Ikhbar.com: Madrasah Ibtidaiyah (MI) Hidayatul Mubtadiin Ketitang, Desa Japurabakti, Kecamatan Astanajapura, Cirebon, Jawa Barat memiliki cara tersendiri saat mendidik siswa-siswinya dalam menghafal Al-Qur’an. Mereka menerapkan metode ILHAM atau singkatan dari Integrated, Listening, Hand, Attantions, and Matching yang diklaim bisa mempercepat proses menghafal.
Pembimbing Kelas Tahfiz Al-Qur’an MI Hidayatul Mubtadiin Ketitang Cirebon, Ustaz Fasfah Sofhal Jamil menjelaskan bahwa program tersebut untuk sementara baru diterapkan di kelas lima.
“Jadi program ini sifatnya ekstrakulikuler, yakni dijalankan di luar jam Kegiatan Belajar Mengajar (KBM) setiap Sabtu hingga Senin,” ujar dia kepada Ikhbar.com pada Rabu, 7 Agustus 2024.
Menurut Ustaz Sofhal, keberadaan MI Hidayatul Mubtadiin yang terletak di lingkungan Pondok Pesantren Ketitang Cirebon turut mendukung perkembangan program tersebut.
“Bagaimana pun menghafal Al-Qur’an itu butuh komunitas. Sehingga keberadaannya yang terletak di komplek pondok pesantren turut membangkitkan semangat anak-anak dalam menghafal Al-Qur’an,” katanya.
Baca: Rekam Jejak Penulisan dan Cara Baca Al-Qur’an, Penjelasan Kiai Ahmad Zaini Dahlan
Lima komponen
Dia menjelaskan, metode ILHAM merupakan cara menghafal Al-Qur’an yang memadukan berbagai jenis potensi kecerdasan dan pendayagunaan indra, yang terdiri dari lima komponen utama.
“Yang pertama adalah Integrated (terhubung). Komponen ini menggabungkan berbagai jenis kecerdasan, seperti linguistik, matematik, visual, kinestetik, musikal, interpersonal, dan intrapersonal untuk mengoptimalkan hasil hafalan dan meningkatkan kecerdasan seseorang,” jelas dia.
Berikutnya, jelas dia, Listening (mendengarkan). Komponen ini melibatkan latihan mendengar dan mengucapkan kalimat Al-Qur’an. Ini melibatkan pembimbing untuk mencotohkan bacaan ayat Al-Qur’an yang akan dihafal siswa.
Komponen selanjutnya adalah Hand (tangan). Dengan menerapkan metode ini, para siswa akan menggunakan gerakan tangan untuk memperkuat hafalan dan memicu semangat.
“Ini melibatkan penggunaan kode pada ruas jari untuk mengingat ayat dan posisi ayat dalam setiap baris di masing-masing halaman,” ucapnya.
Selanjutnya, kata Ustaz Sofhal, komponen Attention (perhatian/fokus). Unsur ini adalah memfokuskan gerakan bibir, mimik wajah, dan intonasi suara siswa yang berada pada posisi saling berhadapan.
“Tujuannya adalah untuk saling memperhatikan, memotivasi, dan mengevaluasi proses ketika menghafal,” katanya.
Terakhir, kata dia, yakni Matching (mencocokkan). Komponen ini para siswa akan saling mencocokkan secara berpasangan dalam hal bunyi hafalan dengan posisi jari tangan, menyimak hafalan secara bergantian, dan mentashih (membetulkan jika terjadi kekeliruan) lembaran naskah mushaf yang ditulis secara bergantian.
“Metode ILHAM dirancang untuk menciptakan suasana belajar yang menyenangkan dan memotivasi, serta memaksimalkan penggunaan berbagai jenis kecerdasan dan indera dalam proses menghafal Al-Qur’an,” jelas dia.
Baca: 5 Keuntungan Mondok di Pesantren Ketitang Cirebon
Target
Lebih lanjut, ia mengeklaim program yang diterapkan itu memungkinkan para siswa tidak sekadar mampu menghafal kalimat per kalimat, melainkan juga hafal penomoran dan jumlah surat yang telah dihafal.
“Jadi para siswa bisa menebak atau melanjutkan secara acak ayat mana yang dibacakan pembimbing. Dan ini sudah kami buktikan,” tegasnya.
Ia berharap, program tersebut bisa diterapkan di seluruh kelas, bahkan di tingkat Raudlatul Athfal (RA).
“Untuk sementara yang dihafal adalah juz 30. Semoga melalui metode ini para siswa tidak takut untuk menghafal Al-Qur’an,” katanya.
Terkait target, Ustaz Sofhal menyebut bahwa dalam semester ini para siswa mampu menyelesaikan hafalan juz 30, lengkap dengan jumlah surat dan penomoran ayatnya.
Sementara itu, Kepala MI Hidayatul Mubtadiin Ketitang, KH Syamsudin menyatakan dukungan penuh adanya program tahfiz tersebut. Harapannya, para murid tidak hanya unggul di bidang ilmu umum, tetapi juga ilmu agama.
“Program ini memang jadi unggulan agar para siswa tidak hanya cakap di ilmu umum, tetapi juga ilmu agama. Terutama tahfiz Al-Qur’an,” katanya.
Menurutnya, metode yang diterapkan itu secara tidak langsung menghapus pandangan sulitnya menghafal Al-Qur’an. Sebab dalam penerapannya metode tersebut menjunjung tinggi kebersamaan dan keceriaan.
“Biasanya anak-anak itu takut untuk menghafal, tetapi dengan metode ini saya lihat anak-anak tanpa beban dan tidak merasa sedang menghafal Al-Qur’an,” jelasnya.