Ikhbar.com: Masa kerisalahan Nabi Muhammad Saw cenderung lebih singkat ketimbang rasul-rasul sebelumnya. Nabi Saw baru diperintahkan Allah Swt untuk berdakwah pada umur 40 tahun. Artinya, hanya memiliki kesempatan menyebarkan ajaran Islam sekitar 23 tahun hingga kemudian wafat pada usia 63 tahun.
Meski tidak memakan rentang waktu hingga ratusan tahun, tetapi Islam justru menjadi agama dan peradaban yang paling maju, luhur, dan terus meluas hingga ke segala penjuru dunia. Ajaran Islam pun terus terawat dan lestari dari generasi ke generasi.
Dewan Pakar Lembaga Dakwah Nahdlatul Ulama (LDNU) Pengurus Cabang Nahdlatul Ulama (PCNU) Kabupaten Cirebon, KH Ahmad Zuhri Adnan menjelaskan, ada dua faktor yang mendorong kesuksesan dakwah Nabi Muhammad dalam menyebarkan agama Islam.
“Pertama, akhlak. Kesempurnaan akhlak Nabi Saw menjadi suri teladan yang baik. Tidak hanya dalam hal ibadah, tetapi juga dari cara berjalan, makan, dan perilaku sehari-hari lainnya,” terang Kiai Zuhri, sapaan akrabnya, dikutip dari tayangan tausiah di saluran YouTube Gusty HD, pada Sabtu, 4 November 2023.
Baca: Begini Cara Nabi Muhammad Perkuat Ketahanan Pangan
Kedua, lanjut Kiai Zuhri, Rasulullah Muhammad Saw memiliki public speaking atau kemampuan berbicara di depan khalayak umum dengan sangat baik.
“Dawuh atau perkataan Nabi Muhammad itu selalu jawami al kalim, yakni jelas, singkat, padat, berbobot, dan tegas,” katanya.
Sosok yang juga Pengasuh Pondok Pesantren Ketitang Cirebon itu menyatakan, bukti kejelasan atau kefasihan perkataan Nabi Muhammad dibuktikan dengan keberlangsungan matan hadis yang terus terjaga dari masa ke masa.
“Jelasnya dawuh Kanjeng Nabi ini yang akhirnya membuat runutan sanad yang panjang pun tidak mengakibatkan perubahan dan perbedaan yang signifikan hingga ke ranah substansi, bahkan lebih banyak yang sama persis,” katanya.
Menurut Kiai Zuhri, ada beberapa jenis ucapan yang baik di dalam Al-Qur’an. Dan semuanya itu diserap dan diterapkan Nabi Muhammad dalam perilaku keseharian.
“Yaitu, qaulan ma’rufan (perkataan yang baik), qaulan kariman (perkataan yang mulia), qaulan maysuran (penjelasan yang mudah dipahami), qaulan syadidan (perkataan yang paripurna), qaulan layyinan (perkataan yang lembut), dan ahsanu qaulan (perkataan yang bagus),” ungkapnya.
Baca: Beda Al-Qur’an dengan Mukjizat Nabi Lainnya menurut Gus Baha
Yang berikutnya, kata Kiai Zuhri, Nabi Muhammad Saw terbiasa mengulang pesannya sebanyak tiga kali. Hal ini sering ditemukan dalam hadis sahih yang memuat pesan-pesan cukup penting.
“Tujuannya agar pesan tersebut bisa sampai ke telinga dan hati para sahabatnya,” jelas Kiai Zuhri.