Ikhbar.com: Kestabilan dan keamanan menjadi sesuatu yang penting dijaga dalam sebuah negara. Hal itu, kian menjadi wajib bagi bangsa yang memiliki latar belakang suku dan agama yang beragam, terlebih Indonesia.
Islam pun menganjurkan setiap umat Islam untuk menjaga keamanan dan kestabilan negara yang ia tempati. Dalam QS. Al-Baqarah: 126, Allah Swt berfirman:
وَاِذْ قَالَ اِبْرٰهٖمُ رَبِّ اجْعَلْ هٰذَا بَلَدًا اٰمِنًا وَّارْزُقْ اَهْلَهٗ مِنَ الثَّمَرٰتِ مَنْ اٰمَنَ مِنْهُمْ بِاللّٰهِ وَالْيَوْمِ الْاٰخِرِۗ قَالَ وَمَنْ كَفَرَ فَاُمَتِّعُهٗ قَلِيْلًا ثُمَّ اَضْطَرُّهٗٓ اِلٰى عَذَابِ النَّارِ ۗ وَبِئْسَ الْمَصِيْرُ
“(Ingatlah) ketika Ibrahim berdoa, ‘Ya Tuhanku, jadikanlah (Negeri Makkah) ini negeri yang aman dan berilah rezeki berupa buah-buahan (hasil tanaman, tumbuhan yang bisa dimakan) kepada penduduknya, yaitu orang yang beriman di antara mereka kepada Allah dan hari Akhir.’ Dia (Allah) berfirman, ‘Siapa yang kufur akan Aku beri kesenangan sementara, kemudian akan Aku paksa dia ke dalam azab neraka. Itulah seburuk-buruk tempat kembali.”
Pakar tafsir Al-Qur’an, Prof. KH Quraish Shihab dalam Tafsir Al-Misbah menjelaskan, ayat tersebut bukan saja mengajarkan umat Islam untuk mendoakan keamanan dan kesejahteraan Kota Makkah, tetapi juga mengandung isyarat untuk mendoakan keselamatan dan keamanan wilayah tempat tinggalnya masing-masing.
Baca: Agustus Tiba, Ini Hukum Pasang Bendera Merah Putih dan Dalil Cinta Negeri
“Dua hal tersebut, yakni rasa aman dari segala yang menggelisahkan dan limpahan rezeki, merupakan syarat utama bagi suatu kota atau wilayah. Bahkan, stabilitas keamanan dan kecukupan ekonomi merupakan nikmat yang menjadikan seseorang berkewajiban mengabdi kepada Allah,” jelas Prof. Quraish.
Singkatnya, tanpa jaminan kemanan, masyarakat akan sulit menjalankan roda perekonomian. Tanpa hal itu pula, kegiatan keagamaan pun tidak bisa berjalan dengan tenang.
Oleh karena itulah, Nabi Ibarahim As terlebih dahulu memohon keamanan negara sebelum untaian doa berisi permohonan agar dijauhkan dari kekufuran. Allah Swt berfirman:
وَاِذْ قَالَ اِبْرٰهِيْمُ رَبِّ اجْعَلْ هٰذَا الْبَلَدَ اٰمِنًا وَّاجْنُبْنِيْ وَبَنِيَّ اَنْ نَّعْبُدَ الْاَصْنَامَ
“(Ingatlah) ketika Ibrahim berdoa, ‘Ya Tuhanku, jadikanlah negeri ini (Makkah) negeri yang aman dan jauhkanlah aku beserta anak cucuku dari penyembahan terhadap berhala-berhala.” (QS. Ibrahim: 35).
Imam Ar-Razi dalam Tafsir Mafatih Al-Ghaib menjelaskan, permintaan Nabi Ibrahim pada ayat tersebut sangat sesuai dengan kondisi Makkah yang tandus dan tidak dapat digunakan sebagai lahan pertanian.
Baca: Bolehkah Mengucap dan Menjawab Salam kepada Nonmuslim?
“Maka secara otomatis perekonomian Makkah bergantung pada sektor perdagangan serta kebutuhan pangan masyarakatnya membutuhkan produk pangan impor dari luar,” jelas Imam Ar-Razi.
Ia mengatakan, jika kondisi Makkah tidak aman, maka sangat sulit untuk menghidupkan sektor perdagangan. Oleh sebab itu, Nabi Ibrahim memanjatkan doa agar wilayah tersebut diberi keamanan sebelum memanjatkan permintaan lain.
“Ketika dunia dicari demi memperkuat agama, maka sejatinya hal itu adalah termasuk rukun agama yang paling agung. Ketika suatu negara aman dan makmur maka rakyatnya akan dapat fokus untuk melaksanakan ketaatan pada Allah. Begitu pula, jika sebuah negara tidak aman dan makmur, maka rakyatnya tidak akan dapat fokus beribadah,” jelasnya.