Ikhbar.com: Pelayanan haji yang ramah terhadap jemaah lanjut usia (Lansia) bukan cuma sedang jadi pekerjaan rumah (PR) Pemerintah Indonesia. Dengan dibukanya kebebasan umur calon jemaah pasca Pandemi Covid-19, tiap-tiap negara memiliki tanggung jawab serupa, yakni memastikan orang-orang yang telah lama antre di daftar tunggu dengan usianya yang tak lagi muda bisa segera mewujudkan cita-citanya untuk menunaikan ibadah haji di Tanah Suci.
Haji merupakan rukun Islam kelima yang menjadi dambaan seluruh Muslim di dunia. Minat yang tinggi sekaligus biaya yang tidak sedikit menjadikan ibadah ini tidak bisa dilakukan oleh semua orang. Dalam literasi agama, haji ditegaskan hanya wajib bagi orang-orang yang memiliki kemampuan baik secara finansial, kesehatan, keamanan, dan sejenisnya.
Jemaah lansia asal Libia, Alsafi Mansur (71), misalnya, dengan terang-terangan mengaku amat sangat bahagia karena cita-citanya berhaji bisa terlaksana. Menurutnya, beberapa tahun belakangan, kecemasan hebat telah menghampirinya karena khawatir tidak berkesempatan ziarah ke Makkah dan Madinah selama ia hidup.
“Saya takut mati sebelum menunaikan haji,” katanya, dikutip dari Gulf News, Jumat, 30 Juni 2023.
“Haji telah menjadi harapan seumur hidup bagi saya,” kata ayah tujuh anak itu, saat ditemui di Arafah, kemarin.
Meskipun begitu, Mansur mengatakan masih ada sisa kesedihan di tengah kebungahannya yang sedang membuncah. Ia memikirkan masih banyaknya umat Islam di dunia yang tidak memiliki kesempatan untuk beribadah di Tanah Suci.
“Saya berharap Allah Swt melimpahkan pengalaman ini kepada semua orang,” katanya.
Baca: Meneladani Uwais Al-Qarni, Pengabdian Total kepada Jemaah Haji
Terus bersyukur
Lebih dari 1,8 juta jemaah mengambil bagian dalam haji tahun ini. Jumlah ini meningkat sebanyak 926.000 orang ketimbang jumlah jemaah tahun lalu. Lebih-lebih pada 2020, hanya ada 10.000 orang jemaah yang diizinkan beribadah di Makkah al-Mukarramah.

Jemaah asal Mesir berusia 76 tahun, Fadia Abdullah menegaskan, setiap orang Islam memang bercita-cita bisa melaksanakan haji selagi berusia muda. Namun, hambatan yang sering mengganjal, katanya, sudah barang tentu, tentang ketidakmampuan memenuhi ongkos dan biaya lainnya.
Akhirnya, orang-orang hanya bisa menabung bertahun-tahun seiring usianya yang terus menua. “Saya pun menjalani momen yang telah dinanti-nantikan seumur hidup,” kata dia.
Sementara jemaah asal Indonesia, Rahim (76) menyebut musim haji tahun ini cukup merepotkan karena tingkat kepadatan yang melebihi pengalamannya berhaji di beberapa tahun silam. Ia juga mengaku mengalami banyak kepayahan akibat suhu ekstrem Arab Saudi, bahkan hingga sengatan cuaca sebesar 48 derajat celcius.
Akan tetapi, lanjutnya, hal itu tetap harus dihadapi dengan rasa penuh syukur ketimbang tidak sempat berhaji selama seumur hidup.
“Mimpi saya untuk haji telah terwujud lagi sebelum saya mati,” kata pria tersebut.
Layanan Indonesia
“Haji Ramah Lansia” menjadi tema sekaligus tantangan bagi Kementerian Agama (Kemenag) RI. Pelayanan ekstra sudah pasti dibutuhkan demi memastikan penyelenggaraan haji tahun 1444 H/2023 bisa berjalan lancar, aman, dan memperoleh respons yang memuaskan.
Mengutip data Kemenag, di tahun ini Indonesia mendapatkan kuota haji sebanyak 229.000 jemaah. Angka itu muncul dari kuota awal sebanyak 221.000 jemaah dan kuota tambahan sebesar 8.000 jemaah.
Kepala Biro Hubungan Masyarakat, Data, dan Informasi Kemenag, Akhmad Fauzin menjelaskan, tema “Haji Ramah Lansia” dipilih seiring perlunya untuk memberikan layanan dan perhatian khusus kepada jemaah berusia lanjut.

“Tahun ini, calon jemaah haji lansia dengan umur 65 tahun ke atas mencapai 66.943 orang atau sebesar 30,2 persen dari total keseluruhan jemaah,” ungkap dia, dalam Hiwar Ikhbar bertema “Mewujudkan Pelayanan Haji Ramah Lansia” bersama Ikhbar.com, awal Juni lalu.
Oleh karena itu, lanjutnya, Kemenag menyiapkan layanan yang berbeda dan kian ekstra. Salah satu di antaranya adalah dengan menambah satu bidang yang sebelumnya tidak pernah terbentuk dalam susunan kepanitiaan penyelenggaraan haji.
“Ada bidang layanan lanjut usia, sebelumnya enggak ada. Sebagian besar petugas juga diarahkan menjadi supporting bidang tersebut,” kata Fauzin.
Selain itu, Kemenag menyiapkan kebutuhan alat penunjang pergerakan jemaah secara lebih dini. Misalnya, penyediaan kursi roda. “Bagi jemaah lansia dengan energi yang tentu harus lebih dihemat, sudah disediakan kursi roda sejak di embarkasi,” tegasnya.
Pembeda penyelenggaraan haji berikutnya adalah disiagakannya tim ahli di bidang geriatri. Geriatri merupakan cabang ilmu kedokteran yang berfokus pada penanganan, diagnosis, serta pencegahan penyakit dan gangguan kesehatan yang menyerang kalangan lansia.
“Itu pun sebisa mungkin kita siasati untuk tetap berhemat anggaran. Bayangkan, secara teori geriatri, satu lansia harus dilayani dua orang petugas. Sementara, hitungan gampangnya, jumlah jemaah lansia 67 ribu orang, jadi butuh 134 ribu petugas? Bisa habis, dong, kuotanya,” kata Fauzin.
Menurut Fauzin, Menteri Agama (Menag) Yaqut Cholil Qoumas juga mewanti-wanti para petugas untuk mencurahkan perhatian dan pelayanannya kepada jemaah lansia.
“Gus Menag menekankan agar para petugas memberikan layanan dengan maksimal, tulus, dan ikhlas. Jika terbukti tidak komitmen dengan prinsip-prinsip itu, beliau tidak segan langsung memulangkan petugas tersebut,” katanya.