Rasisme Israel, tak Beri Tempat untuk Yahudi Kulit Hitam

Orang-orang Yahudi Ethiopia mengambil bagian dalam doa hari raya Sigd di Armon Hanatziv Promenade yang menghadap ke Yerusalem pada 13 November 2023. FLASH90/Chaim Goldberg.

Ikhbar.com: Kezaliman dan kebengisan Israel seakan telah menjadi watak yang mendarah daging. Tidak cuma terhadap warga Gaza dan Tepi Barat, mereka pun berlaku rasis terhadap sesama komunitas Yahudi.

Gerakan aktivis mancanegara konsens dalam isu rasisme, diskriminasi, dan kesenjangan terhadap warga kulit hitam, Black Lives Matter mengungkapkan, Israel memiliki rekam jejak yang panjang dalam memperlakukan sejumlah komunitas Yahudi sebagai warga negara kelas dua. Terlebih terhadap penganut Yahudi Ethiopia.

Menurut mereka, sejak era 1970-an, orang-orang Yahudi Ethiopia telah bermigrasi dalam jumlah besar. Saat ini, ada lebih dari 160.000 warga Yahudi kulit hitam itu di Israel.

“Namun, seiring bertambahnya jumlah orang Yahudi Ethiopia pada dekade-dekade berikutnya, kekhawatiran Israel pun meningkat,” kata mereka, sebagaimana dikutip dari The New Arab, pada Kamis, 18 Januari 2024.

Baca: Apa Itu Genosida? Pasal Tuntutan atas Kekejaman Israel di Gaza

Dalih negara Yahudi

Berdasarkan Hukum Pengembalian Israel, setiap orang Yahudi di mana pun berhak berpindah dan menjadi warga negara Israel. Tetapi, ada satu pengecualian penting, yakni Yahudi Ethiopia.

“Selama bertahun-tahun, orang Yahudi Ethiopia dilarang bergabung dengan kerabat mereka yang tinggal di Israel. Sementara ribuan imigran Yahudi kulit putih lainnya, bahkan pengungsi dari Ukraina diterima dalam jumlah besar,” lapor Black Lives Matter.

Sederhananya, Israel menganggap orang-orang Ethiopia memiliki warna kulit yang menyalahi proyek demografi etno-religius Yahudi di negara mereka.

“Realitas rasis ini pun kemudian menimbulkan keraguan terhadap gagasan negara Yahudi, yang menjadi dasar klaim legitimasi Israel,” tegas mereka.

Jika pun telanjur masuk dan diterima, orang Yahudi Ethiopia di Israel akan menerima upah yang lebih rendah ketika bekerja. Mereka juga kerap menjadi sasaran kebrutalan polisi.

“Pada 2015, protes massal meletus di Tel Aviv akibat kebrutalan polisi berupa pemukulan terhadap tentara Israel Ethiopia, Damas Pakada,” katanya.

“Kenyataannya adalah bahwa Israel jelas bukan tempat yang aman bagi semua orang Yahudi. Israel adalah tempat yang aman bagi orang Yahudi kulit putih yang tidak kritis terhadap garis kolonial,” sebut Black Lives Matter.

Orang Yahudi Ethiopia bentrok dengan polisi saat protes yang mendesak pemerintah untuk membawa anggota keluarga mereka ke Israel akibat pertempuran di Ethiopia, dekat Kantor Perdana Menteri di Yerusalem, pada 13 Agustus 2023. FLASH90/Chaim Goldberg

Baca: Tidak cuma Tanah, Israel juga Klaim Makanan Khas Palestina

Watak yang sama

Pada 2019, Black Lives Matter juga memprotes peristiwa yang dialami Solomon Teka, warga Israel-Ethiopia berusia 18 tahun yang ditembak dan dibunuh oleh seorang polisi Israel yang sedang tidak bertugas.

“Mungkin yang paling mengkhawatirkan adalah terungkapnya fakta bahwa Israel telah secara paksa menyuntik perempuan Ethiopia dengan obat-obatan kontrasepsi tanpa persetujuan mereka, sehingga membuat mereka tidak dapat memiliki anak,” lapor Black Lives Matter.

“Israel benar-benar ingin menghentikan calon ibu Yahudi berkulit hitam untuk memiliki bayi di negara tersebut,” sambung mereka.

Perlakuan rendah Israel terhadap warga Yahudi kulit hitam terus berlanjut di hampir semua bidang kehidupan, termasuk pendidikan.

“Meskipun begitu, kita tidak dapat menyangkal, mereka yang telah menjadi korban diskriminasi itu, yaitu orang-orang Yahudi Ethiopia di Israel, sering kali turut menjadi agen penjajahan dan apartheid terhadap orang-orang Palestina,” keluh Black Lives Matter.

Ikuti dan baca artikel kami lainnya di Google News.