5 Tips Memperkuat Networking untuk Anak Muda Muslim

Ilustrasi networking. Dok PIXABAY

Ikhbar.com: Membangun jaringan bukan sekadar memperpanjang daftar kontak. Lebih dari itu, berjejaring adalah seni menjalin silaturahmi, membuka ruang kemaslahatan, dan menjangkau sebanyak mungkin manusia dengan niat baik.

Hal ini ditekankan oleh tokoh muda Nahdlatul Ulama (NU), Dr. KH Muhammad Nuruzzaman, dalam program Sinikhbar | Siniar Ikhbar bertajuk “Merawat Jaringan Lintas Zaman” di Ikhbar TV. 

Menurut Kang Zaman, sapaan karibnya, anak muda hari ini memiliki lebih banyak kemudahan untuk membangun jaringan. Teknologi membuat segalanya lebih cepat. Namun, kecepatan kadang tidak dibarengi dengan kedalaman dan ketulusan. Alhasil, banyak jaringan yang rapuh dan mudah putus.

“Komunikasinya harus diperbaiki. Terutama ke senior, ke orang-orang sepuh. Jangan cuma lewat WhatsApp. Bertemu, sowan, ngobrol langsung. Itu hasilnya beda,” ujar Kang Zaman, dikutip pada Selasa, 10 Juni 2025.

Tokoh muda NU, Dr. KH Muhammad Nuruzzaman, atau yang akrab disapa Kang Zaman, saat menjadi narasumber dalam program Sinikhbar | Siniar Ikhbar bertajuk “Merawat Jaringan Lintas Zaman” di Ikhbar TV. Dok IKHBAR

Baca: Urgensi Membangun dan Merawat Jaringan dalam Islam

Dalam pandangannya, membangun relasi harus dilakukan lintas usia, lintas profesi, bahkan lintas keyakinan. Semua manusia berpotensi menjadi teman dalam kebaikan. Kang Zaman mengajak anak muda untuk tidak membatasi diri hanya pada kalangan yang disukai atau dunia yang dikenal.

“Saya tidak membatasi circle hanya yang saya sukai. Semua bisa diajak berteman. Karena saya yakin, semua orang punya manfaat besar buat diri kita,” ucapnya.

Menurut sosok yang dikenal memiliki banyak pengalaman di bidang networking ini, ada beberapa cara praktis untuk memperkuat jejaring sosial:

Baca: Buku ‘Radikalisme di Media Sosial,’ Telaah Watak Keagamaan Pengguna Internet Karya Kiai Muda M. Nuruzzaman

1. Berteman tanpa memandang status

“Jangan nilai orang dari jabatan, kekayaan, atau kepentingan politik. Teman bisa siapa saja,” katanya.

2. Bangun integritas pribadi
Salah satu modal terbesar dalam jaringan adalah kepercayaan. Orang akan membuka akses ketika merasa aman dan percaya.

“Saya menyadari tidak punya uang, tidak pintar, tidak alim. Maka saya pilihannya adalah membangun kepercayaan dan membangun jaringan. Itu saja,” ungkapnya.

3. Jangan berbasis kepentingan

Banyak relasi runtuh karena diawali dengan maksud tersembunyi. Menjalin pertemanan harus dilandasi ketulusan dan niat baik, bukan hitung-hitungan untung rugi.

“Yang namanya teman itu harus diingat meski sedang tidak butuh,” katanya.

4. Lakukan komunikasi aktif
Jangan tunggu ada urusan baru menyapa.

“Sesekali cukup tanya kabar, ajak ngopi, atau sampaikan doa-doa ringan. Itulah bentuk menjaga jaringan,” kata pria yang juga mengemban amanat sebagai Bendahara Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) tersebut.

5. Jangan hanya mengandalkan teknologi

Bertemu langsung lebih dalam dari sekadar obrolan daring. Sentuhan, tatapan, dan kehangatan interaksi tidak bisa tergantikan oleh emoji.

“Ketemu di kafe, tapi semua sibuk dengan handphone. Enggak ngobrol. Itu bukan jaringan, itu hanya numpang tempat,” sindirnya.

Menurut Kang Zaman, jaringan yang sehat adalah relasi yang terus hidup, tidak mandek hanya karena berbeda latar belakang atau berbeda generasi. Justru perbedaan adalah kekayaan dalam jaringan sosial.

Ia mencontohkan pengalamannya terhubung dengan beragam kalangan. Dari aktivis, politisi, wartawan, hingga kelompok yang dulu pernah berseberangan.

Dalam dunia yang serba cepat, ia juga mengingatkan pentingnya berpikir kritis dan tidak mudah menyebarkan informasi dari jaringan yang belum tentu benar. Banyak anak muda hari ini terjebak dalam euforia menjadi pusat informasi tanpa melakukan verifikasi.

“Dalam intelijen, ada namanya kontra intelijen. Informasi salah tapi sengaja dibuat agar dianggap benar. Maka penting untuk selalu cross check,” jelasnya.

Baca: Mengapa Santri Harus Aktif di Medsos? Begini Penjelasan Kang Zaman

Kang Zaman juga berbagi pengalaman pribadi saat membantu banyak orang tanpa mengenal identitasnya. Bahkan ada yang tiba-tiba mengirim pesan minta bantuan tanpa basa-basi.

“Saya punya Twitter, Instagram. Banyak yang DM (Direct message), saya enggak tahu ini menipu atau tidak. Tapi kalau saya punya rezeki, ya saya bantu. Kalau tidak, ya tidak. Itu bagian dari risiko,” katanya.

Satu hal yang paling sering disampaikan Kang Zaman kepada anak muda adalah jangan pernah berharap jaringan yang luas akan selalu awet. Sebab realitasnya, tidak semua relasi akan bertahan.

“Ada yang memanfaatkan saya, ya saya biarkan saja. Kalau terlalu sering, ya mulai jaga jarak. Bukan musuhan, hanya mengatur ulang posisi,” ucapnya.

Meski begitu, ia tetap percaya bahwa menjaga jaringan adalah bagian dari ajaran agama. Bahkan disebut sebagai perintah langsung yang berdampak pada rezeki dan umur.

“Prinsipnya, kalau kita memudahkan urusan orang lain, Allah akan memudahkan urusan kita,” pungkasnya.

Simak tayangan selengkapnya di sini:

Ikuti dan baca artikel kami lainnya di Google News.