Tidak cuma Tanah, Israel juga Klaim Makanan Khas Palestina

Seoeang juru masak sedang membuat falafel berbahan dasar buncis asal Palestina. GETTY IMAGES/Majdi Fathi

Ikhbar.com: Israel telah menduduki wilayah Palestina dan Dataran Tinggi Golan sejak Perang Enam Hari pada 1967. Sejak saat itu pula, konflik antara pejuang pembebasan Palestina dengan tentara zionis, terutama di Jalur Gaza, terus berkecamuk.

Ternyata, Israel tidak hanya merampas dan menguasai tanah Palestina. Mereka pun merebut paksa identitas budaya, termasuk kuliner khas yang diwariskan secara turun menurun masyarakat Palestina.

Salah satu bukti kuat pernah muncul pada pertengahan 2023 lalu. Kedutaan Besar Israel di Kanada sempat memancing kemarahan pengguna media sosial karena sebuah cuitan kontroversial. Dalam postingan yang seolah tanpa beban itu, Israel menyebut sebuah makanan bernama “Falafel” sebagai hidangan nasional mereka.

Dalam unggahan tertanggal 12 Juni 2023 itu, Israel menyebut telah menetapkan tanggal tersebut sebagai Hari Falafel Internasional.

Hari ini kami menghormati falafel tercinta, sebuah kekayaan kuliner nasional yang berharga dan hidangan nasional Israel,” tulis akun resmi Kedubes Israel di Kanada, dikutip dari The New Arab, pada Rabu, 3 Januari 2024.

Baca: Kegigihan Al-Aqra, Perempuan Gaza yang Jadikan Oven Tradisional sebagai Simbol Perlawanan

Diprotes netizen

Cuitan itu juga disertai gambar sepiring penuh falafel, lengkap dengan bendera kecil Israel yang ditancapkan di setiap dua lusin makanan berbentuk bola-bola berbahan dasar buncis tersebut.

Jangan lupa tambahkan tahini,” sambung cuitan itu, mengacu pada pasta biji wijen khas Timur Tengah yang sering dimakan sebagai pelengkap hidangan falafel.

Tidak tinggal diam, banyak pengguna X (sebelumbya Twitter), dengan cepat menyebut bahwa cuitan tersebut merupakan bukti atas klaim Israel terhadap kekayaan kuliner Palestina dan masakan Timur Tengah lainnya.

“Dari mulai menjajah tanah orang lain, Israel juga merebut masakan,” demikian bunyi salah satu cuitan warganet.

Lantaran kesal, sejumlah pengguna media sosial pun menggunakan cuitan tersebut sebagai bahan bercanda dengan menjadikannya untuk mengeklaim hidangan terkenal dari negara lain.

Hari ini kami menghormati burger keju tercinta, harta kuliner yang disayangi yang merupakan hidangan nasional Lebanon. #NationalCheeseburgerday … Jangan lupa saus Texas BBQ!,” tulis salah satu pengguna X.

Seorang juru masak sedang memasak falafel di sebuah toko di Ramallah (Tepi Barat), Palestina. Dok WIKIPEDIA

Mereka juga menambahkan catatan dan peringatan khusus untuk cuitan Israel di Kanada tersebut.

Falafel juga berasal dari Mesir,” ujar mereka sembari menautkan alamat website Wikipedia.

Fitur catatan komunitas X ini memang disediakan berdasarkan pada konsensus dari pengguna platform.

“Jika cukup banyak kontributor dari sudut pandang berbeda yang menilai catatan itu bermanfaat, catatan itu akan ditampilkan secara publik di sebuah cuitan,” rilis X tentang fitur tersebut.

Baca: Soft Drink Pertama di Dunia Lahir dari Dapur Muslim, Cikal-bakal Coca Cola

Sejarah falafel

Asal-usul falafel memang masih kerap menjadi bahan perdebatan di kalangan masyarakat Timur Tengah. Falafel yang terbuat dari kacang fava secara luas dianggap berasal dari Mesir, sedangkan versi berbahan dasar buncis diperkirakan berasal dari Palestina. Namun, yang jelas, tidak ada keterangan resmi yang menyebut bahwa makanan itu milik Israel.

Sajian falafel khas Palestina. Dok WIKIPEDIA

Falafel diyakini kali pertama disajikan oleh komunitas Koptik sebagai pengganti daging saat Prapaskah. Karena Iskandariyah adalah kota pelabuhan, hal itu memungkinkan hidangan tersebut diekspor ke kawasan lainnya di Timur Tengah.

Beberapa periode setelah itu, ditemukan fakta bahwa falafel juga sudah akrab bagi masyarakat Palestina. Hanya, mereka tidak menggunakan kacang arab, tetapi kacang fava.

Kemunculan dan persebaran falafel diyakini bermula pada zaman Firaun Mesir.

Namun, tingkah Israel yang sering dituding melakukan pencurian budaya dengan mengeklaim warisan Palestina itu dianggap sangat meresahkan masyarakat Timur Tengah. Pasalnya, tanpa mempertimbangkan fakta-fakta sejarah, klaim Israel itu dinilai sporadis hanya untuk kepentingan promosi citra mereka di dunia internasional.

Ikuti dan baca artikel kami lainnya di Google News.