Kacamata Gus Dur Kunci Sukses Praktisi Psikologi

KH Abdurrahman Wahid atau Gus Dur. Dok REUTERS

Ikhbar.com: Setidaknya ada dua syarat yang harus dimiliki seorang konselor di saat berhadapan dengan klien mereka. Pertama, harus netral. Kedua, mampu memberikan wawasan dengan penggunaan sudut pandang yang kompleks.

Demikian disampaikan Demikian disampaikan psikolog ahli, Dr. M. Fakhrurrozi, dalam Seminar “EduTalk’s Mental Health” di Pondok Pesantren KHAS Kempek Cirebon, Jawa Barat, Sabtu, 20 Juli 2024 lalu.

“Oleh karena itu, menjadi psikolog atau konselor tidak mudah. Kita harus bisa bertindak secara profesional,” kata Doktor Ozi, sapaan akrabnya.

Baca: Nyai Rihab Said Aqil: Sejarah dan Teknik Konseling Penting Dipahami Pesantren

Berkat Gus Dur

Praktisi di Griya Jiva Jakarta itu menjelaskan, sebagai psikolog, seseorang harus sebisa mungkin melepas pandangan pribadinya, termasuk sudut pandang agama, saat berusaha membantu seorang klien untuk keluar dari permasalahan mereka. Pasalnya, menjadi seorang psikolog akan akrab dengan keluhan-keluhan klien yang dinilai bertentangan dengan prinsip personal.

“Misalnya, ada klien yang mencurahkan persoalan hubungannya dengan pasangan. Yang ternyata, yang dimaksud pasangan mereka itu sesama jenis. Kita tidak boleh langsung menuding bahwa perilaku lesbian, gay, biseksual, dan transgender (LGBT) itu menyimpang, menyalahi agama, berdosa, dan masuk neraka,” tegasnya.

“Kita harus fokus pada permasalahannya. Adapun dia adalah seorang lesbian, itu konteks lain yang harus diabaikan saat kita melakukan konseling,” kata Doktor Ozi.

Psikolog ahli, Dr. M. Fakhrurrozi, dalam Seminar “EduTalk’s Mental Health” di Pondok Pesantren KHAS Kempek Cirebon, Jawa Barat, Sabtu, 20 Juli 2024 lalu. Dok KHASMEDIA

Sebagai alumni pesantren, Doktor Ozi mengakui beratnya memisahkan pandangan pribadi dengan ketentuan profesi tersebut.

“Baru, setelah belasan tahun saya bergelut di dunia psikologi dan konseling, saya menemukan pesan almaghfurlah KH Abdurrahman Wahid atau Gus Dur,” katanya.

“Ada salah satu quote (kutipan) Gus Dur yang menarik, ‘Siapa pun yang datang kepada kita itu hakikatnya digerakkan oleh Allah Swt,” sambungnya.

Gus Dur, lanjutnya, akan memperlakukan serta menghormati setiap tamunya sebagai manusia. Gus Dur berpendapat, orang-orang yang bertamu padanya, tiada mungkin lepas dari kehendak Allah Swt. Maka, konsekuensi logisnya, mengecewakan, apalagi menolak tamu adalah pelecehan terhadap kuasa Allah Swt.

“Sejak saat itu saya meyakini bahwa setiap klien yang datang harus saya bantu. Jika tidak, maka Allah Swt akan marah. Kata-kata Gus Dur itulah yang mampu membuka hati saya,” katanya.

Namun, kata Doktor Ozi, keyakinan itu pula yang kemudian dijawab oleh Allah Swt dengan makin banyaknya klien yang datang dari orang-orang dengan problem sejenis.

“Jadi ini saya maknai sebagai ujian sekaligus tantangan. Oleh karena itu, seorang psikolog atau konselor harus benar-benar fokus pada konteks dari si klien,” katanya.

Baca: Gaung Gus Dur Menembus Ruang dan Waktu

Komprehensif

Wakil Dekan Fakultas Psikologi Universitas Gunadarma itu juga menjelaskan, seorang konselor juga harus menumbuhkan insight (wawasan) bagi kliennya.

Insight itu terbagi dua. Yakni, insight secara intelektual dan emosional,” jelasnya.

Insight secara intelektual menargetkan adanya pemahaman baru terkait sebab dan akibat atas segala yang sedang dirasakan klien. Sedangkan secara emosional lebih ditunjukkan pada reaksi nonverbal, seperti menangis, merasa bebannya berkurang, dan sejenisnya.

“Yang perlu dicatat adalah setiap klien yang datang akan menceritakan permasalahannya sesuai sudut pandangnya sendiri. Maka, seorang konselor dituntut untuk bisa memberikan jalan keluar melalui sudut pandang yang lebih kompleks,” katanya.

“Misalnya, dengan menjaga jarak dengan problem klien tersebut kemudian memotret permasalahan itu dengan lebih komprehensif. Salah satunya bisa dengan cara apa yang biasa disebut dengan helicopter view,” sambungnya.

Namun, kata Doktor Ozi, sebelum melakukan semua itu, yang tak kalah penting adalah menyambut klien dengan segenap persoalannya dengan tangan terbuka dan dengan sambutan yang hangat.

“Jangan lupa apresiasi mereka yang sudah berjuang hingga berani menceritakan apa yang sedang dialaminya. Karena itu tidak mudah,” kata dia.

Ikuti dan baca artikel kami lainnya di Google News.