Sasar Tentara dan Polisi, Bom Bunuh Diri di Pakistan Tewaskan 26 Orang

Penyidik mengumpulkan bukti dari lokasi ledakan bom elektronik di stasiun kereta api di Quetta, Pakistan barat daya, Sabtu, 9 November 2024. Foto: AP/Arshad Butt.

Ikhbar.com: Seorang pengebom bunuh diri melakukan aksinya di stasiun kereta api Quetta, Pakistan, pada hari Sabtu, 9 November 2024. Insiden ini menewaskan sedikitnya 26 orang, dan melukai sekitar 62 lainnya.

Serangan terjadi saat hampir 100 penumpang menunggu kereta menuju Rawalpindi, dan mengakibatkan kerusakan besar di stasiun, termasuk platform yang hancur, dan barang-barang penumpang berserakan.

Baca: 85 Ribu Ton Bom telah Dijatuhkan Israel ke Gaza

Sebagian korban dilarikan ke rumah sakit milik negara dan rumah sakit militer di wilayah tersebut.

Kelompok separatis Balochistan Liberation Army (BLA) mengeklaim bertanggung jawab atas serangan ini, dengan menyatakan bahwa target utama mereka adalah pasukan keamanan di stasiun.

BLA, yang kerap melancarkan serangan terhadap sasaran empuk di Balochistan, menganggap aksi ini bagian dari perlawanan mereka terhadap pemerintah pusat.

“Ketika warganya ditangkap, mereka juga menyerang sebagai pembalasan. Kita semua harus berperang dalam perang ini. Kami tangguh. Tim kami ada di sini, dan berusaha menyelamatkan nyawa sebanyak yang kami bisa,” ungkap inspektur senior operasi polisi, Muhammad Baloch, dikutip dari AP News, pada Ahad, 10 November 2024.

Baca: Mengagumi Masa Kejayaan Islam di India lewat Warisan Mughal

Perdana Menteri Shehbaz Sharif mengecam keras serangan tersebut. Ia menyatakan bahwa pelaku akan mendapat balasan yang setimpal.

Insiden ini terjadi setelah serangan sebelumnya yang menewaskan sembilan orang, termasuk lima anak, dalam serangan terhadap polisi yang menjaga tim imunisasi polio.

Balochistan, provinsi terbesar di Pakistan dengan sumber daya minyak dan mineral yang melimpah, telah lama menjadi daerah rawan konflik.

Komunitas etnis Baloch di wilayah ini merasa termarjinalkan oleh pemerintah pusat, sehingga memperparah ketegangan yang kerap berujung pada kekerasan separatis.

Ikuti dan baca artikel kami lainnya di Google News.