Ikhbar.com: Imam Al-Ghazali, seorang ulama besar yang dikenal luas di dunia Islam, tidak hanya menghasilkan karya-karya monumental di bidang teologi dan filsafat, tetapi juga memberikan nasihat berharga mengenai adab seorang santri terhadap guru.
Dalam karyanya yang cukup populer, Al-Adab fi ad-Din, Al-Ghazali menekankan pentingnya etika dalam hubungan antara murid dan guru, sebuah pandangan yang relevan hingga hari ini, terutama dalam konteks pendidikan pesantren yang berkembang pesat di Indonesia.
آدَابُ المُتَعَلِّمِ مَعَ العَالِمِ: يَبْدَؤُهُ بِالسَّلَامِ، وَيُقِلُّ بَيْنَ يَدَيْهِ الكَلَامَ، وَيَقُومُ لَهُ إِذَا قَامَ، وَلا يَقُولُ لَهُ: قَالَ فُلَانٌ خِلافَ مَا قُلْتَ، وَلا يَسْأَلُ جَلِيسَهُ فِي مَجْلِسِهِ، وَلا يَبْتَسِمُ عِنْدَ مُخَاطَبَتِهِ، وَلا يُشِيرُ عَلَيْهِ بِخِلافِ رَأْيِهِ، وَلا يَأْخُذُ بِثَوْبِهِ إِذَا قَامَ، وَلا يَسْتَفْهِمُهُ عَنْ مَسْأَلَةٍ فِي طَرِيقِهِ حَتَّى يَبْلُغَ إِلَى مَنْزِلِهِ، وَلا يُكْثِرُ عَلَيْهِ عِنْدَ مَلَلِهِ.
“Adab murid terhadap guru ialah mendahului beruluk salam, tidak banyak berbicara di depan guru, berdiri ketika guru berdiri, tidak mengatakan kepada guru, ‘Pendapat fulan berbeda dengan pendapat Anda,’ tidak bertanya-tanya kepada teman duduknya ketika guru di dalam majelis, tidak mengumbar senyum ketika berbicara kepada guru, tidak menunjukkan secara terang-terangan karena perbedaan pendapat dengan guru, tidak menarik pakaian guru ketika berdiri, tidak menanyakan suatu masalah di tengah perjalanan hingga guru sampai di rumah, serta tidak banyak mengajukan pertanyaan kepada guru ketika guru sedang lelah.”
Baca: Kepanjangan ‘Santri’ dalam Kamus Gen Z
Penghormatan terhadap guru hadirkan keberkahan
Menurut Al-Ghazali, adab dan penghormatan terhadap guru merupakan landasan dasar bagi seorang murid dalam menuntut ilmu.
Al-Ghazali menyebutkan, “Mendahului atau memulai dengan memberi salam,” menekankan bahwa hubungan antara murid dan guru harus dimulai dengan akhlak yang baik. Salam bukan sekadar ucapan pembuka, melainkan simbol dari sikap hormat dan pengakuan terhadap kedudukan seorang guru.
Rasulullah Muhammad Saw bersabda:
لَيْسَ مِنَّا مَنْ لَمْ يَرْحَمْ صَغِيْرَنَا وَيُوَقِّرْ كَبِيْرَنَا
“Bukanlah termasuk golongan kami, orang yang tidak menyayangi anak kecil dan tidak menghormati orang yang dituakan.” (HR. Tirmidzi).
Jika hadis tersebut dipahami dalam konteks pendidikan, berarti seorang murid harus menghormati guru dengan memberikan salam terlebih dahulu.
Menghormati guru lebih dari sekadar tindakan simbolis. Ini juga mencakup sikap tidak berbicara terlalu banyak di depan guru atau menyepelekan pendapatnya.
Al-Ghazali melarang seorang murid berkata kepada gurunya, “Pendapat fulan berbeda dengan pendapat Anda.” Ini menunjukkan bahwa murid harus bersikap rendah hati, tidak menganggap dirinya lebih tahu, dan tidak mempertanyakan otoritas guru di depan umum.
Baca: Karakter Sejati Santri: Tafsir QS. Al-Baqarah Ayat 153
Adab berdiskusi
Di zaman modern dengan akses informasi begitu luas, perbedaan pendapat antara murid dan guru menjadi semakin umum. Namun, Al-Ghazali mengingatkan bahwa dalam situasi ini, etika harus tetap terjaga.
Ketika seorang murid memiliki pandangan berbeda, dia tidak boleh secara langsung menyangkal pendapat gurunya di hadapan orang lain.
Imam Al-Ghazali menyarankan agar murid meminta izin terlebih dahulu jika ingin menyampaikan pandangan berbeda.
Konsep ini relevan di era digital yang memungkinkan proses diskusi terjadi di ruang-ruang publik seperti media sosial (medsos). Murid modern dapat belajar dari ajaran Al-Ghazali tentang pentingnya menjaga adab dalam berdiskusi, terutama di ruang terbuka, dengan tetap menghargai otoritas ilmu dan pengalaman guru.
Baca: Aturan Debat dalam Islam
Kesabaran dan empati
Salah satu hal menarik dari nasihat Al-Ghazali adalah perhatiannya terhadap kondisi fisik dan psikologis seorang guru larangan untuk banyak bertanya kepada guru ketika sedang dalam keadaan lelah. Hal tersebut merupakan nasihat yang mencerminkan sikap empati murid terhadap kondisi gurunya.
Dalam suasana pendidikan pesantren, interaksi langsung antara santri dan ustaz maupun kiai kerap terjadi dalam berbagai situasi, baik di kelas maupun di luar kelas. Seorang santri diharapkan mampu membaca situasi dan memahami kapan waktu yang tepat untuk bertanya atau berdiskusi lebih lanjut dengan guru.
Di era pendidikan modern, prinsip ini tetap relevan. Kesabaran dalam menunggu momen yang tepat untuk bertanya atau berdiskusi menunjukkan kedewasaan emosional seorang murid. Di lingkungan pendidikan yang lebih formal sekalipun, seperti sekolah dan universitas, murid harus belajar mengenali kondisi mental dan fisik guru, dan tidak membebani mereka dengan pertanyaan atau permintaan tambahan saat mereka tampak kelelahan.
Baca: Nasihat Nabi untuk Santri Masa Kini
Tantangan di era modern
Meski nasihat-nasihat Al-Ghazali disusun dalam konteks abad ke-11, banyak dari prinsip-prinsip ini tetap sesuai di zaman modern. Salah satu tantangan terbesar di era digital adalah bagaimana mempertahankan adab tradisional dalam lingkungan pendidikan yang semakin terhubung secara virtual.
Ketika guru dan murid kini sering berinteraksi melalui platform digital, adab seperti menghormati pendapat, bersabar, dan tidak terburu-buru dalam menyampaikan argumen menjadi lebih penting.
Teknologi memungkinkan seseorang untuk mendapatkan akses informasi secara instan, tetapi kebijaksanaan tidak bisa dipelajari hanya melalui data.
Sebagaimana Al-Ghazali menekankan pentingnya sopan santun dalam menuntut ilmu, di era modern, murid juga harus mengembangkan keterampilan dalam menyaring informasi, berkomunikasi dengan baik, dan tetap menghargai otoritas guru, meskipun diskusi dilakukan di dunia maya.
Al-Ghazali telah memberikan panduan yang tidak hanya relevan untuk hubungan antara murid dan guru dalam konteks tradisional, tetapi juga menawarkan prinsip-prinsip etis yang dapat diadopsi dalam dunia pendidikan modern. Sikap hormat, kesabaran, dan empati terhadap guru adalah fondasi dari keberkahan ilmu, dan tantangan bagi santri di era modern adalah bagaimana menerapkan nilai-nilai ini di tengah kemajuan teknologi dan perubahan sosial yang cepat.