atau rendah hati adalah salah satu sifat mulia yang diajarkan dalam Islam. Seseorang yang tawaduk tidak akan terjebak dalam perilaku “Pick Me,” karena dia menyadari bahwa yang terpenting adalah keikhlasan dalam bertindak, bukan perhatian atau pujian dari orang lain.
Rasulullah Saw bersabda:
إِنَّ اللَّهَ أَوْحَى إِلَيَّ أَنْ تَوَاضَعُوا حَتَّى لَا يَبْغِيَ أَحَدٌ عَلَى أَحَدٍ وَلَا يَفْخَرَ أَحَدٌ عَلَى أَحَدٍ
“Sesungguhnya Allah telah mewahyukan kepadaku, hendaklah kalian bersikap rendah diri, hingga seseorang tidak berbuat aniaya kepada ornag lain, dan seseorang tidak berlaku sombong kepada orang lain.” (HR. Abu Daud).
Sifat tawaduk juga melindungi seseorang dari sifat riya’ atau pamer. Riya’ adalah perilaku yang dilakukan semata-mata untuk mendapatkan perhatian orang lain, dan perilaku ini sangat dikecam dalam Islam.
Dalam Al-Risalah al-Qusyairiyyah, Imam Al-Qusyairi menyebutkan bahwa orang yang ikhlas tidak akan peduli pada penilaian manusia, karena yang terpenting baginya adalah Allah yang Maha Mengetahui.
Belajar mencintai diri dan menghargai orang lain
Fenomena “Pick Me” sering kali berakar dari ketidakmampuan seseorang untuk mencintai dirinya sendiri. Islam mengajarkan untuk selalu bersyukur atas apa yang telah Allah Swt berikan, termasuk dalam hal fisik, kepribadian, dan kemampuan.
Mencintai diri sendiri bukan berarti bersikap egois, tetapi menghargai apa yang telah Allah karuniakan dan tidak merendahkan diri di hadapan manusia demi pujian atau pengakuan. Dengan mencintai diri sendiri, seseorang akan mampu mencintai dan menghargai orang lain, tanpa perlu merendahkan mereka atau mencari-cari perhatian.
Membangun jati diri secara autentik sesuai ajaran Islam tidaklah sulit jika seseorang memahami esensi keikhlasan dan ketakwaan. Perilaku “Pick Me” adalah cerminan krisis identitas yang dapat diatasi dengan cara mengenali diri sendiri sebagai hamba Allah Swt yang mulia, menjaga lisan dari perilaku merendahkan, dan fokus mencari keridaan-Nya semata.
Islam mengajarkan bahwa nilai seseorang tidak tergantung pada pandangan manusia, melainkan pada takwa dan amalnya yang tulus. Dengan berpedoman pada tuntunan Islam, maka seseorang akan mampu menemukan jati diri yang sejati dan terbebas dari keinginan untuk terus-menerus mencari validasi dari orang lain.