Ikhbar.com: Kentang mustofa menjadi salah satu sajian menu selamat datang untuk jemaah haji Indonesia, baik di Makkah maupun Madinah. Suguhan makanan khas Nusantara itu sebagai simbol penghormatan karena diyakini menjadi hidangan favorit Presiden Sukarno.
Petugas Panitia Penyelenggara Ibadah Haji (PPIH) Daerah Kerja (Daker) Makkah, Fikriya mengatakan, dipilihnya suguhan kentang mustofa itu tak lepas dari arahan Menteri Agama (Menag) Yaqut Cholil Qoumas.
“Sesuai petunjuk Menteri Agama Yaqut Cholil Qoumas, pelayanan dan penyambutan para tamu Allah selalu diupayakan semaksimal mungkin dengan fasilitas yang sebaik-baiknya, termasuk pada menu awal kedatangan yang disambut dengan menu favorit Presiden Soekarno,” katanya, kepada Ikhbar.com, Selasa, 13 Juni 2023.
Ia menilai, jemaah haji layaknya seorang raja dan berhak mendapat makanan terbaik khas istana.
“Tentu makanan yang lezat dan sehat akan membuat suasana hati yang bahagia, sehingga jemaah haji dapat beribadah dengan khusyuk, tenang dan lancar, dan kembali ke Tanah Air menjadi haji yang mabrur,“ kata dia.

Fikriya menjelaskan, jemaah haji akan diberikan menu makanan khas Nusantara yang bervariasi setiap harinya. Rentang sirkulasi menu awal hari Senin sampai Ahad, lalu kembali ke menu awal.
Baca: Menganyam Sejarah Ketupat
Asal usul kentang mustofa
Usut punya usut, Mustofa merupakan nama dari seorang koki asli Arab yang pernah menjual makanan tersebut di daerah Jawa Barat. Mustofa kemudian membuat olahan kentang garing tersebut pada masa Presiden Sukarno di Istana Cipanas.
Chef bernama lengkap Opo Mustofa itu mengolah kentang-kentang sisa makanan lainnya. Ia kemudian rutin menyuguhkan menu tersebut di meja makan Presiden Sukarno.
Suatu ketika, menu tersebut tidak ada di meja makan Bung Karno. Bapak Proklamator itu sontak bertanya kepada pramusaji istana terkait keberadaan makanan itu.
“Kentang mustofa mana?” ujar Bung Karno.
Sejak saat itulah, makanan tersebut dikenal dengan kentang mustofa. Irisan kentang kering yang dibumbui balado itu kini kerap menjadi hidangan favorit di meja makan masyarakat Nusantara, terutama di Jawa Barat.