Ikhbar.com: Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG) melaporkan sejumlah wilayah di Indonesia sudah diguyur hujan. Sebanyak 16 provinsi tercatat telah memasuki musim hujan pada pekan pertama November.
“Wilayah yang sudah memasuki musim penghujan ini meliputi sebagian kecil wilayah Sumatera, sebagian besar Pulau Jawa, Nusa Tenggara, Sulawesi, dan Papua,” tulis BMKG, dikutip pada Selasa, 14 November 2023.
Menurut mereka, hujan di Indonesia tidak turun berbarengan. Meski demikian, secara umum, saat ini wilayah Indonesia sudah memasuki musim peralihan dari kemarau ke musim penghujan.
Baca: Beragam Kedudukan Hujan di dalam Islam
Makna hujan menurut Al-Qur’an
Al-Qur’an tercatat beberapa kali membincang soal hujan. Maknanya pun beragam, di antaranya seperti yang terkandung dalam QS. Al-Baqarah: 22, Allah Swt berfirman:
الَّذِيْ جَعَلَ لَكُمُ الْاَرْضَ فِرَاشًا وَّالسَّمَاۤءَ بِنَاۤءً ۖوَّاَنْزَلَ مِنَ السَّمَاۤءِ مَاۤءً فَاَخْرَجَ بِهٖ مِنَ الثَّمَرٰتِ رِزْقًا لَّكُمْ ۚ فَلَا تَجْعَلُوْا لِلّٰهِ اَنْدَادًا وَّاَنْتُمْ تَعْلَمُوْنَ
“(Dialah) yang menjadikan bagimu bumi (sebagai) hamparan dan langit sebagai atap, dan Dialah yang menurunkan air (hujan) dari langit, lalu Dia menghasilkan dengan (hujan) itu buah-buahan sebagai rezeki untuk kamu. Oleh karena itu, janganlah kamu mengadakan tandingan-tandingan bagi Allah, padahal kamu mengetahui.”
Dalam Tafsir Al-Munir, Syekh Wahbah Az-Zuhaili menjelaskan bahwa ayat tersebut menerangkan tentang berbagai macam manfaat hujan.
“Manfaat hujan yang diturunkan Allah Swt, yakni bisa menumbuhkan tanaman dan rerumputan. Karenanya kemudian bumi pun menjadi segar serta hidup kembali.
Dengan turunnya hujan ini bisa menghasilkan berbagai macam buah-buahan yang segar dan lezat,” jelasnya.
Selain itu, Syekh Az-Zuhaili juga menjelaskan bahwa hujan yang turun ke bumi bisa sekaligus mencuci udara yang telah terpolusi oleh debu. Sehingga akan membuat kualitas udara lebih layak dikonsumsi manusia.
Sementara itu, ulama tafsir terkemuka, KH Abdul Malik Karim Amrullah atau Buya Hanka dalam Tafsir Al-Azhar menjelaskan, ayat tersebut merupakan sindiran kepada manusia untuk merenung dan berpikir tentang kekuasaan Allah Swt, Sang Pencipta Alam Semesta.
“Allah adalah Zat Pencipta Alam Semesta. Ia merupakan pencipta bumi, langit, dan yang menurunkan hujan. Sehingga bumi semakin subur, sawah dan hasil tanaman setiap tahun dapat diambil buah-buahnya untuk dimakan,” jelas Buya Hamka.
Berikutnya, dalam QS. Al-An’am: 99. Allah Swt berfirman:
وَهُوَ الَّذِيْٓ اَنْزَلَ مِنَ السَّمَاۤءِ مَاۤءًۚ فَاَخْرَجْنَا بِهٖ نَبَاتَ كُلِّ شَيْءٍ فَاَخْرَجْنَا مِنْهُ خَضِرًا نُّخْرِجُ مِنْهُ حَبًّا مُّتَرَاكِبًاۚ وَمِنَ النَّخْلِ مِنْ طَلْعِهَا قِنْوَانٌ دَانِيَةٌ وَّجَنّٰتٍ مِّنْ اَعْنَابٍ وَّالزَّيْتُوْنَ وَالرُّمَّانَ مُشْتَبِهًا وَّغَيْرَ مُتَشَابِهٍۗ اُنْظُرُوْٓا اِلٰى ثَمَرِهٖٓ اِذَٓا اَثْمَرَ وَيَنْعِهٖ ۗاِنَّ فِيْ ذٰلِكُمْ لَاٰيٰتٍ لِّقَوْمٍ يُّؤْمِنُوْنَ
“Dialah yang menurunkan air dari langit lalu dengannya Kami menumbuhkan segala macam tumbuhan. Maka, darinya Kami mengeluarkan tanaman yang menghijau. Darinya Kami mengeluarkan butir yang bertumpuk (banyak). Dari mayang kurma (mengurai) tangkai-tangkai yang menjuntai. (Kami menumbuhkan) kebun-kebun anggur. (Kami menumbuhkan pula) zaitun dan delima yang serupa dan yang tidak serupa. Perhatikanlah buahnya pada waktu berbuah dan menjadi masak. Sesungguhnya pada yang demikian itu benar-benar terdapat tanda-tanda (kekuasaan Allah) bagi kaum yang beriman.”
Prof. KH Muhammad Quraish Shihab dalam Tafsir Al-Mishbah mengatakan, ayat tersebut merupakan lanjutan dari bukti kekuasaan Allah yang menjelaskan bahwa turunnya air hujan membuat tumbuhan
menjadi subur dan menghijau.
“Kemudian dari tanaman yang menghijau itu mengeluarkan butir yang saling bertumpuk banyak. Padahal sebelumnya ia hanya satu biji atau benih yang mudah dipetik,” tulis Prof. Quraish.
Ia menegaskan, ayat-ayat tersebut merupakan bukti tanda-tanda kebesaran Allah Swt yang hanya bisa dirasakan bagi umat Muslim yang beriman.
Baca: Doa Minta Hujan ala Kempekan
Terakhir, dalam QS. An-Nahl: 65, Allah Swt berfirman:
وَاللّٰهُ اَنْزَلَ مِنَ السَّمَاۤءِ مَاۤءً فَاَحْيَا بِهِ الْاَرْضَ بَعْدَ مَوْتِهَاۗ اِنَّ فِيْ ذٰلِكَ لَاٰيَةً لِّقَوْمٍ يَّسْمَعُوْنَ
“Allah menurunkan air (hujan) dari langit dan dengannya (air itu) Allah menghidupkan bumi sesudah mati (kering)-nya. Sesungguhnya pada yang demikian itu benar-benar terdapat tanda (kebesaran Allah) bagi kaum yang mendengarkan (pelajaran dengan perhatian dan penghayatan).”
Menurut Prof. Quraish, ayat ini menjelaskan bahwa Allah Swt menurunkan air hujan sesuai kadar yang dikehendaki-Nya. Kadar tersebut kemudian mampu menyuburkan bumi dan menghidupkan tanaman-tanaman yang sebelumnya kering.