Ikhbar.com: Bencana sering kali hanya dilihat sebagai sebuah peristiwa yang berdampak pada kerusakan atau kerugian. Padahal, ia merupakan timbal balik dari tingkah laku buruk manusia.
Kamus Cambridge Advanced Leaner’s Dictionary, misalnya, mengartikan bencana sebagai peristiwa yang mengakibatkan kerugian besar, kerusakan, kesulitan yang serius, hingga kematian. Namun, definisi itu akan sedikit berbeda dan beragam saat ditinjau dari bahasa Al-Qur’an. Sebab, setidaknya ada empat term dalam Al-Qur’an yang mengarahkan pengertian pada bencana, yakni musibah, bala’, fitnah, dan azab.
Pakar tafsir Al-Qur’an, Prof. KH Quraish Shihab mengatakan, kata-kata yang merujuk pada makna bencana dalam kitab suci sekilas mengandung sinonimitas atau persamaan arti. Padahal, kata pengarang Tafsir Al-Misbah tersebut, tidak akan ada sinonimitas di dalam Al-Qur’an.
Dalam Fatwa-Fatwa (1999), Prof. Quraish menjelaskan, setiap kata di dalam Al-Qur’an dipastikan memiliki muatan maknanya tersendiri. Makna itu dapat berkembang menjadi majazi (kiasan), ‘urfi (sehari-hari), dan syar’i (agama). Menurutnya, berbagai kategori itu bisa mempersempit atau memperluas makna suatu kata.
Prof. Quraish menyebutkan, Al-Qur’an sering memunculkan makna bencana melalui padanan kata musibah. Musibah, lanjut Prof. Quraish, pada mulanya mempunyai arti mengenai atau menimpa. Oleh karena itu, Al-Qur’an menggunakan kata musibah guna menunjukkan sesuatu yang tidak menyenangkan dan menimpa manusia.
Dalam Mu’jam al-Mufahras, Syekh Fu’ad Abd Al-Baqi menjelaskan, musibah berasal dari kata asaba. Kata tersebut dengan berbagai derifasinya disebutkan sebanyak 77 kali di dalam Al-Qur’an. Meski demikian, kata musibah yang secara khusus menunjukkan padanan makna bencana muncul sebanyak 10 kali saja.
Baca: Tafsir Surat Al-A’raf Ayat 56: Pentingnya Pendidikan Ekologi
Meski begitu, Prof. Quraish menyebutkan bahwa pengertian musibah atau bencana di dalam Al-Qur’an adalah sebagai berikut:
Karena ulah manusia
وَمَآ اَصَابَكُمْ مِّنْ مُّصِيْبَةٍ فَبِمَا كَسَبَتْ اَيْدِيْكُمْ وَيَعْفُوْا عَنْ كَثِيْرٍۗ
“Musibah apa pun yang menimpa kamu adalah karena perbuatan tanganmu sendiri dan (Allah) memaafkan banyak (kesalahanmu).” (QS. Asy-Syura: 30).
Tidak akan terjadi kecuali atas izin Allah
مَآ اَصَابَ مِنْ مُّصِيْبَةٍ اِلَّا بِاِذْنِ اللّٰهِ ۗوَمَنْ يُّؤْمِنْۢ بِاللّٰهِ يَهْدِ قَلْبَهٗ ۗوَاللّٰهُ بِكُلِّ شَيْءٍ عَلِيْمٌ
“Tidak ada suatu musibah pun yang menimpa (seseorang), kecuali dengan izin Allah. Siapa yang beriman kepada Allah, niscaya Dia akan memberi petunjuk kepada hatinya. Allah Maha Mengetahui segala sesuatu.” (QS. At-Tagabun: 11).
Bertujuan menempa manusia
مَآ اَصَابَ مِنْ مُّصِيْبَةٍ فِى الْاَرْضِ وَلَا فِيْٓ اَنْفُسِكُمْ اِلَّا فِيْ كِتٰبٍ مِّنْ قَبْلِ اَنْ نَّبْرَاَهَا ۗاِنَّ ذٰلِكَ عَلَى اللّٰهِ يَسِيْرٌۖ
لِّكَيْلَا تَأْسَوْا عَلٰى مَا فَاتَكُمْ وَلَا تَفْرَحُوْا بِمَآ اٰتٰىكُمْ ۗوَاللّٰهُ لَا يُحِبُّ كُلَّ مُخْتَالٍ فَخُوْرٍۙ
“Tidak ada bencana (apa pun) yang menimpa di bumi dan tidak (juga yang menimpa) dirimu, kecuali telah tertulis dalam Kitab (Lauhulmahfuz) sebelum Kami mewujudkannya. Sesungguhnya hal itu mudah bagi Allah. (Yang demikian itu kami tetapkan) agar kamu tidak bersedih terhadap apa yang luput dari kamu dan tidak pula terlalu gembira terhadap apa yang diberikan-Nya kepadamu. Allah tidak menyukai setiap orang yang sombong lagi membanggakan diri.” (QS. Al-Hadid: 22-23).