Ikhbar.com: Kerajaan Arab Saudi (KSA) bersama sejumlah negara Arab, termasuk Mesir dan lainnya sepakat mengategorikan Aseel Arabian Saluki sebagai ras anjing yang patut dilindungi secara serius dari ancaman kepunahan. Bahkan, anjing jenis greyhound (pacuan) ini sedang diusulkan kepada Badan pendidikan, keilmuan, dan kebudayaan PBB (UNESCO) sebagai warisan budaya Jazirah Arab.
“Saluki adalah ras anjing pemburu tertua dan paling primitif di dunia. Ini berakar kuat dalam budaya Arab dan dianggap sebagai anugerah dari Tuhan untuk digunakan masyarakat,” rilis pusat perlindungan International Aseel Arabian Saluki Center (IAASC), sebagaimana dikutip dari Al-Ahram, pada Kamis, 4 Januari 2024.
IAASC didirikan untuk melindungi jenis hewan langka tersebut. Pusat kajian ini mendapat izin dari Departemen Peternakan Kementerian Pertanian KSA Nomor 291109 tanggal 25/06/1436 H.
Baca: Ada Kafe Anjing di Arab Saudi
Sejarah ras Saluki
Aseel Arabian Saluki merupakan ras anjing yang memiliki nilai sejarah penting di berbagai wilayah di dunia. Berasal dari Timur Tengah, khususnya KSA, ras ini telah dihormati selama berabad-abad oleh suku-suku nomaden, bahkan keluarga kerajaan.
Saluki dikategorikan sebagai jenis anjing ras murni yang kemungkinan dibiakkan manusia sejak 7.000 tahun lalu. Temuan terbaru tentang asal mula Saluki adalah sebuah ukiran kuno yang ditemukan di Tepe Gawra (sekarang wilayah Irak).
Pada zaman dahulu, anjing jenis Saluki sering digunakan saat berburu, khususnya untuk mengejar hewan kecil seperti rusa dan kelinci. Keahlian dan ketangkasan ini menjadikan mereka sangat dihargai dan sering dijadikan sebagai simbol kekayaan dan peringkat status sosial.
Di sepanjang sejarahnya, Saluki telah disebutkan dalam berbagai teks dan karya seni. Di Mesir kuno, anjing-anjing ini sering digambarkan dalam hieroglif dan dijadikan mumi bersama pemiliknya. Mereka diyakini memiliki hubungan ketuhanan dan dianggap hewan suci.
Penghormatan terhadap ras ini pun terus berlanjut selama berabad-abad. Banyak penguasa dan kaisar yang menjadikan Saluki sebagai sahabat setia mereka.
Selain kemampuan berburunya, Saluki juga terkenal dengan kecepatan dan daya tahannya. Mereka sering digunakan untuk balapan jarak jauh yang dikenal sebagai “cursing.” Mereka diadu dalam kecepatan mengejar umpan di lapangan.
Olahraga tersebut amat populer di kalangan bangsawan dan dipandang sebagai bentuk hiburan. Keanggunan dan keanggunan Saluki di arena pacuan membuat mereka menjadi favorit para penonton.
Ketika ras ini menyebar ke berbagai belahan dunia, nilainya pun semakin meningkat. Di Kekaisaran Ottoman, Saluki sangat dihargai oleh para sultan dan sering dijadikan sebagai hadiah untuk pejabat asing. Di Persia, mereka dipandang sebagai simbol kerajaan dan bahkan dikutip dalam naskah puisi dan karya sastra lainnya.
Nilai historis Saluki terus meluas hingga ke masyarakat modern. Meski memiliki sejarah yang panjang, anjing ini masih digunakan untuk berburu di beberapa belahan dunia, khususnya di Timur Tengah. Mereka juga menjadi populer sebagai anjing pertunjukan dan telah diakui oleh berbagai klub kennel di banyak negara.
Saluki dicintai bukan hanya karena kemampuan fisik dan penampilannya yang anggun, tetapi juga sifatnya yang lembut dan penuh kasih sayang. Mereka dikenal memiliki ikatan yang kuat dengan pemiliknya dan sering digambarkan sebagai sahabat yang setia dan berbakti.
Baca: Mimpi Digigit Anjing? Ini Artinya menurut Ulama
Islam dan anjing
Anjing kerap dipandang sebagai musuh, atau hewan hina dalam pandangan umat Islam. Padahal, manusia dan anjing sama-sama merupakan makhluk ciptaan Allah Swt yang bisa hidup berdampingan.
Demikian difatwakan Mufti Agung Mesir, Syekh Dr. Syauqi Ibrahim Abdul Karim Allam. Dia menjelaskan, awal mula kekeliruan itu bersumber dari pandangan bahwa di antara banyaknya makhluk hidup yang suci, tetapi anjing dihukumi najis.
“Padahal terdapat perbedaan pendapat di antara para ulama mengenai anjing. Masyarakat sering memandang anjing sebagai hewan yang tidak murni, tetapi berdasarkan Imam Maliki, anjing merupakan hewan yang murni,” katanya, kepada saluran televisi Mesir, Sada Al-Balad, pada 2020 lalu.
Dia menegaskan bahwa najis tidak menghalangi manusia untuk hidup berdampingan dengan anjing.
“Di Darul Ifta (badan penasihat Islam Mesir), kami mengadopsi doktrin Maliki dan telah memutuskan masalah ini,” katanya.
Dia menjelaskan bahwa manusia diperbolehkan untuk hidup berdampingan dengan seekor anjing. Jika seseorang dalam kondisi wudu lalu terkena air liur anjing, maka seseorang tersebut cukup menghilangkan najis tersebut.
Dia mengatakan, bahkan dalam sejarah Islam, anjing kerap muncul sebagai pahlawan. Misalnya, dalam cerita Ashabul Kahfi atau sekelompok pemuda yang bersembunyi di gua demi menghindari kezaliman.
“Mereka adalah contoh tertinggi dari kebaikan. Memelihara anjing bukanlah sesuatu yang memalukan,” kata Syekh Allam.
Baca: Belajar dari Insiden Baso A Fung, Begini Cara Sucikan Wadah Terkena Najis Babi
Di Arab Saudi, dengan mayoritas warga yang masih menganggap tabu, bahkan mengharamkan untuk memelihara hewan berkaki empat tersebut, mulai muncul inisiatif untuk menyediakan tempat yang layak dan nyaman bagi mereka.
Pada Juni 2023 lalu, seseorang bernama Noha Abdul Wahid mendirikan kafe sekaligus komunitas pecinta anjing bernama Paws Society.
“Karyawan kami bersahabat dan mencintai anjing. Mereka memeriksa setiap anjing yang masuk hanya untuk memastikan bahwa mereka sehat sebelum diperbolehkan bermain,” ujar Noha.
Karena tingginya minat, Paws Society kerap menyelenggarakan acara adopsi di tempat penampungan anjing. Di samping itu, mereka juga mengadakan pesta kostum anjing, serta acara-acara lain menjelang hari raya Idulfitri.
Salah seorang pengunjung mengaku puas meskipun harga produk yang disediakan Paws Society lebih tinggi dibandingkan toko lain.