Ikhbar.com: Manusia menjadi sebaik-baiknya makhluk yang diciptakan Allah Swt. Sedangkan generasi paling mulia di mata Allah Swt adalah umat Nabi Muhammad Saw.
Demikian disampaikan Mudir Aam Ikhbar Foundation, KH Sobih Adnan dalam Ngaji Pasaran Ramadan 1445 H, kitab “Al Jawahir al Kalamiyah” di Pondok Pesantren Ketitang Cirebon, Jawa Barat, Kamis, 28 Maret 2024.
“Karena Allah menurunkan Rasul terbaik sebagai penunjuk cahaya kebenaran bagi mereka, maka umatnya yang beriman pun mendapatkan kehormatan sebagai umat terbaik,” katanya.
Baca: Benarkah Islam Melarang Umatnya Banyak Bertanya?
Anugerah Ramadan
Ada sejumlah kekhususan yang diberikan Allah Swt kepada umat Nabi Muhammad Saw, terlebih di dalam bulan Ramadan.
Hal itu, lanjut Ang Sobih, sapaan akrabnya, sesuai dengan kandungan QS. Ali Imran:
كُنْتُمْ خَيْرَ اُمَّةٍ اُخْرِجَتْ لِلنَّاسِ تَأْمُرُوْنَ بِالْمَعْرُوْفِ وَتَنْهَوْنَ عَنِ الْمُنْكَرِ وَتُؤْمِنُوْنَ بِاللّٰهِ ۗ وَلَوْ اٰمَنَ اَهْلُ الْكِتٰبِ لَكَانَ خَيْرًا لَّهُمْ ۗ مِنْهُمُ الْمُؤْمِنُوْنَ وَاَكْثَرُهُمُ الْفٰسِقُوْنَ
“Kamu (umat Islam) adalah umat terbaik yang dilahirkan untuk manusia (selama) kamu menyuruh (berbuat) yang makruf, mencegah dari yang mungkar, dan beriman kepada Allah. Seandainya ahlulkitab beriman, tentulah itu lebih baik bagi mereka. Di antara mereka ada yang beriman dan kebanyakan mereka adalah orang-orang fasik.”
Dirinya mengungkapkan, atas kehormatan itulah, maka umat Nabi Muhammad Saw kerap mendapatkan anugerah yang tidak pernah diperoleh umat-umat terdahulu. Salah satunya, keistimewaan yang diberikan selama bulan suci Ramadan.
Dalam sebuah hadis yang diriwayatkan Imam Baihaqi, Rasulullah Saw bersabda:
أُعْطِيَتْ أُمَّتِيْ فِي شَهْرِ رَمَضَانَ خَمْسًا لَمْ يُعْطَهُنَّ نَبِيٌ قَبْلِي: أَمَّا وَاحِدَةٌ، فَإِنَّهُ اِذَا كاَنَ أَوَّلُ لَيْلَةٍ مِنْ شَهْرِ رَمَضَانَ يَنْظُرُ اللهُ إِلَيْهِمْ، وَمَنْ نَظَرَ اللهُ إِلَيْهِ لَمْ يُعَذِّبْهُ أَبَدًا. وَأَمَّا الثَّانِيَةُ: فَإِنَّ خُلُوْفَ أَفْوَاهِهِمْ حِيْنَ يَمْسُوْنَ أَطْيَبُ عِنْدَ اللهِ مِنْ رِيْحِ الْمِسْكِ. وَأَمَّا الثَّالِثَةُ: فَإِنَّ الْمَلَائِكَةَ تَسْتَغْفِرُ لَهُمْ فِي كُلِّ يَوْمٍ وَلَيْلَةٍ. وَأَمَّا الرَّابِعَةُ: فَإِنَّ اللهَ عَزَّ وَجَلَّ يَأْمُرُ جَنَّتَهُ فَيَقُوْلُ لَهَا اِسْتَعِدِّيْ وَتَزَيِّنِي لِعِبَادِيْ أَوْشَكَ أَنْ يَسْتَرِحُوْا مِنْ تَعْبِ الدُّنْيَا إِلَى دَارِيْ وَكَرَامَتِي. وَأَمَّا الخَامِسَةُ: فَإِذَا كاَنَ آخِرُ لَيْلَةٍ غَفَرَ اللهُ لَهُمْ جَمِيْعًا». فَقَالَ رَجُلٌ مِنَ الْقَوْمِ: هِيَ لَيْلَةُ الْقَدْرِ يَا رَسُوْلَ الله؟ قَالَ: «لَا، أَلَمْ تَرَ إِلَى الْعُمَّالِ إِذَا فَرَغُوْا مِنْ أَعْمَالِهِمْ وَفّوُا أُجُوْرَهُمْ».
“Telah diberikan kepada umatku di bulan Ramadan, lima pemberian yang belum pernah diberikan kepada nabi sebelumku. Pertama, pada awal bulan Ramadan, Allah swt melihat umatku. Siapa yang dilihat oleh Allah, maka dia tidak akan disiksa untuk selama-lamanya. Kedua, bau mulut orang yang berpuasa, di sisi Allah lebih baik dari bau minyak misik (kasturi). Ketiga, para malaikat memohon ampunan untuk umatku siang dan malam. Keempat, Allah Swt memerintahkan (penjaga) surga-Nya, dengan berfirman, ‘Bersiap-siap dan berhiaslah kamu untuk hamba-hamba-Ku, mereka akan beristirahat dari kesulitan hidup di dunia menuju tempat-Ku dan kemuliaan-Ku.’ Kelima, pada akhir malam bulan Ramadan, Allah mengampuni dosa-dosa mereka semuanya.’ Seorang sahabat bertanya: ‘Apakah itu Lailatul Qadar, wahai Rasulullah?’ Nabi menjawab, ‘Bukan, tidakkah kamu mengetahui bahwa para pekerja, apabila mereka selesai dari pekerjaannya, niscaya akan dibayar upahnya.”
“Jadi betapa istimewanya kasih sayang dan perlakuan Allah Swt kepada umat terbaik, dari nabi terbaik, di bulan terbaik,” katanya.
Baca: Kapan Malam Lailatul Qadar? Ini Prediksi Ulama
Kesempatan bertaubat
Selain itu, anggota Majelis Khadim al-Ma’had PP. Ketitang Cirebon itu juga mengungkapkan, masih banyak anugerah lain yang khusus diberikan kepada umat Nabi Muhammad Saw hingga semakin meneguhkannya sebagai umat paling mulia.
“Sufi generasi awal, Sa’ad bin Hilal ra pernah berkata, ‘Ketika umat Nabi Muhammad berbuat dosa, maka Allah tetap memberikan empat anugrah kepadanya, yaitu, dia tidak terhalang untuk mendapatkan rezeki, tidak terhalang untuk mendapatkan kesehatan badan, Allah tidak akan memperlihatkan dosanya semasa di dunia, dan Allah tidak langsung menghukumnya di dunia,” katanya.
“Ini yang membedakan dengan umat-umat nabi sebelumnya yang akrab dengan kisah-kisah turunnya azab dari Allah Swt. Kita diberi waktu yang lebih panjang untuk melakukan tobat,” sambungnya.
Baca: Bangga Bermaksiat, Enggak Bahaya Tah?
Membuat ‘iri’ Nabi Adam
Ang Sobih melanjutkan, saking dimuliakannya umat Nabi Muhammad Saw, bahkan terdapat satu kisah yang menceritakan tentang ungkapan Nabi Adam As tentang empat kemuliaan yang diberikan Allah Swt kepada para pengikut nabi terakhir.
“Sebagai manusia pertama dan pernah mendapatkan nikmat hidup di surga, Nabi Adam As menyebut ada empat keramat yang diberikan Allah kepada umat nabi Muhammad Saw. Kisah itu sebgaimana terdapat dalam kitab Syarh Nashaihul Ibad,” katanya.
وحكي أن ادم عليه السلام قال إن الله أعطى أمة محمد اربع كرامات ماأعطانيها إحداها قبول توبتي بمكة وأمة محمد يتوبون في كل مكان فيقبل توبتهم والثانية أني لابسا فلما عصيت جعلني عريانا وأمة محمد يعصون عراة فيلبسهم والثالثة لما عصيت فرق بيني وبين امرأتي وأمة محمد يعصون الله ولايفرق بينهم وبين أزواجهم والرابعة أني عصيت في الجنة فأخرجني منها وأمة محمد يعصون الله تعالى خارج الجنة فيدخلهم فيها إذا تابوا
“Diceritakan, sesungguhnya nabi Adam alaihissalam berkata, sesungguhnya Allah menganugreahi empat karamat kepada Umat Nabi Muhammad ini yang keempat-empatnya tidak diberikan kepadaku (kepada nabi Adam).”
“Pertama, tobatku, kata Nabi Adam, diterima oleh Allah di Makkah. Tetapi tobat umat nabi Muhammad Saw bisa diterima oleh Allah Swt di mana saja,” kata Ang Sobih.
Kedua, lanjut dia, Nabi Adam As mengenakan pakaian, tetapi ketika bermaksiat, Nabi Adam As langsung diganjar menjadi telanjang. Sedangkan umat Nabi Muhammad Saw yang bermaksiat dalam keadaan telanjang, justru Allah menghendaki pakaian atau ditutupi aibnya.
“Ketiga, ketika Nabi Adam bermaksiat, Allah langsung memisahkannya dengan sang istri tercinta, Siti Hawa. Sedangkan ketika umat Nabi Muhammad bermaksiat, Allah tidak memisahkan mereka dengan pasangannya,” kata Ang Sobih.
Keempat, ketika Nabi Adam bermaksiat di dalam surga, Allah mengeluarkan dan mencabutnya dari berbagai kenikmatan di dalamnya. Sedangkan umat Nabi Muhammad bermaksiat di luar surga, tapi Allah memperkenankan mereka masuk surga jika mereka bertobat.
“Namun, keistimewaan-keistimewaan itu bukanlah hal yang boleh dijadikan alasan untuk menganggap enteng terhadap segala hal yang diperintahkan Allah Swt. Berbagai anugerah itu sepatutnya dimaknai sebagai pendorong dan motivasi diri untum menguatkan nilai ketakwaan sebagai hamba Allah Swt sekaligus pengikut setia Rasulullah Muhammad Saw,” pungkasnya.