Ikhbar.com: Malaikat menjadi simbol kebaikan. Sebutan itu kerap diberikan kepada orang-orang yang dinilai memiliki hati mulia dan suka menolong sesama.
Namun, bagaimana Islam menjelaskan tentang malaikat? Bagaimana pula bentuk dan wujud malaikat sebenarnya?
Ibnu Manzur dalam Lisan al Arab menyebut bahwa kata “malaikat” merupakan bentuk jamak atau plural dari lafaz “malak“. Asalnya adalah “alaka-ya’luku-alukatan” (Mengirim pesan atau mengutus). Ada juga yang menyebut dari “la’aka-yal’aku” dengan makna yang sama. Sedangkan bentuk masdar (infinitif) “mim“-nya adalah “mal’ak,” yang berarti utusan.
Lantaran orang Arab menganggap lafaz itu sulit diucapkan, maka hamzah yang terdapat di tengah harus dibuang, kemudian huruf “lam” diharakati fathah sebagai penggantinya, maka diucapkan “malak,” yang ketika dalam bentuk jamak, hamzah itu akan kembali muncul menjadi kata “malaikat.”
Baca: 70 Ribu Tahun Sekali Jibril Melihat Nur Muhammad
Bentuk rupa
Umat Islam diwajibkan meyakini keberadaan makhluk yang diciptakan dari cahaya, memiliki tugas khusus, dan tidak pernah ingkar terhadap perintah Allah Swt tersebut. Perintah iman kepada malaikat tersebut tertera dalam QS. Al-Baqarah: 285. Allah Swt berfirman:
اٰمَنَ الرَّسُوْلُ بِمَآ اُنْزِلَ اِلَيْهِ مِنْ رَّبِّهٖ وَالْمُؤْمِنُوْنَۗ كُلٌّ اٰمَنَ بِاللّٰهِ وَمَلٰۤىِٕكَتِهٖ وَكُتُبِهٖ وَرُسُلِهٖۗ لَا نُفَرِّقُ بَيْنَ اَحَدٍ مِّنْ رُّسُلِهٖ ۗ وَقَالُوْا سَمِعْنَا وَاَطَعْنَا غُفْرَانَكَ رَبَّنَا وَاِلَيْكَ الْمَصِيْرُ
“Rasul (Muhammad) beriman pada apa (Al-Qur’an) yang diturunkan kepadanya dari Tuhannya, demikian pula orang-orang mukmin. Masing-masing beriman kepada Allah, malaikat-malaikat-Nya, kitab kitab-Nya, dan rasul-rasul-Nya. (Mereka berkata,) “Kami tidak membeda-bedakan seorang pun dari rasul-rasul-Nya.” Mereka juga berkata, “Kami dengar dan kami taat. Ampunilah kami, wahai Tuhan kami. Hanya kepada-Mu tempat (kami) kembali.”
Meski tidak bisa dilihat mata, tetapi Al-Qur’an sedikit banyak menjelaskan bagaimana bentuk atau wujud dari makhluk suci tersebut. Dalam QS. Fatir: 1, Allah Swt berfirman:
اَلْحَمْدُ لِلّٰهِ فَاطِرِ السَّمٰوٰتِ وَالْاَرْضِ جَاعِلِ الْمَلٰۤىِٕكَةِ رُسُلًاۙ اُولِيْٓ اَجْنِحَةٍ مَّثْنٰى وَثُلٰثَ وَرُبٰعَۗ يَزِيْدُ فِى الْخَلْقِ مَا يَشَاۤءُۗ اِنَّ اللّٰهَ عَلٰى كُلِّ شَيْءٍ قَدِيْرٌ
“Segala puji bagi Allah, Pencipta langit dan bumi yang menjadikan malaikat sebagai utusan-utusan (untuk mengurus berbagai macam urusan) yang mempunyai sayap. Masing-masing (ada yang) dua, tiga, dan empat. Dia menambahkan pada ciptaan-Nya apa yang Dia kehendaki. Sesungguhnya Allah Maha Kuasa atas segala sesuatu.”
Selain itu, dalam sejumlah riwayat dikatakan bahwa Malaikat Jibril memiliki 600 sayap, Israfil punya 1.200 sayap dengan lebar setiap satu sayapnya menyamai 600 sayap Jibril. Sedangkan Hamalat al-‘Arsy memiliki 2.400 sayap dengan satu ukuran luas per sayapnya setara 1.200 sayap Israfil.
Rasulullah Saw bersabda:
رأيتُ جبريلَ عند سِدْرةِ المُنْتَهى، عليه ستُّمائة جَناح، يَنْتَثِرُ من رِيشِه التَّهاوِيلُ: الدُّرُّ والياقُوتُ
“Aku melihat Jibril di Sidratul Muntaha. Ia memiliki 600 sayap, yang berhamburan di bulunya intan dan permata dengan warna yang berbeda-beda.” (HR. Ibnu Hibban).
Keterbatasan umat manusia untuk melihat malaikat secara kasat mata itu didasari atas bahan dasar pembentukannya yang berbeda, yakni dari tanah liat lumpur hitam. Allah Swt berfirman:
وَاِذْ قَالَ رَبُّكَ لِلْمَلٰۤىِٕكَةِ اِنِّيْ خَالِقٌۢ بَشَرًا مِّنْ صَلْصَالٍ مِّنْ حَمَاٍ مَّسْنُوْنٍۚ
“(Ingatlah) ketika Tuhanmu berfirman kepada malaikat, ‘Sesungguhnya Aku akan menciptakan seorang manusia dari tanah liat kering dari lumpur hitam yang dibentuk.” (QS. Al-Hijr: 28).
Namun, kemustahilan itu bisa menjadi mungkin jika di hadapan Nabi Muhammad Saw. Cuma Rasulullah yang pernah melihat wujud asli malaikat. Dalam QS. An-Najm: 6-13, Allah Swt berfirman:
ذُوْ مِرَّةٍۗ فَاسْتَوٰىۙ. وَهُوَ بِالْاُفُقِ الْاَعْلٰىۗ. ثُمَّ دَنَا فَتَدَلّٰىۙ. فَكَانَ قَابَ قَوْسَيْنِ اَوْ اَدْنٰىۚ. فَكَانَ قَابَ قَوْسَيْنِ اَوْ اَدْنٰىۚ. فَاَوْحٰىٓ اِلٰى عَبْدِهٖ مَآ اَوْحٰىۗ. مَا كَذَبَ الْفُؤَادُ مَا رَاٰى. اَفَتُمٰرُوْنَهٗ عَلٰى مَا يَرٰى. وَلَقَدْ رَاٰهُ نَزْلَةً اُخْرٰىۙ.
“Lagi mempunyai keteguhan. Lalu, ia (Jibril) menampakkan diri dengan rupa yang asli, ketika dia berada di ufuk yang tinggi. Dia kemudian mendekat (kepada Nabi Muhammad), lalu bertambah dekat, sehingga jaraknya (sekitar) dua busur panah atau lebih dekat (lagi). Lalu, dia (Jibril) menyampaikan wahyu kepada hamba-Nya (Nabi Muhammad) apa yang Dia wahyukan. Hatinya tidak mendustakan apa yang telah dilihatnya. Apakah kamu (kaum musyrik Makkah) hendak membantahnya (Nabi Muhammad) tentang apa yang dilihatnya itu (Jibril)? Sungguh, dia (Nabi Muhammad) benar-benar telah melihatnya (dalam rupa yang asli) pada waktu yang lain.”
Baca: Mengapa Nama ‘Muhammad’ begitu Mulia?
Jenis kelamin
Perbedaan malaikat dengan makhluk lainnya adalah kenetralannya dalam hal jenis kelamin. Malaikat tidak berjenis laki-laki, bukan pula perempuan. Allah Swt berfirman:
وَجَعَلُوا الْمَلٰۤىِٕكَةَ الَّذِيْنَ هُمْ عِبٰدُ الرَّحْمٰنِ اِنَاثًا ۗ اَشَهِدُوْا خَلْقَهُمْ ۗسَتُكْتَبُ شَهَادَتُهُمْ وَيُسْـَٔلُوْنَ
“Mereka menganggap para malaikat, hamba-hamba (Allah) Yang Maha Pengasih itu, berjenis perempuan. Apakah mereka menyaksikan penciptaannya? Kelak kesaksian (yang mereka karang sendiri itu) akan dituliskan dan akan dimintakan pertanggungjawaban.” (QS. Az-Zukhruf: 19).
Meski tidak memiliki jenis kelamin, para malaikat busa beralih bentuk dengan rupa laki-laki. Dengan bentuk inilah, Allah Swt pernah mengutus Malaikat Jibril As kepada Sayyidah Maryam dalam rupa pemuda dengan wajah yang begitu putih.
Allah Swt berfirman:
وَاِذْ قَالَتِ الْمَلٰۤىِٕكَةُ يٰمَرْيَمُ اِنَّ اللّٰهَ اصْطَفٰىكِ وَطَهَّرَكِ وَاصْطَفٰىكِ عَلٰى نِسَاۤءِ الْعٰلَمِيْنَ
“(Ingatlah) ketika Malaikat (Jibril) berkata, ‘Wahai Maryam, sesungguhnya Allah telah memilihmu, menyucikanmu, dan melebihkanmu di atas seluruh perempuan di semesta alam (pada masa itu).” (QS. Ali Imran: 42)
Selain tidak berjenis kelamin tertentu, Sa’id bin Musayyib Ra, sebagaimana dikutip dalam Fath al Baari juga menjelaskan bahwa malaikat tidak menikah dan memiliki keturunan.
الملائكة ليسوا ذكورا ولا إناثا ولا يأكلون ولا يشربون ولا يتناكحون ولا يتوالدون
“Malaikat itu tidak berjenis kelamin laki-laki atau perempuan, tidak makan, dan tidak minum. Juga tidak menikah dan tidak memiliki keturunan.”
Sebagian besar ulama juga berpendapat bahwa malaikat juga tidak makan, tidak minum, tidak tidur, tidak memiliki akal, tidak punya keinginan/kebutuhan dan hajat, tidak berubah sejak kali pertama diciptakan, serta memiliki ketakwaan yang tinggi dan terus berzikir sepanjang hayat.