Ikhbar.com: Banyak orang keliru dalam menilai generasi Z. Karakter angkatan kelahiran antara 1996 hingga 2012 itu sering dituding lekat dengan sifat pemalas, manja, serta gambaran personalitas negatif lainnya.
Padahal, boleh jadi semua tuduhan itu lebih banyak bermuatan asumsi. Malahan, hal itu bisa juga merupakan dampak dari ketidaksiapan generasi sebelumnya dalam menghadapi kebiasaan, gaya komunikasi, serta perspektif anak-anak muda hari ini.
Demikian disampaikan behavior (ahli perilaku) asal Swedia sekaligus penulis Surrounded by Vampires: Or, How to Slay the Time, Energy and Soul Suckers in Your Life (2023), Thomas Erikson. Ia memperkirakan, pangkal perkara itu muncul lantaran gen z cenderung kritis, sesuatu yang mungkin tabu di masa lampau.
“Kita begitu cepat menilai anak muda saat ini. Semua orang suka membuat asumsi tentang mereka. Lebih dari 2,7 miliar orang tidak mungkin semuanya sama,” ujarnya, sebagaimana dikutip dari Khaleej Times, pada Selasa, 6 Februari 2024.
Menyitat data dari Bloomberg dan Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) pada 2019 disebutkan, jumlah gen z dunia telah mencapai 2,47 miliar jiwa.
“Yang seharusnya dilakukan orang-orang lebih dewasa adalah menyingsingkan lengan baju, lalu bertanya, ‘Apa yang bisa saya bantu,” ujar Erikson.
Menurut Erikson, ada sejumlah ketidaksadaran yang diidap sebagian masyarakat modern. Terutama dalam memandang generasi di bawah mereka.
“Anak muda tidak ingin diperlakukan sebagai anak muda. Mereka hanya ingin sama-sama dianggap sebagai manusia,” katanya.
Baca: Seabrek Salah Kaprah tentang Gen Z
Medsos membunuh hal-hal manusiawi
Penulis buku serial dengan jilid pertama berjudul Surrounded by Idiots: The Four Types of Human Behavior and How to Effectively Communicate with Each in Business (2014) itu menambahkan, identifikasi negatif terhadap gen z kian menjadi seiring perkembangan pesat teknologi media sosial (medsos). Medsos, menurutnya, seakan-akan menuntut orang harus bahagia selama 24 jam dan tujuh hari penuh dalam sepekan. Sementara, gen z tidak sungkan meluapkan emosi dan kegalauannya.
Erikson mengatakan, sudah waktunya orang-orang dewasa mengakui bahwa semua orang di dunia punya penderitaannya masing-masing. Tidak perlu untuk terlalu ditutup-tutupi.
“Saat saya bekerja dengan pengusaha atau membimbing para miliarder di Eropa, mereka semua terlihat luar biasa. Mereka tampak sangat kompeten, percaya diri, dan sukses. Semuanya berkilau dari luar. Tetapi ketika Anda menggaruk permukaannya sedikit saja, maka Anda akan melihat kegelapan di dalam diri setiap orang,” katanya.
“Setiap dari kita memiliki kegelapannya masing-masing,” ungkapnya.
Baca: Kelola Jiwa di Tengah Kepungan Dunia Maya, Tips dari Nyai Rihab Said Aqil
Dewasa dengan menjadi pemimpin
Anak-anak muda, menurut Erikson, lebih mengidamkan sosok pemimpin ketimbang manajer. Parahnya lagi, perbedaan keduanya sudah mampu dipahami oleh gen z, belum tentu oleh yang sudah mengaku lebih senior.
“Termasuk pekerjaan saya adalah membantu orang agar bisa menjadi pemimpin, bukan sekadar manajer dalam perusahaannya. Kita semua harus mengerti perbedaannya,” kata dia.
Seorang pemimpin, kata Erikson, tidak hanya bisa mengatur-atur atau menyuruh. Pemimpin juga tidak cuma sibuk mengurus tim, tetapi di saat yang sama mengabaikan personal.
Di sisi lain, pemimpin tidak akan sungkan untuk menginvestasikan waktunya, terutama demi bisa melakukan pendekatan-pendekatan individu.
“Sebagai seorang pemimpin, Anda perlu berbicara dengan setiap individu dan mencari tahu apa yang mereka butuhkan untuk tugas yang Anda berikan. Kita perlu menginvestasikan waktu pada individu,” katanya.
Seorang pemimpin gagal atau hanya mampu sebatas menjadi manajer itulah yang oleh Erikson dalam bukunya bisa disebut dengan “vampir energi.”
“Buku terkahir saya itu menyatukan semua tema yang dieksplorasi dalam karya-karya sebelumnya. Mulai dari mengidentifikasi psikopat hingga bos yang buruk, sifat narsistik, hingga vampir energi,” katanya.
“Vampir energi itu ibaratnya Anda sedang duduk di rumah dengan tenang, merasa sedang baik-baik saja, nyaman, tetapi tiba-tiba ada orang masuk kemudian bilang, ‘Ini semestinya tidak begini, kamu salah, kamu mestinya begini,” ucapnya.
Itulah vampir energi, lanjut Erikson, yaknk orang-orang yang bisa membuat energi orang yang ditemuinya merasa terkuras habis.
“Bisa siapa saja. Bisa jadi seorang penindas, orang yang pasif-agresif, narsistik, atau bahkan perfeksionis atau ratu drama. Bisa jadi itu adalah manajer Anda,” kata Erikson.