Isu ‘Pemilu Curang’ Bisa Ancam Kesehatan Mental? Ini 5 Cara Menghindarinya

Para pengunjuk rasa meneriakkan slogan-slogan saat unjuk rasa menentang dugaan kecurangan pemilu presiden 14 Februari di luar kantor Bawaslu di Jakarta, Senin, 19 Februari 2024. AP/Achmad Ibrahim

Ikhbar.com: Pro-kontra isu kecurangan Pemilihan Umum (Pemilu) 2024 yang sedang merajai berbagai media pemberitaan hingga obrolan di warung-warung kopi harus dicerna dan ditanggapi secara bijak. Jika tidak, maka banyaknya informasi yang beredar tentang isu tersebut bisa berdampak pada gangguan mental health atau kesehatan mental.

Psikolog sekaligus pendiri dari Griya Jiva, Jakarta, Dr. Ny. Hj. Rihab Said Aqil menjelaskan, isu kecurangan pemilu diprediksi berdampak mengganggu mental masyarakat lantaran sejumlah sebab.

Pertama, terlepas dari kita termasuk yang percaya dan tidak percaya akan adanya praktik kecurangan tersebut, yang jelas, isu kecurangan pemilu bisa menimbulkan ketidakpastian politik,” kata Nyai Rihab, sapaan karibnya, kepada Ikhbar.com, pada Ahad, 25 Februari 2024.

“Ketidakpastian politik itu berpotensi menimbulkan stres dan kecemasan berlebih bagi masyarakat,” sambungnya.

Baca: Bagaimana Islam Membahas Kesehatan Mental? Ini Penjelasan Nyai Rihab Said Aqil

Dari ketidakpastian politik hingga bias informasi

Kedua, lanjut dia, isu kecurangan pemilu berpotensi menimbulkan polarisasi di tengah masyarakat.

“Jika tidak ditanggapi secara bijak, maka hal itu justru mempertajam polarisasi, perpecahan, hingga memungkinkan adanya konflik sosial yang bisa merugikan kesehatan mental,” jelas Nyai Rihab.

Dampak ketiga adalah munculnya ketidakpercayaan masyarakat terhadap pemerintah maupun instansi lainnya. Jika sudah di tahap ini, maka bisa berlanjut memicu rasa frustrasi dan kekecewaan yang dapat mengganggu pikiran masyarakat.

Keempat, fluktuasi ekonomi. Kondisi politik yang tidak stabil akibat isu kecurangan bisa berdampak negatif pada stabilitas ekonomi, serta meningkatkan ketidakpastian finansial yang dapat mempengaruhi kesehatan mental,” katanya.

Putri ulama karismatik, Prof. Dr. KH Said Aqil Siroj tersebut mengatakan, dampak dari isu kecurangan pemilu selanjutnya adalah menjamurnya informasi yang bias, bahkan hoaks.

“Fluktuasi informasi dan maraknya hoaks seputar isu kecurangan pemilu dapat menciptakan kebingungan dan kecemasan di kalangan masyarakat,” ungkapnya.

Baca: Imam Syafi’i pun Pernah Dituduh Lakukan Kampanye Hitam

Cara terhindar dari cemas berlebih

Oleh karena itu, Nyai Rihab menyarankan masyarakat untuk tetap tenang, sabar, dan bijak dalam menanggapi segala isu yang sedang beredar di tahun politik ini. Dia juga mengungkapkan sejumlah cara agar masyarakat tetap memiliki mental yang sehat dan kuat di tengah masa transisi di dunia pepolitikan Indonesia.

Pertama, tentu dengan mengontrol konsumsi berita. Batasi paparan terhadap berita politik yang berpotensi memicu stres dan pilihlah sumber berita yang tepercaya,” sarannya.

Langkah kedua adalah dengan berpartisipasi aktif dan terlibat dalam diskusi yang konstruktif dan produktif. Upayakan semua informasi yang diserap fokus pada solusi daripada hanya mengekspresikan kekecewaan.

Ketiga, pertahankan rutinitas dan jalin hubungan positif. Jaga rutinitas harian untuk memberikan stabilitas dan keamanan dalam kehidupan sehari-hari,” katanya.

“Selain itu, mempertahankan hubungan yang positif dengan teman dan keluarga dapat memberikan dukungan emosional penting,” sambung Nyai Rihab.

Cara keempat adalah dengan mempraktikkan relaksasi. Gunakan teknik seperti meditasi, yoga, atau olahraga untuk mengurangi tingkat stres dan meningkatkan kesejahteraan mental.

Kelima, dukungan Konseling dan terapi. Ini penting dilakukan jika rasa kecemasan itu sudah sangat terasa mendominasi,” katanya.

Nyai Rihab menjelaskan, Griya Jiva juga menghadirkan layanan konsultasi kesehatan mental baik secara offline maupun online. Bagi masyarakat yang membutuhkan bantuan konsultasi bisa menghubungi hotline Griya Jiva di nomor 0821-2380-9321.

Ikuti dan baca artikel kami lainnya di Google News.