Ikhbar.com: Agama-agama Ibrahamik terkesan banyak berbagi istilah yang sama dengan pamaknaan yang juga serupa. Salah satunya adalah kata “amin.”
Di sejumlah keyakinan dan kepercayaan, kata “amin” lazim diposisikan sebagai tanggapan setelah ucapan doa. Namun, seperti apakah akar sekaligus sejarah pembentukan lema tersebut?
Ahli tafsir Al-Quran asal Indonesia, Prof. KH Muhammad Quraish Shihab dalam Kosakata Keagamaan (2020) menjelaskan, kata “amin” berasal dari bahasa ‘Ajami (non-Arab) yang telah diserap ke dalam bahasa Arab. Hal itu didasarkan pada fakta bahwa kata tersebut telah dipakai agama-agama Samawi sebelum Islam, yakni Kristen dan Yahudi.
“Redaksi kata ‘amin’ dikenal dan diucapkan oleh para penganut agama Yahudi dan Nasrani, bahkan ditemukan dalam beberapa naskah kitab suci mereka,” tulisnya, dikutip pada Jumat, 15 September 2023.
Baca: Mengagumi Keunikan Bahasa Arab
Tradisi Yahudi
Melansir keterangan dari pustaka Yahudi, Chabad.org, kata “amin” dalam tradisi yang dianggap lebih tua ditulis “אמן” berupa aksara Ibrani, dan diucapkan “ah-men” atau “uh-main” menurut pengucapan Ashkenazi alias penganut Yahudi asal Eropa.
“Kitab Talmud menjelaskan ada tiga niat dalam kata ‘amin.’ Hal itu timbul akibat konteks yang berbeda-beda,” tulis laman tersebut.
Namun, lanjutnya, pada konteks tertentu kata “amin’ bisa bermakna sumpah seperti dalam Kitab Bilangan 5:22. Di tempat yang lain, term tersebut juga bisa diartikan penerimaan atas pernyataan atau ketentuan. Contohnya seperti yang terekam dalam Kitab Ulangan 27:16.
“Amin juga bisa bermakna konfirmasi atau keimanan kepada pernyataan, baik doa maupun keyakinan bahwa hal itu akan dipenuhi. Seperti pada kitab Yeremiah 28:5,” tulisnya.
Baca: Koalisi Politik dalam Sejarah Nabi
Versi Kristen
Kata “amin” juga digunakan untuk sejumlah makna dalam perspektif Kristen. Menurut Herbert Haag dalam Kamus AlKitab (1992), kata ini dipakai untuk ungkapan persetujuan, seperti pada Kitab I Raja-raja 1:36 dan Kitab Yeremiah 11:5.
“Ada pula yang bermakna ungkapan mengumpat, seperti pada Kitab Bilangan 5:22, dan Kitab Ulangan 27:15-26, dan lain-lain,” tulis Haag.
Istilah “amin” juga dipakai untuk ungkapan pengukuhan dalam Tobias 8:8 dan Yeremiah 28:6. Terakhir, dipakai sebagai pujian Allah dalam doksologi atau permohonan seperti dalam 1 Tawarikh 16:36, juga pada penutupan Kitab Mazmur pertama dan ke empat; dan Mazmur 1:1-4:8.
Sementara itu, dalam Perjanjian Baru, kata “amin” dipakai sebagai ungkapan persetujuan dalam upacara liturgi, seperti pada 1 Korintus 14:16 dan Wahyu 5:14.
“Diungkapkan pula dalam penutupan doa dan doksologi, misalnya Roma 1:25; 9:5; dan 11-36, bukan sebagai persetujuan, melainkan permohonan agar perjanjian-perjanjian Tuhan dipenuhi,” katanya.
Baca: Mendeteksi Istilah Politik dalam Al-Qur’an
Segel doa
Dalam kajian Islam, kata “amin” juga merupakan Bahasa Arab yang diserap dari tradisi Ibrani dan memiliki beragam makna tergantung pada cara pengucapannya.
Abu Zakaria Muhyiddin An-Nawawi dalam Al-Adzkar An-Nawawiyah merangkum empat macam bacaan “amin.”
وفيه أربع لغات : أفصحهن وأشهرهن آمين بالمد والتخفيف ، والثانية بالقصر والتخفيف ، والثالثة بالإمالة ، والرابعة بالمد والتشديد
“Dalam penuturan kata ‘aamiin,’ terdapat empat bacaan yang umum digunakan. Bacaan yang paling fasih dan terkenal adalah diucapkan dengan pelafalan yang panjang dan ringan. Kedua, (ada juga yang mengucapkannya) dengan bacaan pendek dan ringan, yaitu ‘amin.’ Ketiga, (ada juga yang mengucapkannya) dengan imalah, yaitu ‘aameen,’ dan keempat, (ada yang mengucapkannya) dengan panjang dan tasydid, yaitu ‘Aammiin.”
Sementara menurut Al-Imam Abil Qasim An-Nuwairi dalam Syarah Thayyibatun Nasyri Fii Al Qiraa’atil ‘Asyri, kata “amin” bukanlah bagian dari ayat Al-Quran. Imam An-Nuwairi juga mengadopsi empat variasi pembacaan yang serupa dengan penjelasan Imam Nawawi.
Dalam Shafwatut Tafasir, Ali Ash-Shabuni juga memberikan penjelasan serupan Menurutnya, berdasarkan konsensus ulama, kata “amin” bukanlah bagian dari sebuah ayat Al-Qur’an.
“Maknanya ialah terimalah doa kami,” tulis Ash-Shabuni.
Sedangkan Imam Al-Baghowi menyatakan bahwa arti dari “amin” adalah ungkapan “Allahumma isma‘ wa istajib. Tuhanku, dengar dan kabulkanlah.” Ibnu Abbas dan Qatadah, sahabatnya, menginterpretasikan ungkapan ini sebagai “kadzalika yakunu,” yang berarti “demikian itu (semoga) ia menjadi.”
Menurut pendapat Mujahid, “amin” dianggap sebagai salah satu nama Allah. Ada juga pandangan ulama yang menyatakan bahwa kata tersebut berfungsi sebagai pelindung atau segel doa. Beberapa ulama lain menganggapnya sebagai pelindung yang diberikan Allah untuk hamba-hamba-Nya dari segala bahaya, mirip dengan sampul buku yang menjaganya dari kerusakan.