Ikhbar.com: Manajemen restoran Baso A Fung menghancurkan seluruh alat makan di outlet Bandara Ngurai Rai, Bali pada Rabu, 19 Juli 2023 lalu. Tindakan itu dilakukan guna merespons beredarnya video viral kreator konten sekaligus influencer Jovi Adhiguna Hunter yang memakan kerupuk babi di gerai tersebut.
“Hari ini tanggal 19 Juli 2023, kami segenap management A Fung menghaturkan permohonan maaf yang sedalam-dalamnya atas kejadian yang membuat beberapa pihak khawatir atas viralnya video salah satu customer saat makan di A Fung Bandara Domestik Keberangkatan Ngurah Rai Bali,” tulis manajemen di akun Instagram resmi @basoafung, dikutip Jumat, 21 Juli 2023.
Menurut mereka, penghancuran alat makan dilakukan sebagai bentuk komitmen restoran menjaga sertifikasi halal. Lewat unggahan yang sama, manajemen juga melampirkan video penghancuran alat-alat makan tersebut.
Tutorial menghilangkan najis anjing dan babi
Dalam Muraqah Shu’ud al-Tashdiq Syarah Sulam al-Taufîq, Syekh Nawawi al-Bantani menjelaskan, najis yang ditimbulkan anjing dan babi tergolong ke dalam katehori mughalazah (Najis yang berat). Maka, cara mensucikannya adalah dengan cara membasuhnya sebanyak tujuh kali yang salah satunya dicampur dengan tanah yang suci.
Baca: Perbedaan Najis dan Hadas
Siraman yang menghilangkan bukti (zat najis) dianggap sekali, baru kemudian dicuci lagi sebanyak enam kali. Jika jumlah air yang ditemukan sedikit, maka disyaratkan agar dilakuakn dengan cara mengalirkan atau menyiramkan kepada titik yang terkena najis. Penyucian bisa dengan cara direndam jika dilakukan di sungai.
Pendapat ini bersumber hadis yang diriwayatkan Imam Muslim. Rasulullah Muhammad Saw bersabda:
طَهُورُ إِنَاءِ أَحَدِكُمْ إِذَا وَلَغَ فِيهِ الْكَلْبُ أَنْ يَغْسِلَهُ سَبْعَ مَرَّاتٍ ، أُولاهُنَّ بِالتُّرَابِ
“Sucinya bejana kalian apabila anjing minum padanya adalah dengan cara dibasuh tujuh kali dan basuhan pertama dengan menggunakan debu.”
Dalam redaksi lain, Nabi Saw juga bersabda:
إِذَا وَلَغَ الْكَلْبُ فِى الإِنَاءِ فَاغْسِلُوهُ سَبْعَ مَرَّاتٍ وَعَفِّرُوهُ الثَّامِنَةَ فِى التُّرَابِ
“Jika anjing menjilati bejana kalian, cucilah sebanyak tujuh kali dan gosoklah yang kedelapan dengan debu.”
Penjelasan serupa juga ditemukan dalam Ar-Riyadul Badi’ah fi Ushuluddin wa Ba’dhi Furuis Syar’iah, karya Syekh Muhammad Hasbullah Al-Syafi’i Al-Makki. Dalam kitab itu dijelaskan bahwa suatu benda yang terkena najis mughalazah harus disucikan dengan air sebanyak tujuh kali yang salah satunya dibasuh dengan air bercampur tanah.
المغلظة نجاسة الكلب والخنزير والمتولد منهما أو من أحدهما ولا يطهر محلها حتى يغسل سبع مرات إحداهن مخلوطة بالتراب الطهور ولا يكتفي بالسبعة إلا إن زالت عين النجاسة بالمرة الأولى. فإن زالت بغير الأولى فجميع الغسلات السابقة على زوالها يحسب مرة واحدة
“Yang termasuk najis mughalazah adalah najis anjing, babi, turunan keduanya, atau turunan salah satu dari keduanya. Tempat najis mughalazah tidak menjadi suci sebelum dibasuh sebanyak tujuh kali yang salah satunya dicampur dengan debu yang suci. Tujuh basuhan tidak cukup jika zat najisnya tidak hilang pada basuhan pertama. Tetapi jika zat najisnya hilang bukan pada basuhan pertama, maka semua basuhan sebelumnya dalam menghilangkan najis tersebut dihitung satu basuhan”
Pembahasan seperti ini juga diuraikan dalam Mausu’atul Fiqhiyah al-Kuwaitiyah. Menurut pandangan mazhab Hambali dan Syafi’i, jika anjing telah menyentuh atau masuk ke dalam wadah, maka untuk membersihkannya dan memurnikan wadah tersebut harus dilakukan proses pencucian tujuh kali yang salah satunya harus menggunakan tanah atau debu. Jadi tidak, maka bisa dilakukan dengan cara membuang atau memecahkan benda yang terkena najis tersebut.
إذا ولغ الكلب في إناء ، فإنه كي يطهر هذا الإناء يجب غسله سبعا إحداهن بالتراب , هذا عند الحنابلة والشافعية
“Jika seekor anjing [najis berat] menjilati bejana, maka agar bejana tersebut menjadi suci, maka harus dicuci tujuh kali, salah satunya dengan tanah, menurut pendapat Hanbali dan Syafi’i.”