Australia Ingin Keluar dari Persemakmuran Inggris, Raja Charles: Tak Masalah

Raja Charles III menerima perdana menteri Australia, Anthony Albanese, di Istana Buckingham, London, pada Mei 2023. Dok: Reuters.

Ikhbar.com: Raja Inggris ke-40, Raja Charles III, menyatakan tidak akan menghalangi jika Australia memutuskan untuk menggantinya sebagai kepala negara. Menjelang kunjungannya bulan ini, ia mengambil pendekatan anti-konfrontasi terhadap para pendukung republik di Australia.

Asisten Raja Charles, Nathan Ross, menekankan bahwa keputusan mengenai perubahan dari monarki konstitusional ke republik adalah hak rakyat Australia.

Baca: Anak-anak di Australia bakal Dilarang Internetan dan Dipaksa Main Bola ke Lapangan

Raja Charles III adalah penguasa konstitusional Australia saat ini, yang bergelar Raja Australia, dan memerintah sejak 9 September 2022.

“Yang Mulia, sebagai raja konstitusional, bertindak berdasarkan nasihat para menterinya, dan oleh karena itu, apakah Australia akan menjadi republik atau tidak, adalah masalah yang harus diputuskan oleh masyarakat Australia,” ungkap Ross, dikutip dari The Guardian, pada Ahad, 13 Oktober 2024.

Gerakan Republik Australia (ARM) sebelumnya meminta pertemuan dengan raja untuk membahas hal ini.

Pada tahun 1999, referendum tentang republik di Australia, berakhir dengan 54,9% warga menolak perubahan tersebut.

Meskipun Perdana Menteri Anthony Albanese menyatakan bahwa Australia seharusnya memiliki kepala negara sendiri, referendum kedua bukanlah prioritas saat ini.

Baca: Protes Kekejaman Israel di Gaza kembali Menggema di Inggris dan Roma

Pemimpin kelompok anti-monarki Inggris di Australia, Graham Smith, memprotes kunjungan Raja.

Dia mengatakan bahwa kunjungan ini disambut dengan ketidakpedulian. Ia berharap kunjungan ini akan memicu perdebatan lebih lanjut tentang relevansi monarki di Australia.

Ikuti dan baca artikel kami lainnya di Google News.