4 Jenis Tanwin dalam Ilmu Nahu

Ilustrasi. Dok SAYYIDATINET

Ikhbar.com: Ilmu Nahu memperlakukan tanwin berbeda dengan apa yang didefinisikan dalam ranah tajwid. Di dalam ilmu tata bahasa, tanwin menjadi salah satu identitas kalimat isim (kata benda). Karakteristik, kategorisasi, dan fungsinya untuk memvalidasi bahwa suatu kalimat tersebut benar-benar kalimat isim.

KH Aqiel Siroj Kempek, Cirebon dalam Al-Zubdat al-Naqiyah fi Tarjamat al-Ajurmiyah membagi tanwin ke dalam empat jenis.

اقسام التنوين اربعة. الاول تنوين التمكين وهو اللاحق للاسماء المعربة سواء كانت معرفة او نكرة دالا على تمكنها في باب الاسمية بحيث انها لا تشبه الحرف فتبنى ولا الفعل فتمنع من الصرف

“Tanwin terbagi empat. Pertama, tanwin tamkin, yaitu tanwin yang berada pada kalimat isim mu’rab, baik isim ma’rifat maupun isim nakirah. Gunanya ialah untuk menunjukkan ketetapan identitas keisiman. Sehingga tidak mirip kalimat harf, sebab niscaya dimabnikan. Tidak juga menyerupai kalimat fiil, karena jika demikian, maka dibebaskan dari tanwin.”

Baca: Definisi Kalam dari Berbagai Aspek, Lengkapnya Keterangan Kitab Nahu Kiai Aqiel Kempek

Contohnya lafaz زيد (Zaidun) yang ialah isim makrifat (kata khusus), dan رجل (rajulun) yang merupakan isim nakirah (kata umum). Tanwin yang terdapat pada keduanya menunjukkan bahwa lafaz-lafaz tersebut valid sebagai kalimat isim.

Kedua, tanwin tankir. Mengenai jenis tanwin, Kiai Aqil menulis had (definisi) sebagai berikut:

الثاني تنوين التنكير وهو اللاحق لبعض المبنيات فرقا بين معرفتها ونكرتها فما نوّن منها كان نكرة ومالم ينوّن كان معرفة

“Jenis tanwin yang kedua bernama tanwin tankir. Tanwin ini berada pada sebagian isim-isim mabni (yakni isim yang huruf akhirnya tidak bisa mengalami perubahan). Gunanya untuk membedakan antara status makrifat dan nakirah-nya. Apabila menyandang tanwin, maka statusnya nakirah. Sebaliknya, jika tak menyandang tanwin, maka statusnya makrifat.”

Contoh keberadaan tanwin tankir terdapat pada lafaz ْصَه (shah) yang huruf akhirnya dibaca sukun, dan ٍصَه (shahin) yang dibaca kasrah. Lafaz tersebut adalah isim mabni yang maknanya sepadan dengan lafaz اُسْكُتْ (uskut) yang artinya “diamlah.”

Dalam keadaan sukun, lafaz صه bermakna perintah diam dari topik tertentu. Sedangkan apabila diberikan tanwin, maka bermakna perintah diam dari segala macam topik pembicaraan.

الثالث تنوين العوض وهو اللحق ليومئذ وحينئذ

Ketiga, tanwin ‘iwadh, yaitu tanwin yang terdapat pada lafaz يومئذ (yaumaidzin) dan حينئذ (hinaidzin).”

Baca: Matan Al-Ajurumiyah, Kitab Tipis Kiblat Pembelajaran Ilmu Nahu di Nusantara

Alasan penamaan tanwin ‘iwadh yang berarti tanwin pengganti ialah karena tanwin tersebut menjadi tanda dari sejumlah kalimat yang dibuang.

Dalam contoh وانتم حينئذ تنظرون (padahal kamu ketika itu melihat), tanwin pada حينئذ menggantikan serangkaian kalimat yang dibuang. Jika ditampakkan, maka akan berbunyi وانتم حين اذ بلغت الروح الحلقوم تنظرون (padahal kamu ketika nyawa sampai di kerongkongan melihat).

الرابع تنوين المقابلة وهو اللاحق لجميع المؤنث السالم في مقابلة النون في جمع المذكر السالم نحو مسلمات

Keempat, tanwin muqabalah. Yaitu tanwin yang terdapat pada jamak muannats salim. Gunanya sebagai komparasi nun jamak mudzakar salim, seperti contoh مُسْلِمَاتٍ.”

Jamak muannats salim ialah cabang atau derivasi dari jamak mudzakar salim. Oleh sebab itu, untuk menunjukkan relasi di antara keduanya, maka nun sebagai tanda jamak mudzakar salim diejawantahkan dalam wujud tanwin pada jamak muannats salim.

Sajian serial “Kajian Nahu: Matan Al-Ajurumiyah” ini diampu Mudir Ikhbar Foundation, Ustaz Agung Firmansyah dan diterbitkan satu episode dalam setiap pekannya.

Ikuti dan baca artikel kami lainnya di Google News.