Mengapa Santri Harus Aktif di Medsos? Begini Penjelasan Kang Zaman

Staf Khusus Menteri Agam, Dr. KH Muhammad Nuruzzaman. Foto: BNP BNPT

Ikhbar.com: Staf Khusus (Stafsus) Menteri Agama, Dr. KH Muhammad Nuruzzaman mendorong para santri dan kiai untuk aktif memberikan literasi keagamaan di media sosial (medsos).

Hal itu disampaikan sosok yang akrab disapa Kang Zaman itu saat mengisi kegiatan bedah buku “Radikalisme di Media Sosial” di Pondok Pesantren Gedongan, Cirebon, Jawa Barat, pada Jumat, 19 Januari 2023.

“Berdasarkan penelitian Alvara, di Indonesia terdapat 30 juta new moeslim urban atau atau orang baru Islam perkotaan,” ujar Kang Zaman.

Menurutnya, kelompok yang kemudian dikenal sebagai kaum hijrah itu mengonsumsi literasi keagamaan melalui medsos.

“Mereka mempunyai beberapa ciri, yakni muda, tinggal di perkotaan, kelas menengah, pengetahuan agamanya rendah, dan semangat keagamaannya tinggi,” kata dia.

Padahal, kata Kang Zaman, medsos tidak mengenal otoritas keagamaan, apa lagi kenal kiai.

“Maka nanti jangan heran jika lima sampai 10 tahun ke depan cara belajar keagamaan orang itu aneh. Hal itu bisa terjadi karena santri dan kiainya tidak aktif di medsos,” ucap sosok yang juga Komandan Detasemen Khusus (Densus) 99 Asmaul Husna itu.

Baca: Buku ‘Radikalisme di Media Sosial,’ Telaah Watak Keagamaan Pengguna Internet Karya Kiai Muda M. Nuruzzaman

Saat ini, lanjut dia, ruang dakwah pesantren ada di medsos. Jika tempat itu dikuasai kelompok hijrah, maka dikhawatirkan akan lebih banyak golongan yang menyalahkan amaliyah kelompok lain.

“Santri harus menjawab tantangan 30 juta orang itu. Jika diabaikan, maka akan banyak celah bagi kelompok yang menyalahkan, membid’ahkan, bahkan mengkafirkan orang lain,” tegas Kang Zaman.

Konten intoleran

Dalam kesempatan itu, Kang Zaman juga mengungkapkan bahwa sebanyak 67% konten di medsos berisi tentang ajaran intoleran dan radikal.

“Angka tersebut berdasarkan penelitian yang telah dilakukan Densus 88 dan Badan Nasional Penanggulangan Terorisme (BNPT),” katanya.

Stafsus Menag, Dr. KH Muhammad Nuruzzaman (kiri) saat mengisi bedah buku “Radikalisme di Media Sosial” dalam rangka Haul ke-93 KH Muhammad Said, sesepuh, dan warga Pondok Pesantren Gedongan, Cirebon, Jawa Barat pada Jumat, 19 Januari 2024. Foto: Ikhbar/FSJ

Ia menegaskan, jika kiai dan santri tidak aktif di media sosial, maka dikhawatirkan umat Islam akan diambil alih oleh mereka yang pemahamannya jauh berbeda dengan pemahaman kegamaan di pesantren.

Baca: Kelola Jiwa di Tengah Kepungan Dunia Maya, Tips dari Nyai Rihab Said Aqil

“Nah, salah satu tujuan buku ini dibuat yakni agar kalangan pesantren aktif di media sosial. Sebab saat ini respons kekhawatiran itu masih minim,” ucap dia.

Keprihatinan lain

“Seolah-olah di medsos saat ini itu setara. Misalnya, seorang profesor yang ngetweet atau mengunggah apapun di medsos, bisa dibantah anak lulusan SLTA yang tidak memiliki keahlian apapun,” katanya.

Lebih lanjut, Kang Zaman mengatakan, medsos juga bisa berpotensi menjadikan seseorang saling benci. “Misalnya ada sebuah kejahatan yang justru pelakunya bisa dianggap sebagai korban karena media sosial,” tandasnya.

Ikuti dan baca artikel kami lainnya di Google News.