Ikhbar.com: Zulhijah menjadi satu dari empat bulan yang dimuliakan dalam Islam. Sebagaimana bulan mulia lainnya, bulan terakhir dalam kalender Islam ini memuat anjuran-anjuran dan kesunahan berpuasa bagi umat Muslim.
Dua puasa sunah yang mengawali bulan Zulhijah adalah tarwiyah dan arafah. Akan tetapi, kerap kali umat Muslim menganggap kedua puasa itu satu kesatuan yang sama.
Tarwiyah merupakan puasa sunah yang dilakukan pada 8 Zulhijah. Sementara arafah adalah puasa sunah yang dilakukan pada sehari setelahnya, yakni tanggal 9 Zulhijah. Yang jelas, kedua puasa ini dilakukan tepat sebelum perayaan Iduladha yang jatuh pada 10 Zulhijah atau dua hari dan sehari sebelum Lebaran Haji.
Berikut ialah perbedaan puasa tarwiyah dan arafah:
Baca: Urutan Doa dan Bacaan saat Menyembelih Hewan Kurban
Waktu pelaksanaan
Sesuai dengan pengertiannya, perbedaan puasa tarwiyah dan arafah terletak pada waktu pelaksanaannya. Puasa tarwiyah dilakukan pada 8 Zulhijah, sementara puasa arafah pada 9 Zulhijah.
Bacaan niat
Selain waktu pelaksanaan, perbedaan antara kedua puasa terletak pada lafal niat yang dibacakan sebelum berpuasa. Berikut adalah niat puasa arafah dan tarwiyah.
Niat puasa tarwiyah
نَوَيْتُ صَوْمَ تَرْوِيَةَ سُنَّةً لِلّٰهِ تَعَالَى
Nawaitu shauma tarwiyata sunnatan lillahi ta’ala.
“Saya niat puasa sunah tarwiyah karena Allah ta’ala.”
Niat puasa arafah
نَوَيْتُ صَوْمَ عَرَفَةَ سُنَّةً لِلّٰهِ تَعَالَى
Nawaitu shauma arafata sunnatan lillahi ta’ala.
“Saya niat puasa sunnah arafah karena Allah ta’ala.”
Keutamaan
Puasa tarwiyah dan arafah sangat dianjurkan bagi Muslim yang tidak sedang menunaikan ibadah haji. Tujuannya agar mereka turut merasakan nikmat yang sedang dirasakan para jemaah haji yang tengan beribadah di Tanah Suci.
Puasa tarwiyah memiliki keutamaan sebagai penghapus dosa yang telah diperbuat selama satu tahun. Sedangkan keutamaan puasa arafah ialah menjadi penghapus dosa yang telah diperbuat selama dua tahun terakhir.
Tidak berhubungan dengan wukuf
Di sisi lain, Rais Syuriyah Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) KH Cholil Nafis menyampaikan bahwa puasa arafah yang dianjurkan dilaksanakan setiap tanggal 9 Zulhijah tidak memiliki kaitan dengan agenda wukuf di Arafah.
“Puasa Arafah itu tidak terkait dengan orang wukuf di Arafah, tapi berkenaan dengan tanggal 9 Zulhijjah,” katanya saat Ikhbar Iduladha 1444 H di PBNU Jalan Kramat Raya, Jakarta, pekan lalu.
Sosok yang juga mengemban amanat sebagai Ketua Majelis Ulama Indonesia (MUI) Bidang Dakwah itu menjelaskan bahwa NU berpegang pada pendapat yang menegaskan perbedaan wilayah menunjukkan perbedaan waktu.
“Kita menganut pada ta’addudul mathali, perbedaan masing-masing wilayah terhadap melihatnya hilal,” ujarnya.