Ikhbar.com: Direktur Departemen Ekonomi dan Keuangan Syariah Bank Indonesia, Rifki Ismal mengungkapkan bahwa mayoritas masyarakat Indonesia belum memahami literasi ekonomi syariah. Mirisnya lagi, dosen dan Pegawai Negeri Sipil (PNS) masuk dalam kelompok yang minim akan literasi keuangan syariah.
Ia menyampaikan, angka literasi atau melek ekonomi syariah di Indonesia masih 28 persen. Artinya dari 100 orang, ada 28 orang yang paham ekonomi syariah.
“Pegawai non-PNS kecil sekali yang paham keuangan syariah, padahal pegawai non-PNS itu jutaan jumlahnya. Tapi dari survei, jumlah mereka ternyata tak begitu banyak yang paham dengan keuangan syariah,” kata Rifki dikutip dari RRI pada Jumat, 27 September 2024.
Ia mengatakan, masyarakat yang memahami literasi keuangan syariah kebanyakan berasal dari kalangan yang wilayahnya mayoritas Muslim.
Baca: Doom Spending Bikin Gen Z dan Milenial Jadi Miskin, Makhluk Apa Itu?
“Atau juga yang paham soal literasi keuangan syariah adalah mereka yang memiliki tingkat keislaman yang cukup tinggi. Misalnya, provinsi yang banyak pesantren dan kiai,” katanya.
Menurutnya, fakta tersebut menjadi tugas prioritas Bank Indonesia. Ia berharap di masa mendatang masyarakat yang paham akan ekonomi keuangan syariah bisa meningkat.
Lebih lanjut, Rifki mengubgkaokan bahasa berdasarkan survei terbaru dari BI, menunjukkan banyak masyarakat Indonesia yang memahami keuangan sosial Islam belum merata. Seperti instrumen keuangan berupa zakat, infak, sedekah, hingga wakaf.
“Kebanyakan penduduk di tanah air disebut cenderung mengetahui wakaf hanya berupa aset fisik. Seperti masjid, kuburan, panti asuhan, atau rumah tahfiz yang dibangun di atas tanah wakaf,” jelas dia.
Ia mencontohkan bahasa saat ini aset wakaf di Indonesia mencapai Rp2.050 triliun. Namun, mayoritas dari aset wakaf tersebut berupa aset fisik dan kurang produktif secara ekonomi.
“Kalau kita bicara wakaf, masyarakat pahamnya masjid, makam, atau pesantren,” ucapnya.
Padahal, lanjut dia, paradigma terkait wakaf di dunia internasional sudah sangat luas. Misalnya di kampus Universitas Al Azhar di Kairo, Mesir merupakan lembaga pendidikan yang berdiri di atas aset wakaf.
“Kalau dalam konteks konvensional, Harvard University itu nilai endowment fund (dana abadi). Kalau bahasa kitanya mungkin wakaf, endowment fund Harvard lebih tinggi dari cadangan devisa Indonesia,” ucap Rifki.
Dalam kondisi ini, dia menilai peran jurnalis sangat penting untuk meningkatkan pemahaman masyarakat terhadap keuangan sosial Islam. Hal ini mengingat angka literasi melek ekonomi syariah di Indonesia hanya 28 dari 100 orang menurut survei BI.
“Jadi peran jurnalis ini sangat penting untuk memberikan informasi terkait jenis-jenis ekonomi dan keuangan syariah. Bahwa ada yang namanya wakaf uang, wakaf saham, wakaf reksadana dan sebagainya,” tandasnya.